Ketua HMI MPO Cab Makassar, Yusuf Kasim Bakri (Dok: Atri KabarMakassar)KabarMakassar.com — Ribuan massa aksi dari berbagai aliansi mahasiswa penuhi Fly Over hingga menutup penuh Jalan AP Pettarani dan Jalan Urip Sumoharjo Makassar. Dalam aksinya mereka menuntut terkait isu pemerintah termasuk insiden tragis tewasnya Drive ojol, Affan Kurniawan yang terlindas mobil di Jakarta.
Dalam pantauan dilokasi, ribuan massa mulai memenuhi Fly over sejak pukul 14.30 wita, mereka datang dari berbagai aliansi mahasiswa di Kota Makassar, mulai dari UNM, UIT, Permahi, Hingga HMI.
Ketua HMI MPO Cab Makassar, Yusuf Kasim Bakri mengatakan bahwa aksi demo yang dilakukan pihaknha menuntut kejadian tewasnya Drive ojol tersebut di Jakarta, sehingga ia menilai menjadi catatan kelam bagi institusi kepolisian.
“Karena hal tersebut menunjukkan bahwa kepolisian saat ini bukan lagi berfungsi melindungi hak-hak asasi manusia, padahal idealnya kepolisian hadir untuk melindungi human rights protection. Namun kenyataannya, dengan rentetan peristiwa yang terjadi belakangan ini, kepolisian justru selalu menyelesaikan persoalan dengan jalur kekerasan,” kata Yusuf kepada wartawan di lokasi aksi, Senin (01/09).
HMI menilai bahwa aksi yang dilakukan para massa aksi kali ini tidak lepas dari kesewenangan DPR RI yang sempat mewacanakan kenaikan tunjangan kinerja anggota DPR dengan dalih demi kepentingan rakyat.
“Walaupun belakangan, lewat konferensi pers bersama pimpinan parpol, Presiden Prabowo menyatakan akan menganulir wacana itu,” terangnya.
Namun, ia mengatakan bahwa DPR RI mencabut wacana tersebut, setelah menuai reaksi publik yang mengakibatkan adanya kerusuhan.
“Artinya, kebijakan sering kali lahir bukan karena keberpihakan pada rakyat, melainkan setelah menunggu kemarahan publik,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Aliansi Mahasiswa Makassar yang berasal dari Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi unjuk rasa di Fly Over Makassar, Jumat (29/8/2025). Massa mulai berdatangan sejak pukul 15.30 Wita sambil waspada seruan “Rebut Kedaulatan Rakyat Sekarang Juga”.
Dalam orasinya, mahasiswa menilai kebijakan pemerintah hari ini semakin dikuasai oleh elit politik dan pemilik modal. Mereka menyebut demokrasi kian menyempit, militerisme diperkuat, serta kebebasan sipil dan ruang kritik rakyat dibungkam.
Aksi ini kemudian merumuskan 14 tuntutan utama, di antaranya:
Menolak RKUHAP bermasalah.
Menolak pasal bermasalah dalam revisi UU Penyuaran.
Mencabut UU TNI dan menegakkan supremasi sipil.
Menghentikan intimidasi, kriminalisasi, dan represifitas terhadap gerakan rakyat.
Menolak kenaikan tunjangan DPR.
Menolak penulisan ulang sejarah bangsa yang melegitimasi kekuasaan.
Menolak tarif resiprokal AS–Indonesia.
Menolak proyek strategis nasional yang dinilai tidak pro-rakyat.
Menolak revisi UU Pokok Agraria dan menuntut reforma agraria sejati.
Mewujudkan pendidikan gratis, ilmiah, dan demokratis.
Menolak kenaikan PBB P2 di berbagai daerah.
Mendesak pengesahan RUU Masyarakat Adat dan RUU Perampasan Aset.
Mendesak pemecatan anggota DPR yang terlibat korupsi atau memiliki catatan kriminal.
Mendorong reformasi menyeluruh di tubuh Polri.
Dalam penutup aksinya, mahasiswa kembali menegaskan bahwa perjuangan mereka bukan sekadar menolak kebijakan yang dinilai zalim, melainkan memulihkan kembali kedaulatan rakyat.
Dalam pantauan dilokasi, massa dari mahasiswa UNM dan UIT Makassar yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Makassar, berjalan kaki menuju ke titik aksi di Fly Over Jalan Urip Sumoharjo, sekitar pukul 14.50 wita, dan tiba sekitar pukul 15.00 wita.
Hingga saat ini, sejumlah massa dari berbagai aliansi mahasiswa di Kota Makassar masih mengepung Fly Over sehingga arus lalu Libya dari arah Jalan AP Pettarani dan Urip Sumoharjo terhambat.


















































