Perang Kelompok di Tallo, Akademisi UNM: Bukan Tawuran Biasa tapi Warisan Sosial

5 hours ago 3
 Bukan Tawuran Biasa tapi Warisan SosialAkademisi Universitas Negeri Makassar (UNM), Bahrul Amsal (Dok : Ist).

KabarMakassar.com – Fenomena perang antar kelompok di Kecamatan Tallo kembali menjadi perhatian serius.

Konflik yang kerap terjadi di wilayah tersebut dinilai bukan sekadar perkelahian biasa, melainkan masalah sosial yang berakar dalam dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Sosiolog sekaligus Akademisi Universitas Negeri Makassar (UNM), Bahrul Amsal, menilai bahwa tawuran yang terus berulang ini tidak bisa dipandang sebagai kasus insidental.

Ia menekankan perlunya pencarian akar masalah yang lebih komprehensif, dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat.

“Perlu dilibatkan pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, bahkan tokoh agama untuk mendekati masalah lebih dekat. Jika sering terjadi tawuran, menurut saya ada dua hal penyebabnya. Pertama, persoalan di tataran kepemudaan yang belum disentuh pembinaan, apakah melalui pendidikan, budaya, atau aktivitas yang bisa memberikan orientasi prestasi,” jelas Bahrul, Jumat 26/09).

“Kedua, di level stakeholder yang melihat masalah ini hanya dari satu dimensi. Padahal, bisa jadi tawuran ini berkaitan dengan budaya, pendidikan, dan tradisi yang melekat di masyarakat,” lanjutnya.

Ia menambahkan, konflik yang berulang di Tallo bisa jadi telah menjadi warisan sosial yang tidak pernah dievaluasi dampaknya.

Berbeda dengan kasus di daerah lain di Indonesia yang sering dipicu oleh faktor etnis dan agama, perang kelompok di Tallo lebih dominan dipicu oleh konflik identitas antar pemuda.

“Ini biasanya bermula dari persoalan identitas. Ada kelompok tertentu yang ingin dominan, diakui, dan dihormati. Ketika identitas ini dikaitkan dengan budaya siri’ na pacce, maka akan muncul kebutuhan untuk membuktikan harga diri dan kehormatan kelompok,” paparnya.

Sayangnya, cara yang ditempuh justru salah, sehingga tawuran menjadi bentuk untuk menyalurkan.

Bahrul menegaskan bahwa kondisi ini tidak hanya menimbulkan keresahan sosial, tetapi juga berdampak pada psikologi generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan penuh konflik. Jika dibiarkan, perang kelompok akan terus menjadi lingkaran masalah tanpa akhir.

Terkait solusi jangka panjang, ia mendorong adanya program pemberdayaan pemuda melalui jalur positif. Pendidikan, seni, budaya, dan olahraga dinilai dapat menjadi wadah untuk menyalurkan energi anak muda.

“Solusinya adalah pembinaan kelompok muda melalui kegiatan kreatif kepemudaan. Ini tanggung jawab semua pihak, terutama pemerintah, untuk membuka ruang agar anak muda punya orientasi prestasi dan tidak lagi menjadikan tawuran sebagai pembuktian diri,” tegasnya.

Dengan demikian, perang kelompok di Tallo seharusnya tidak hanya ditangani dengan langkah keamanan semata, melainkan melalui pendekatan sosial-budaya yang lebih mendalam.

“Tanpa itu, konflik serupa berpotensi terus terulang dan menjadi warisan negatif bagi generasi mendatang,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news