Tegar, Film Anak Berkebutuhan Khusus yang Mendunia Hadir di Makassar

1 month ago 19

KabarMakassar.com — Pemutaran film “Tegar” sukses menyentuh hati ratusan di Makassar yang hadir di Bioskop 21 Mall Panakkukang, Makassar pada Rabu (06/08).

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Makassar, Noptiadi juga menyampaikan apresiasinya terhadap film Tegar yang dinilai memiliki banyak nilai positif dan pesan moral.

“Kami sudah menonton film Tegar, banyak hal positif bisa diambil, pesan moral yang bisa didapatkan terkait inklusifitas, peran orang tua, dan lingkungan yang dapat bertumbuh dengan baik,” ujarnya.

Ia pun merekomendasikan agar film ini ditonton oleh para guru dan siswa.

“Film ini sungguh sangat bermanfaat, bagi siswa dan orang tua. Sangat direkomendasikan untuk ditonton bagi guru dan murid, untuk memberikan dampak kepada lingkungan,” sebutnya

Film Tegar menawarkan sesuatu yang jarang disentuh sinema arus utama yakni kisah anak penyandang disabilitas yang ingin sekolah, punya teman dan hidup mandiri. Mimpi yang terdengar sederhana bagi banyak orang, namun menjadi perjuangan besar bagi sebagian lainnya.

Tegar menjadi gerakan sosial yang menyuarakan inklusi, keberanian dan hak anak-anak penyandang disabilitas untuk bermimpi.

“Saya ingin menunjukkan bahwa anak-anak penyandang disabilitas bukan objek belas kasihan. Mereka punya potensi besar, asal diberi ruang dan kesempatan yang adil,” kata Anggi Frisca, sutradara film Tegar dalam keterangan press rilisnya, Rabu (06/08).

Sejak dirilis di Indonesia pada 24 November 2022, Tegar menjelma jadi fenomena yang unik dan mendapat sambutan meriah.

Film ini ditonton 1,7 juta siswa dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), mencakup lebih dari 4.000 sekolah di seluruh Indonesia.

Tegar mengisahkan tentang seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang hidup dengan disabilitas dan menyimpan mimpi sederhana, bersekolah dan memiliki teman, namun kenyataan tidak semudah yang ia bayangkan.

Setelah kepergian sang kakek yang selama ini menjadi satu-satunya pendukungnya, Tegar kembali terkungkung di rumah, di bawah pengawasan ibunya yang tak setuju dengan keinginan sang anak.

Kondisi semakin rumit ketika pengasuhnya harus pulang kampung, meninggalkan Tegar sendirian. Dalam situasi itu, ia memutuskan untuk memberanikan diri keluar rumah dan memulai perjalanannya mengejar impian kecilnya. Sebuah kisah yang sederhana, namun sarat makna dan relevansi sosial.

Cerita ini menjadi relevan di banyak negara yang masih berjuang mewujudkan akses pendidikan dan kehidupan sosial yang setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Di panggung internasional, Tegar membuktikan bahwa film dengan tema lokal dan isu inklusi bisa menembus batas geografis dan budaya.

Film ini menyabet penghargaan Best International Film di Golden Butterfly Awards, Isfahan, Iran festival film anak tertua di kawasan Timur Tengah.

Di Rusia, ia membawa pulang Film Terbaik Kategori Keluarga dalam Spirit of Fire International Film Festival, serta Sutradara Terbaik untuk Anggi Frisca.

Di Turki, Hungaria, India, Cina dan Inggris, penghargaan terus berdatangan, termasuk Aktor Terbaik untuk pemeran utama M Aldifi Tegarajasa, seorang aktor muda dengan disabilitas yang memainkan dirinya sendiri.

Berikut sejumlah penghargaan yang berhasil diraih :
• China International Children’s Film Festival (2024) – Pemeran Anak Terbaik
• Universal Kids Film Festival, Turki (2024) – Film Terbaik
• Golden Taiga Award, Rusia (2024) – Film Terbaik (Kategori Keluarga)
• Children’s Film Festival of Wales, Inggris (2024) – Nominasi Sutradara & Aktor Terbaik
• Hungarian Special Film Festival (2024) – Sutradara & Aktor Terbaik
• Golden Butterfly Awards, Iran (2023) – Film Internasional Terbaik & Aktor Terbaik versi Juri Anak
• Bulbul Children Film Festival, India (2023) – Film Terbaik
• Children Care International Film Festival, Paris (2023) – Film Terbaik

“Ini bukan kemenangan saya pribadi, tapi kemenangan anak-anak yang selama ini tak pernah terdengar suaranya,” kata Anggi Frisca.

