KabarMakassar.com — Adanya dugaan pelanggaran penggunaan identitas ganda di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2024 yang menyeret nama salah satu Kadis di Jeneponto menuai sorotan publik.
Baru-baru ini, sebuah video klarifikasi anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 005 Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, beredar luas di jejaring sosial media.
Rekaman video berdurasi 1 menit 23 detik itu pun mempertontonkan 4 orang sedang berada di depan rumah. Terdiri dari 2 orang perempuan disertai 2 orang laki-laki.
Dalam unggahannya, salah satu perempuan yang mengklaim dirinya sebagai anggota KPPS di TPS 5, Kelurahan Tolo Utara ingin menjelaskan terkait polemik adanya temuan dugaan penggunaan Daftar Pemilih Khusus (DPK).
Ia pun tak menampik bahwa dalam daftar pemilih ada deretan nama Aspa Muji terselip di kolom absensi DPK.
“Kami PPS Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto, ingin menjelaskan terkait masalah atas nama Aspa Muji, di absen DPK di TPS 5, Kelurahan Tolo Utara, disitu tertulis Aspa Muji sedangkan yang bertandatangan dan mencoblos sebenarnya adalah Bapak Karim ini,” ucapnya sambil tergesa-gesa, Jumat (13/12).
Tak hanya itu, dia juga berseloroh bahwa Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tertera di DPK bukan NIK Aspa Muji melainkan Karim sehingga terjadi kesalahan.
Dia berdalih bahwa kesalahan penulisan NIK dan nama di kolom absensi DPK adalah kesalahan anggota KPPSnya kala itu.
“Di sini sudah jelas namanya Karim dengan NIK yang pas. Jadi hanya kesalahan KPPS saat itu, karena nama Aspa Muji diatas sekali sehingga KPPS di TPS 5 salah menuliskan nama. Dia menuliskan nama Aspa Muji lengkap dengan titelnya,” imbuhnya.
Kesalahan administrasi yang dilakukan pihaknya itu pun langsung ditunjukkan dengan secarik kertas di tangannya.
Ia pun mencoba meyakinkan jika Aspa Muji tak pernah mencoblos di TPS 5 Kelurahan Tolo Utara.
“Padahal yang sebenarnya bukan bapak Aspa Muji yang datang mencoblos di TPS 5 di Tolo Utara, melainkan orang yang memiliki Suket ini, yaitu bapak Karim dengan NIK yang persis absen di DPK,” katanya ambil menunjukkan Suket di dalam genggamannya.
Parahnya lagi, keteledoran yang tak semestinya itu tak terjadi, baru di usut setelah pihaknya menerima informasi data ganda beredar luas di pemberitaan.
“Jadi perbedaan nama dan orang kami sudah mengklarifikasi dan sudah turun menemui bapak Karim ini, dan ternyata benar, Bapak Karim ini mencoblos sebagai DPK di TPS Tolo Utara, cuma, Dia (Karim) menandatangani nama Bapak Aspa Muji karena kesalahan anggota KPPS karena menulis nama bapak Aspa Muji,” tandasnya.
Dengan demikian, ia menyebut nama Aspa Muji sama sekali tidak pernah menggunakan hak pilihnya dua kali di TPS 05 Kelurahan Tolo Utara.
“Dia sama sekali tidak menginjakkan kakinya di TPS 5 Kelurahan Tolo Utara,” tandasnya.
Diketahui, Aspa Muji tercatat sebagai pemilih DPT di TPS 007 Empoang, Kecamatan Binamu.
Sebelumnya diberitakan, Tim pasangan calon (Paslon) nomor urut 3, Sarif-Qalby, kembali menemukan indikasi pelanggaran dalam pelaksanaan Pilkada Serentak 2024. Temuan ini mencakup dugaan data siluman dan pemilih ganda di dua TPS berbeda, yaitu TPS 005 Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, dan TPS 007 Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Liasion Officer (LO) tim Sarif-Qalby, Hardianto mengungkapkan adanya keterlibatan seorang ASN yang diduga menjabat sebagai Kadis di Jeneponto inisial AM. Oknum tersebut diduga menggunakan hak pilih di dua TPS dengan NIK berbeda.
“Ada kita temukan salah satu diduga ASN, yang bertugas sebagai kepala Dinas telah mencoblos sebanyak dua kali,” kata Hardianto.
Ia merinci, data siluman atau data ganda yang dipegang merupakan temuan dari tim investigasi di lapangan. Bahkan nama oknum yang diduga ASN itu terpampang jelas di daftar hadir.
