KabarMakassar.com — Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, mencatat lonjakan produksi padi yang signifikan pada tahun 2025.
Data terbaru menunjukkan hasil panen mencapai 303 ribu ton pada April 2025, naik 100 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya berada di angka 200 ribu ton.
Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, menegaskan bahwa kenaikan ini bukan hanya sekadar angka statistik, tetapi bukti efektivitas program pertanian yang diterapkan.
“Sejak April, hasil panen kita bertambah. Tahun 2024 sekitar 200 ribu ton, sementara 2025 naik menjadi 303 ribu ton. Artinya ada tambahan seratus ribu ton,” ucap Syaharuddin dalam keterangannya, Selasa (02/09).
Belum lama ini kata Syaharuddin Kecamatan Dua Pitue panen, di kecamatan tersebut tercatat memiliki 5.800 hektare sawah, dengan Desa Bila Riawa menyumbang sekitar 968 hektare. Pemerintah daerah juga menyiapkan program cetak sawah baru seluas 60 hektare untuk memperluas lahan produktif di musim tanam berikutnya.
Tak hanya produksi yang naik, harga gabah di Sidrap pun tercatat paling tinggi secara nasional. Saat ini, harga mencapai Rp6.800 per kilogram, lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) yang berada di angka Rp6.500 per kilogram.
Syaharuddin mengungkapkan pengendalian harga dilakukan ketat melalui rapat rutin tiap bulan di rumah jabatan. “Harga ditetapkan, pembayaran harus tunai, timbangan wajib milik kelompok tani, bukan pedagang. Saat ini 14 kelompok tani sudah punya timbangan sendiri. Potongan maksimal hanya 2 kilogram,” tegasnya.
Peningkatan produksi ini ditopang oleh tiga pilar utama yaitu, kelancaran distribusi pupuk, jaminan ketersediaan air irigasi oleh Dinas PSDA, serta stabilisasi harga gabah. Selain itu, inovasi juga disiapkan, mulai dari penggunaan benih seragam berlabel dengan umur panen 70 hari, hingga penyediaan obat-obatan pertanian.
Menurut Syaharuddin, lonjakan produksi padi Sidrap tidak hanya memperkuat ketahanan pangan daerah, tetapi juga ikut menyumbang stok beras nasional.
“Sidrap akan terus menjadi lumbung pangan. Program yang kita jalankan terbukti meningkatkan kesejahteraan petani dan daya saing pertanian daerah,” pungkasnya.
Sebelumnya, Di bawah kepemimpinan Bupati Syaharuddin Alrif, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) menargetkan lompatan besar dalam produksi pangan tahun 2025.
Lewat strategi intensifikasi pertanian, Syaharuddin memproyeksikan total produksi gabah mencapai 1.050.000 ton per tahun. Target ini merupakan bagian dari visi besar menjadikan Sidrap sebagai salah satu penopang utama ketahanan pangan nasional.
Syaharuddin menjelaskan bahwa pada musim tanam pertama tahun 2025, produksi gabah Sidrap telah mencapai 340.000 ton. Saat ini, petani sedang memasuki musim tanam kedua (Mei–Agustus), dengan target hasil panen sebesar 350.000 ton. Jika tercapai, maka hingga Agustus 2025, produksi gabah akan menyentuh angka 690.000 ton.
Namun, strategi utama Syaharuddin bukan hanya pada perluasan lahan, melainkan pada peningkatan intensitas tanam. Ia menerapkan sistem Indeks Pertanaman (IP) 300, di mana lahan sawah digarap tiga kali dalam setahun.
“Kalau satu musim panen 350.000 ton, maka dalam setahun kita bisa capai 1.050.000 ton gabah,” ujar Syaharuddin optimis, Minggu (18/05).
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian tersebut merupakan lonjakan drastis. Tahun 2024, produksi gabah Sidrap hanya mencapai 440.000 ton dengan sistem dua kali panen.
Melalui kebijakan IP 300, Syaharuddin menargetkan kenaikan produksi sebesar 136 persen atau tambahan sekitar 610.000 ton gabah.
“Kita satu-satunya kabupaten di Indonesia yang sudah menerapkan IP 300 secara serentak di seluruh wilayah. Ini untuk menindaklanjuti arahan Presiden dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, juga Gubenur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman,” ungkapnya.
Produksi gabah sebanyak 1 juta ton jika digiling akan menghasilkan sekitar 600.000 ton beras. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi beras masyarakat Sidrap hanya 35.000 ton per tahun. Artinya, sebanyak 565.000 ton beras hasil panen akan menjadi cadangan nasional.
“Kami tidak lagi berbicara soal ketahanan pangan, tapi surplus pangan. Dari Sidrap, kami siap menyumbang 600 ribu ton beras untuk mendukung target nasional 17 juta ton,” tegas Syaharuddin.
Keberhasilan ini terasa semakin luar biasa mengingat Sidrap hanya memiliki 52.000 hektare lahan sawah, jauh di bawah Kabupaten Bone yang memiliki 130.000 hektare dari 27 kecamatan. Sidrap sendiri hanya memiliki 11 kecamatan. Namun, berkat sistem IP 300, efisiensi penggunaan lahan meningkat drastis.
“Secara statistik Januari-April 2025, Sidrap sudah naik ke peringkat ketiga produksi padi di Sulawesi Selatan, menggeser Wajo yang sebelumnya berada di posisi kedua,” terang Bupati.
Saat ini kata Syaharuddin, Bone masih menempati posisi pertama, disusul Wajo dan Sidrap.
Meski pencapaian sementara ini membanggakan, Syaharuddin menegaskan bahwa evaluasi total akan dilakukan pada akhir tahun.
“Kita lihat nanti pada Desember, berapa total produksi yang benar-benar terealisasi. Tapi saya optimis, kalau pola ini terus berjalan, Sidrap bisa menjadi ikon ketahanan pangan nasional,” tutupnya.