KabarMakassar.com — Puluhan mahasiswa, akademisi, dan pegiat literasi berkumpul dalam acara Ngopi Asik: Baharuddin Lopa, Manusia Mandar Anti Korupsi yang berlangsung di pelataran Lantai 1 UPA Perpustakaan Universitas Sulawesi Barat pada Selasa (9/12).
Kegiatan ini digelar untuk memperingati Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia), menghadirkan tokoh kampus, penulis, dan budayawan yang berbagi refleksi tentang integritas, budaya, dan keteladanan.
Ketua UPA Perpustakaan Unsulbar, Thamrin membuka acara dengan menekankan peran perpustakaan sebagai pusat literasi dan diskusi.
“Kami ingin menjadikan perpustakaan bukan sekadar tempat menyimpan buku, melainkan ruang pembelajaran yang hidup. Dalam peringatan Hakordia ini, kami menghadirkan sosok Baharuddin Lopa, pendekar hukum yang menjadi panutan penegakan hukum di Indonesia,” ujarnya.
Thamrin mengingatkan kisah legendaris ketika Lopa ditanya mengapa ia begitu berani. Jawabannya singkat namun penuh makna: “Karena saya orang Mandar.”
Kutipan ini menjadi inspirasi utama untuk menyelami kembali nilai, prinsip, dan karakter beliau. Moralitas Mandar: Jujur, Berani, Adil.
Materi pertama disampaikan oleh penulis dan jurnalis Adi Arwan Alimin, yang tengah menunggu penerbitan bukunya Prof. Dr. Baharuddin: Manusia Mandar.
Ia menggambarkan Lopa sebagai figur dengan standar moral tinggi, atau maniniq dalam bahasa Mandar.
“Beliau membawa tiga nilai utama: kejujuran, keberanian, dan keadilan. Dalam kesehariannya, beliau sangat konsisten menjaga keuangan dan fasilitas negara. Bahkan keluarganya ditekankan untuk tidak menikmati lebih dari haknya,” jelas Adi.
Ia juga menuturkan keberanian Lopa saat ditanya di forum DPR apakah berani menangkap presiden jika melanggar hukum. Jawabannya tegas: “Iya. Meskipun langit runtuh, tegakkan hukum dan keadilan.”
Adi menambahkan pesan dari alim ulama yang pernah disampaikan kepada Lopa: “Berlaku jujurlah di manapun kau berada, karena kejujuran adalah mata uang yang selalu diterima dimanapun.”
Suasana semakin khidmat ketika Rustam Rauf membacakan puisi Baharuddin Lopa Sang Legenda. Tepuk tangan audiens menandai kekaguman atas sosok yang dikenang.
Acara kemudian ditutup dengan pembacaan puisi Cahaya Kejujuran Itu Telah Padam (Kepada Prof. Dr. Baharuddin Lopa) oleh Adi Arwan Alimin.
Puisi ini menjadi refleksi mendalam atas warisan moral dan integritas Baharuddin Lopa, sekaligus pengingat bahwa kejujuran adalah cahaya yang harus terus dijaga meski tantangan zaman semakin kompleks.
Budayawan Mandar, Abba Tammalele, menekankan bahwa karakter Baharuddin Lopa dibentuk oleh lingkungan Mandar yang sederhana, hati-hati, dan gemar membaca.
“Di Fakultas Hukum Unhas, beliau tidak sekadar belajar pasal, tetapi belajar hukum. Ia tidak akan memandang yang bukan haknya, apalagi memindahkan, apatah lagi mengambil,” ungkap Abba.
Ia berharap Jurusan Hukum Unsulbar kelak dapat melahirkan sosok Barlop baru, dengan catatan harus menjadi fakultas hukum agar keilmuannya lebih linear. Ia menutup dengan pesan lokal: “Ia rio capaq o, sipobiringi abalaq” — kekurang hati-hatian itu sangat dekat dengan musibah.
Sesi terakhir dibawakan oleh Muchtadin Al-Attas, Ketua Pusat Studi Anti Korupsi dan Kebijakan Hukum Unsulbar. Ia memaparkan tren persepsi korupsi nasional dan regional berdasarkan data CPI dan SPI 2024.
“Meski CPI Indonesia naik dari 34 ke 37, kita masih berada di zona merah. Skor integritas nasional hanya 71,53, di bawah target KPK sebesar 74,00. Indeks Integritas Pendidikan juga menurun dari 73,7 menjadi 69,50,” jelas Muchtadin.
Ia menyoroti hasil SPI KPK di Sulawesi Barat yang menunjukkan seluruh pemerintah daerah masih berada dalam kategori rentan. Skor tertinggi dicatat oleh Pemerintah Provinsi Sulbar sebesar 70,80%, disusul Pasangkayu 69,93% dan Mamuju Tengah 68,21%.
Sementara Mamuju memperoleh 65,45% dan Polewali Mandar 63,44%. Dua daerah dengan skor terendah adalah Majene 60,67% dan Mamasa 59,08%, yang menandakan lemahnya pengawasan serta masalah serius tata kelola.
“Data ini menunjukkan tantangan kita sangat besar. Namun, tahun 2025 harus menjadi momentum perbaikan. Kita perlu mekanisme penanggulangan yang terintegrasi, salah satunya dengan menyelami kembali nilai-nilai budaya Mandar yang membentuk karakter Baharuddin Lopa,” tegasnya.
Ia menutup dengan ajakan agar gerakan antikorupsi tidak hanya bertumpu pada regulasi, tetapi juga berakar pada nilai lokal, pendidikan karakter, dan keteladanan nyata.
Kegiatan Ngopi Asik menjadi ruang reflektif yang menggabungkan literasi, budaya, dan advokasi hukum. Baharuddin Lopa dikenang bukan hanya sebagai tokoh hukum, tetapi simbol keberanian dan kejujuran yang relevan lintas generasi.
Harapan besar disematkan pada tahun 2025 agar integritas birokrasi di Sulawesi Barat dan Indonesia benar-benar bangkit, menjadikan nilai-nilai Mandar sebagai cahaya yang menuntun jalan.


















