Untuk bukti yang ditemukan kata Hardianto, pihaknya telah mengantongi banyak data pemilih ganda dan pemilih siluman.
Dari temuan itu, tercatat ada 7 orang masuk ke dalam absen DPK di TPS 005, Tolo Utara, Kecamatan Kelara.
Suket yang digunakan oleh AM itu bahkan tertera cap tanda tangannya sendiri, sebagai pejabat Kadis Dukcapil Jeneponto dan diterbitkan pada 27 Februari 2019.
Anehnya, NIK yang digunakan di TPS 005 Tolo Utara dan TPS 007, Empoang, Kecamatan Binamu berbeda.
“Di TPS 005 tertera angka NIK: 73040525046…, dan pemiliknya salah satu warga Kecamatan Kelara. Sementara di TPS 007 Empoang, tertulis NIK: 73040317…,” jelasnya.
Hardianto menuturkan, informasi oknum ASN itu diduga menjabat sebagai salah satu Kadis Kabupaten Jeneponto.
“Oknum ASN yang diduga itu bernama AM, sebelumnya mencoblos sebagai DPT di TPS 007 Empoang, Kecamatan Binamu,” jelas Hardianto.
Setelah mencoblos sebagai DPT, nama AM tercatat juga mencoblos di TPS 005 Tolo Utara.
Hanya saja, di TPS 005 Tolo Utara, nama AM menggunakan hak pilihnya sebagai DPK (Daftar Pemilih Khusus).
AM ditengarai telah menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang berbeda dan mengambil surat keterangan (Suket).
“Kita tentunya menduga, AM ini ke TPS 005 Tolo Utara Menggunakan Hak Pilih sebagai DPK dengan NIK berbeda, yang diambil dari Surat Keterangan,” imbuh Hardianto.
Untuk di TPS 007 Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu, AM hadir dengan bukti cap tanda tangan dalam daftar hadir pemilih, pada nomor urut ke 65.
Dengan ditelusurinya surat keterangan itu, terkuak identitas pemegang suket sebenarnya.
Dalam absen daftar hadir pemilih DPK, tercantum nama Aspa Muji di urutan ke empat. Disitu, AM juga membumbuhi cap tanda tangan sebagai bukti hadir sebagai pemilih.
Namun, cap tanda tangan yang berada di TPS 007 Empoang, dan 005 Tolo Utara itu berbeda. Hardianto menengarai, ada dugaan permainan atau dugaan manipulasi data pemilih.
Bahkan, nama AM tertera title yang lengkap, sebelumnya dia juga mencoblos di TPS 007 Empoang, Kecamatan Binamu.
Begitupula dengan nama yang sama, terdapat pula mencantumkan gelar title yang lengkap pada absen DPK di TPS 005 Tolo Utara, Kecamatan Kelara.
“Setahu kami, tidak ada nama AM yang memiliki title yang sama dengan Kepala Dinas yang sekarang dan Mantan Kadis Capil. Ini oknum memang pernah menjabat sebagai Kadis Kependudukan Pencatatan Sipil. Dan ditemukan fakta, bahwa suket itu, diduga telah disalahgunakan sebagaimana mestinya. Kita lihat dan patut menduga, dengan mengubah tanda tangannya dari TPS yang berbeda” tegas Hardianto.
Nama AM tercantum di absen, bahkan gelarnya diikutsertakan yakni, S.STP, M.Si Berdasarkan hasil temuan itu, Hardianto akan melakukan kroscek untuk mencari tahu validitas data identitas yang sebenarnya. Apabila temuan ini terbukti, maka pihaknya akan membawa hal ini ke ranah hukum.
Sekadar informasi, pemilih tidak bisa menggunakan hak pilihnya lebih dari satu kali, seperti aturan yang tertuang dalam Pasal 178C Undang-undang No 10 Tahun 2016 tentang Pilkada pada ayat 1.
“Setiap orang yang tidak berhak memilih yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)” bunyi pasal tersebut.
Sementara itu, AM yang dikonfirmasi secara terpisah Tim Kabarmakassar.com masih enggan memberikan tanggapan serius terkait temuan ini.
Dalam keterangannya, AM hanya menyampaikan salam sembari menuliskan tanda emoticon tanpa memberikan penjelasan apa pun.
“waalaikum salam” singkatnya melalui pesan What’sApp, Kamis (12/12).