
KabarMakassar.com — Kepercayaan akan doti-doti atau yang acap kali dikenal sebagai guna-guna ternyata masih hidup di tengah masyarakat Bugis-Makassar.
Ilmu sihir lokal ini menjadi kepercayaan turun-temurun yang diyakini mampu menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa.
Akan tetapi, dalam dunia medis tidak mengenal istilah doti-doti atau guna-guna. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Agus Japari, Sp.KJ, M.Kes.
Ia mengungkapkan, gangguan jiwa sendiri terbagi menjadi ringan sampai sedang serta sedang sampai berat.
“Gangguan jiwa berat gejalanya mengalami hendaya berat dalam menilai realita berupa mengalami halusinasi dan waham,” ujar dr. Agus, Selasa (21/10).
Orang yang mengalami gangguan jiwa berat, kata dr. Agus, mengalami halusinasi dimana mereka dapat mendengar suara-suara yang dianggap suara gaib dan melihat bayangan-bayangan yang dikira makhluk halus.
“Sehingga masyarakat zaman dahulu sebelum mengetahui ada gangguan jiwa berat mengaitkan hal-hal tersebut sebagai sesuatu yang mistik, gaib, atau orang Sulawesi Selatan sebut dengan doti-doti,” paparnya.
“Dan sampai sekarang sebagian masyarakat masih mengaitkan gangguan jiwa dengan doti-doti karena ODGJ mengalami gejala-gejala halusinasi dan waham yang dianggap gaib tersebut,” tambahnya.
Dengan pandangan tersebut, masyarakat biasanya membawa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ke dukun atau di ruqyah terlebih dahulu.
Kemudian, ketika tidak ada perubahan yang terjadi maka barulah mereka dibawa berobat ke psikiater dan rumah sakit jiwa.
Meski dalam dunia medis tidak mengenal doti-doti akan tetapi seseorang dapat mengalami gejala halusinasi dan waham sesaat.
Tak hanya itu, mereka juga dapat mengalami kesadaran yang berubah sementara akibat kurang istirahat, kelelahan, sugesti terhadap cerita-cerita mistik atau budaya tertentu, yang dapat kembali normal dalam waktu singkat.
“Apabila gejalanya berlanjut dan menetap maka hal itu bisa menjadi gangguan jiwa,” tukasnya.
Agus mengungkapkan jika penyebab gangguan jiwa multifaktor terdiri dari penyebab biologi, psikologis dan sosial budaya yang saling mempengaruhi.
“Biologi disebabkan oleh gangguan neurotransmitter dopamin, serotonin dan norepinefrin di otak,” imbuhnya.
Sementara, psikososial bisa di akibatkan karena dibully, diejek, hingga tertekan dalam lingkungan keluarga dan pertemanan.
Oleh sebab itu, dia mengingatkan kepada masyarakat, apabila ada keluarga atau orang sekitar yang diketahui mengalami gejala-gejala ODGJ maka sepatutnya segera dibawa ke rumah sakit jiwa atau psikiater.
“Karena ODGJ itu merupakan penyakit yang bisa diobati agar mereka bisa baik dan pulih kembali ke masyarakat,” tandasnya.
Dengan demikian, gangguan jiwa perlu dipahami sebagai kondisi medis yang dapat diobati, bukan hal mistis. Penanganan dini serta dukungan lingkungan amat penting guna mempercepat pemulihan dan membantu penderita kembali berfungsi di masyarakat.