KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar bersama Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi memperkuat kolaborasi pembangunan lintas sektor melalui penandatanganan nota kesepahaman atau MoU di Kampus Unhas, Tamalanrea.
Kerja sama ini mencakup sejumlah isu strategis mulai dari pembangunan wilayah kepulauan, penanganan banjir, pengelolaan sampah, hingga transformasi kawasan nelayan menjadi pusat ekonomi baru.
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin menegaskan bahwa kerja sama ini bukan sekadar formalitas.
“MoU ini bukan hanya seremoni. Ini bentuk komitmen nyata untuk menjawab tantangan di lapangan, khususnya di wilayah pesisir dan kepulauan,” kata Appi, usai penandatanganan pada Selasa (05/08).
Ia menyoroti pentingnya pendekatan akademik dalam pembangunan kota.
“Kami butuh riset, data, dan masukan teknis dari Unhas agar setiap langkah pembangunan bisa berbasis kebutuhan riil masyarakat. Terutama di pulau-pulau yang selama ini sering tertinggal dalam prioritas pembangunan,” tambahnya.
Sebagai langkah awal, Pemkot dan Unhas merencanakan kunjungan lapangan ke wilayah kepulauan Makassar untuk memetakan kebutuhan langsung di lapangan.
“Kami ingin hadir langsung di sana, melihat, mendengar, dan kemudian bertindak. Pembangunan harus adil, dan warga pulau punya hak yang sama atas fasilitas dan pelayanan,” tegas Appi.
Isu penanganan banjir juga menjadi bagian dari agenda strategis. Munafri menyebut bahwa kerja sama teknis seperti tata kelola drainase, perencanaan ruang kota, serta antisipasi bencana harus melibatkan keilmuan dari kampus.
“Kami sedang berhadapan dengan kompleksitas iklim dan urbanisasi. Perlu sinergi jangka panjang yang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan biasa,” ujarnya.
Tak hanya itu, Pemkot juga menggandeng Unhas dalam transformasi kawasan Untia, yang dikenal sebagai wilayah nelayan.
Pemerintah berencana menjadikannya kawasan terpadu yang mencakup stadion baru, penguatan ekonomi maritim, hingga fasilitas publik.
“Kami ingin Untia jadi titik bangkit. Tak sekadar membangun stadion, tapi menciptakan ekosistem yang menguntungkan masyarakat sekitar,” jelas Munafri.
Appi turut menyinggung krisis pengelolaan sampah yang dihadapi Makassar. Volume sampah harian yang mencapai 1.000 hingga 1.300 ton, mayoritas organik, membuat kota ini berada dalam kondisi darurat.
“Kami tidak bisa selesaikan ini sendirian. Perlu pendekatan berbasis sains, teknologi, dan inovasi sosial. Di sinilah peran Unhas sangat dibutuhkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor Unhas, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, menyambut baik kelanjutan kerja sama ini. Ia menyatakan bahwa kampus akan menjadi mitra aktif dan kritis dalam menyusun kebijakan berbasis riset.
“Unhas siap hadir bukan hanya sebagai institusi akademik, tapi sebagai solusi,” ujarnya.
Jamaluddin menekankan bahwa kedekatan geografis antara Unhas dan Pemkot harus diikuti dengan kedekatan aksi.
“Kita tidak boleh hanya dekat secara lokasi. Harus dekat secara kinerja dan kontribusi,” tegas Guru Besar Ilmu Kelautan itu.
Ia juga menyoroti kesenjangan pembangunan di wilayah kepulauan. “Masyarakat pulau sering kali hanya jadi objek belas kasih. Padahal yang mereka butuhkan adalah solusi konkret yang menyentuh hidup mereka sehari-hari,” katanya.
Unhas, kata dia, saat ini tengah mengembangkan cold storage berbasis tenaga surya untuk mendukung nelayan di wilayah pesisir. Inovasi ini dikembangkan bersama mitra dari Jepang agar hasil tangkapan laut bisa masuk ke rantai dingin dan memiliki nilai jual lebih tinggi, termasuk untuk ekspor dan restoran modern.
Prof. Jamaluddin turut menyoroti permasalahan sosial di sekitar kampus, seperti akses jalan dan ketenagakerjaan yang belum terselesaikan.
“Kampus ini harus jadi laboratorium hidup. Masalah di sekitar kita harus jadi prioritas riset kita,” ujarnya.
Ia bahkan menyoroti pembangunan jalan yang mangkrak di sekitar kampus, yang menurutnya harus segera dikawal agar selesai dan bermanfaat.
“Jangan tunggu sempurna dulu baru bergerak. Kita harus mulai dari apa yang bisa dilakukan, lalu evaluasi dan akselerasi. Kolaborasi ini bukan hanya soal proyek, tapi semangat membangun bersama,” tegas Jamaluddin.
Ia juga menyampaikan bahwa hampir semua disiplin ilmu di Unhas dapat berkontribusi dalam pembangunan Makassar, dari pengelolaan banjir, sampah, penguatan SDM, hingga transformasi kawasan nelayan dan kepulauan.
“Makassar adalah kota besar dengan tantangan besar. Tapi justru itu peluang untuk menjadikan kota ini sebagai model laboratorium kolaborasi antara akademisi, birokrasi, dan masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab perguruan tinggi adalah memastikan setiap hasil risetnya dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat.
“Unhas berdiri di Makassar, tidak elok jika inovasi kami tidak diterapkan di kota ini,” pungkasnya.