
KabarMakassar.com — Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin alias Appi mengumumkan rencana pembangunan stadion baru di kawasan Untia, Kecamatan Biringkanaya, yang akan dimulai dalam waktu dekat dengan total investasi senilai Rp453 miliar. Proyek ini menggunakan skema Public Private Partnership (PPP) dengan model Build-Operate-Transfer (BOT).
“Stadion ini bukan hanya untuk sepak bola. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membuka ruang baru bagi pertumbuhan ekonomi kreatif, pariwisata, dan juga pendapatan asli daerah,” kata Appi saat dimintai keterangan di Balai Kota Makassar.
Pembangunan stadion akan menggunakan skema kemitraan pemerintah dan swasta atau Public Private Partnership (PPP) dengan model Build-Operate-Transfer (BOT).
Dalam skema ini, Pemkot Makassar hanya menyediakan lahan, sementara investor swasta akan bertanggung jawab atas pendanaan, pembangunan, hingga pengelolaan stadion selama periode konsesi.
“Ini bukan hanya proyek pembangunan, tapi proyek bisnis. Pemerintah sediakan lahannya, investor yang tanggung pembangunannya, operasionalnya, dan nanti mereka yang akan kelola sebelum diserahkan kembali ke negara,” jelas Appi.
Makassar, sebagai kota metropolitan terbesar di Indonesia Timur, telah mengalami kekosongan infrastruktur sepak bola sejak 2020.
Stadion Mattoanging yang dulu menjadi kebanggaan warga telah dibongkar, membuat klub kebanggaan Sulawesi Selatan, PSM Makassar, harus menggelar pertandingan kandang di luar daerah, bahkan hingga keluar provinsi.
“PSM adalah juara Liga 1 musim 2022–2023 dan klub sepak bola tertua di Indonesia. Dengan basis suporter fanatik yang tersebar di seluruh Sulawesi Selatan, mereka pantas memiliki markas sendiri di tanah kelahiran mereka,” tegas Appi.
Lokasi stadion yang direncanakan berada di dekat Pelabuhan Perikanan Untia, memiliki akses yang dinilai sangat strategis. Proyek ini akan terhubung dengan jalan tol dan jalur alternatif dari Sudlang ke Biringkanaya. Pemerintah juga menyiapkan integrasi sistem transportasi massal BRT serta akses laut melalui pelabuhan terdekat.
“Ini bukan stadion di tengah sawah. Semua infrastruktur pendukung sudah tersedia dan terencana, mulai dari listrik, air, hingga jaringan internet. Ini masuk dalam koridor zonasi RTRW Kota Makassar 2024–2044,” terang Appi.
Proyek ini bukan hanya fokus pada fisik stadion, tetapi juga menjadi bagian dari rencana besar pembangunan Sports and Entertainment District.
Fasilitas stadion nantinya akan dilengkapi dengan sistem pencahayaan modern 2.000 lux, teknologi VAR, panel surya, serta aplikasi pengelolaan digital.
“Kalau kita hanya bangun stadion lalu ditutup di luar musim bola, itu rugi. Maka stadion ini dirancang multifungsi. Bisa untuk konser, pameran, dan event berskala besar lainnya. Kita akan dorong aktivitas ekonomi terus bergerak di sekitar kawasan,” ujarnya.
Pemerintah juga membuka opsi kerja sama pengelolaan yang cukup luas bagi investor. Skema bisnis yang ditawarkan mencakup pengelolaan stadion, hak penamaan (naming rights), harga sewa, pengelolaan parkir, ruang usaha di dalam stadion, ruang terbuka hijau, hingga manajemen kawasan publik di sekitarnya.
“Investor tak hanya dapat keuntungan dari tiket atau pertandingan, tapi dari seluruh ekosistem stadion,” tambahnya.
Adapun tahapan proyek sudah dijadwalkan secara rinci. Sertifikasi lahan ditargetkan rampung pada tahun 2025, disusul penimbunan lahan pada 2026, lalu konstruksi fisik dijadwalkan berlangsung sepanjang 2027 hingga 2028.
Proyek ini juga akan didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar seperti listrik, air bersih, dan konektivitas transportasi.
Appi meyakini proyek stadion Untia akan menjadi kebanggaan baru Kota Makassar, sekaligus menciptakan multiplier effect ekonomi di wilayah pesisir kota.
Ia juga menegaskan bahwa pendekatan BOT dipilih agar pembangunan tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Kalau semua pakai uang APBD, kita hanya bisa bangun tembok. Tapi kalau kita gandeng investor, stadion ini bisa jadi simbol kemajuan dan kemandirian kota,” tutup Appi.