
KabarMakassar.com — Upaya mewujudkan ekonomi hijau berbasis pemberdayaan warga mulai diwujudkan di Kelurahan Tanjung Merdeka, Kecamatan Tamalate, Makassar.
Tim pengabdian kepada masyarakat dari perguruan tinggi yang juga tim Ahli Pemkot Makassar, Prof. Dr. Batara Surya, resmi meluncurkan Program Terpadu Ekonomi Hijau yang memadukan pertanian perkotaan (urban farming) dan diversifikasi usaha perikanan serta peternakan skala rumah tangga.
Program ini melibatkan para akademisi lintas disiplin Prof. Batara Surya, Prof. Agus Salim, Dr. Hernita, dan Emil Salim yang selama beberapa bulan terakhir merancang pola pendampingan berkelanjutan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus menjaga lingkungan.
Warga didorong memanfaatkan taman lingkungan, ruang terbuka hijau, hingga pekarangan rumah untuk menanam sayuran hidroponik dengan siklus panen singkat, sekitar 30 hari. Hasil panen dipasarkan melalui platform daring dan komunitas lokal, sehingga warga bisa menjangkau konsumen tanpa perantara.
Untuk hilirisasi pendapatan, tim memperkenalkan tiga usaha skala kecil yang dikelola mandiri. Ayam petelur dengan kandang pekarangan berkapasitas rendah, dilengkapi manajemen pakan dan biosekuriti sederhana.
Budidaya udang vaname menggunakan kolam terpal modular dengan aerasi dan sistem pengelolaan kualitas air yang efisien, siklus panen 90–120 hari.
Produksi kepiting soka melalui pemeliharaan pra-molting dalam boks molting bersistem aerasi, panen 2–3 minggu.
“Program ini tidak hanya menciptakan sumber pendapatan baru, tetapi juga memanfaatkan setiap jengkal lahan agar lebih produktif tanpa merusak lingkungan,” jelas Prof. Batara Surya usai peluncuran, Rabu (17/09).
Langkah ini diharapkan menjadi model ekonomi hijau perkotaan yang dapat direplikasi di kelurahan lain di Makassar, sekaligus mendukung agenda pembangunan berkelanjutan dan ketahanan pangan kota.
Dimana, Pengelolaan air dengan pembuatan sumur dangkal untuk memastikan pasokan stabil saat kemarau. Pemanfaatan panel surya untuk kebutuhan cahaya dan peralatan hidroponik.
Pengomposan melalui biopori dan lubang vertikal, yang meningkatkan daya serap tanah, mengurangi genangan, dan menghasilkan pupuk organik.
Program juga menyasar aspek sosial dengan pasar murah dan pembagian paket pangan bagi warga prasejahtera. Sementara itu, sampah plastik dan botol bekas diolah menjadi ecobrick/dinding botol sebagai sarana edukasi daur ulang dan pengurangan sampah.
“Melalui kolaborasi ini, Tanjung Merdeka diharapkan menjadi contoh kota hijau yang inklusif. Warga dapat menekan biaya hidup sekaligus membuka peluang usaha rumah tangga,” tambah Prof. Batara.