Data realisasi investasi Sulsel triwulan 2 tahun 2025 (Dok : ist).KabarMakassar.com — Realisasi investasi di Sulawesi Selatan pada Triwulan II Tahun 2025 mencapai Rp5,698 triliun. Angka ini meningkat Rp1,766 triliun dibandingkan Triwulan I Tahun 2025 yang berada di angka Rp3,932 triliun.
Secara tahunan (year on year/YoY), investasi meningkat 63,59 persen atau setara Rp1,760 triliun. Sementara secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ), investasi meningkat 44,76 persen atau Rp1,766 triliun.
Berdasarkan data, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) masih mendominasi dengan nilai Rp3,750 triliun. Sementara itu, realisasi penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar Rp1,948 triliun.
Dari sisi tenaga kerja, serapan tenaga kerja asing (TKA) tercatat nihil, sedangkan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang terserap mencapai 7.157 orang.
Untuk penyerapan tenaga kerja, secara YoY meningkat 12,07 persen atau setara 771 orang, sedangkan secara QoQ meningkat 27,53 persen atau bertambah 1.545 orang.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menilai capaian ini sebagai momentum positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, pemerintah juga mencermati bahwa dominasi investasi masih berada pada modal dalam negeri.
“Realisasi investasi di triwulan ke-2 itu mencapai Rp5,698 triliun. Itu secara year-on-year, kita surplus 63,59 persen atau Rp1,760 triliun,” jelas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sulsel, Asrul Sani, Rabu (01/10/2025)
Dia menambahkan, komposisi investasi saat ini menunjukkan porsi terbesar masih ditopang oleh penanaman modal dalam negeri. Sementara
“Namun, itu masih didominasi oleh penanaman modal dalam negeri sekitar Rp3,750 triliun. PMA-nya masih Rp1,948 triliun,” sebutnya.
Kondisi tersebut dinilai perlu menjadi perhatian. Asrul menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi bisa dicapai jika investasi asing lebih ditingkatkan.
“Sebenarnya kalau kita mau pertumbuhan ekonomi tinggi itu memang harus kita dorong PMA-nya yang lebih banyak, Foreign Direct Investment. Tapi itu tadi harus ada teknologinya, harus ada ahli teknologi,” ujarnya.
Selain permasalahan komposisi modal, tantangan lain juga datang dari kesiapan sumber daya manusia (SDM) lokal. Menurut Asrul, hal ini seringkali menjadi penghambat dalam pemanfaatan investasi, terutama saat perusahaan memasuki tahap produksi.
“SDM kita juga harus kita latih. Karena tidak bisa sebenarnya kita salahkan investor pada saat dia produksi kurang tenaga kerjanya, karena memang tenaga kerjanya kita tidak siap,” bebernya.
Dia mencontohkan, pekerja lokal umumnya lebih siap saat proyek masih dalam tahap konstruksi. Namun, ketika masuk ke tahap produksi, keterbatasan kapasitas dan keahlian membuat tenaga kerja sulit terserap lebih banyak.
“Rata-rata kita siap hanya pada saat konstruksi. Jadi buruh, jadi tukang. Begitu dia produksi, dia tidak punya kemampuan, kapasitas untuk masuk di dalam,” tambahnya.
Karena itu, dia menekankan bahwa investasi tidak bisa dipisahkan dari upaya peningkatan kualitas tenaga kerja. Sinergi antara masuknya modal dan penguatan SDM lokal dinilai sebagai kunci keberlanjutan investasi di Sulawesi Selatan.
“Jadi sebenarnya kalau mau bangun investasi itu termasuk salah satu bagaimana kita mengembangkan SDM-nya supaya siap untuk masuk di kegiatan investasi itu,” pungkasnya.


















































