Kondisi Sungai Besole yang tercemar limbah tahu seperti terlihat Kamis (28/2/2019). - Harian Jogja/Rahmat Jiwandono
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul mencatat lonjakan bakteri dan limbah rumah tangga pada sejumlah sungai saat kemarau dibanding musim hujan.
Temuan ini diperoleh dari hasil pemantauan kualitas air sungai periode Februari (musim hujan) dan Agustus (musim kemarau) 2025, yang menunjukkan adanya pencemaran bakteriologis dan limbah rumah tangga di sejumlah titik.
Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup DLH Gunungkidul, Fitri Iswinayu, menjelaskan pemantauan kualitas air rutin dilakukan di 14 sungai dengan melihat 20 indikator utama. Petugas mengambil sampel air saat musim hujan dan kemarau untuk diuji laboratorium.
"Pada Februari, debit sungai masih tinggi sehingga beberapa parameter organik terencerkan. Namun memasuki Agustus, air mengecil dan konsentrasi polutan terutama koliform dan nutrien melonjak sangat signifikan," ujarnya, Minggu (7/12/2025).
Fitri memaparkan, hasil uji data saat musim kemarau menunjukkan peningkatan signifikan pada beberapa indikator, Fecal Coliform (bakteri tinja) di Sungai Pancuran/Krapyak naik hingga 528 MPN/100 ml, padahal saat musim hujan hanya di angka 44.
Sementara untuk indikator total Coliform di beberapa sungai Oyo bahkan menembus angka ribuan. Oyo Semin tercatat 4.750 MPN/100 ml, Sungai Gedangan 4.611, dan Oyo Bleberan 2.460.
"Untuk yang fecal coliform itu masih dalam batas aman, karena sesuai dengan baku mutu air nasional kelas 2 batas aman fecal coliform untuk air sungai kelas 2 (kebutuhan rekreasi, perikanan, peternakan) adalah sekitar 1000 MPN/100ml," jelasnya.
Kepala DLH Gunungkidul, Hary Sukmono, menanggapi temuan tersebut dengan menyatakan pihaknya akan memperkuat pengawasan sanitasi rumah tangga dan mendorong percepatan perbaikan jaringan drainase lingkungan. Program edukasi perilaku pembuangan limbah juga diprioritaskan.
“Kualitas air sungai adalah cermin perilaku masyarakat. Jika masyarakat tidak memperbaiki sistem pembuangan rumah tangga, peningkatan pencemaran akan terus berulang setiap kemarau,” tegas Hary.
DLH bersama pihak kalurahan juga telah membentuk kelompok pemerhati kali serta jaringan pengelola sampah mandiri sebagai upaya pemulihan sekaligus edukasi perilaku masyarakat. Tujuannya agar pencemaran sungai bisa ditekan guna meningkatkan kualitas lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

10 hours ago
3

















