Keunikan Tegar bukan hanya pada narasinya yang menyentuh, tetapi juga proses pembuatannya.

Anggi Frisca mengusung prinsip “Nothing About Us Without Us”, sebuah moto global yang berarti “Tidak ada tentang kami tanpa kami”, dengan melibatkan penyandang disabilitas secara aktif dalam produksi film ini.

Salah satunya adalah M Aldifi Tegarajasa, pemeran utama film ini, yang juga merupakan anak penyandang disabilitas.

Tegar, panggilan akrabnya menjalani pelatihan akting intensif selama satu setengah tahun sebelum memulai syuting.

“Sebelumnya, saya hanya ingin jadi YouTuber, tapi kemudian saya bertemu Bu Anggi dan diberi kesempatan. Ternyata saya bisa juga jadi aktor,” ucap Tegar

Persiapan yang panjang dan pendekatan inklusif inilah yang menurut banyak kritikus membuat Tegar terasa sangat otentik. Penonton bisa merasakan kedalaman emosi tokoh utama tanpa kesan dibuat-buat.

Film ini juga diperkuat oleh nama-nama besar perfilman Indonesia, yakni aktris senior Sha Ine Febriyanti memerankan ibu Tegar yang galau antara beban ekonomi dan ketakutan sosial. Tak hanya berakting, ia juga berperan sebagai pelatih akting bagi para pemain muda.

“Karakter Wida sangat kompleks. Ia bukan jahat, tapi lelah. Ini cerita banyak ibu di luar sana yang ingin melindungi anaknya, tapi belum tahu caranya,” tutur Ine.

Ada aktor legendaris Deddy Mizwar berperan sebagai kakek Tegar, seorang arsitek sukses yang membangun rumah inklusif untuk cucunya. Perannya memperlihatkan bahwa cinta dan penerimaan keluarga adalah fondasi utama inklusi.

Musisi dan penyanyi Joanita Chatarine juga menunjukkan sisi baru dalam dunia akting sebagai pengasuh Tegar, sekaligus terlibat dalam penciptaan soundtrack film yang mengharukan.

Lebih dari sekadar hiburan, Tegar menjadi wadah edukasi dan kampanye sosial. Banyak sekolah yang mengadakan nonton bareng (nobar) film ini, disusul dengan diskusi seputar toleransi, inklusi dan hak anak-anak berkebutuhan khusus.

Anggi Frisca bukan nama baru di perfilman setelah 15 tahun menjadi sinematografer beberapa kali mendapatkan nominasi di festival film indonesia menjadi best sinematografer dan menjadi perempuan pertama peraih penghargaan best cinematographer di malaysia golden globe award dalam film skala niskala, Tegar menjadi pembuktian kemampuannya sebagai sutradara penuh. Setelah memulai penyutradaraan melalui film dokumenterNegeri Dongeng (2017) dan film Disney Nona (2019), Tegar menjadi proyek yang paling personal dan berdampak dalam kariernya.

Menuju Distribusi Global
Saat ini distribusi untuk area amerika didistribusikan oleh California picture.

“Kami tidak ingin hanya membuat film, tetapi menyebarkan pesan penting untuk suara tak terdengar bahwa semua anak punya hak untuk tumbuh dan bermimpi,” pungkas Anggi.

Tegar telah membuktikan bahwa film lokal bisa berbicara dalam bahasa universal. Isu disabilitas yang dulu sering terpinggirkan, kini mendapat panggung yang layak. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia.

Melalui film ini, Anggi Frisca dan timnya membawa harapan baru, bahwa dunia perfilman Indonesia bisa menjadi agen perubahan sosial dan seorang anak dengan keterbatasan fisik pun bisa menjadi bintang, inspirasi serta suara untuk jutaan orang lainnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news