Urban Farming Makassar Sasar 6.000 RT, Hadapi Tantangan Lahan Pertanian Sempit

2 hours ago 2
Urban Farming Makassar Sasar 6.000 RT, Hadapi Tantangan Lahan Pertanian SempitWali Kota Makassar Munafri Arifuddin saat Pencanangan Program, (Dok: Ist).

KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar resmi meluncurkan program urban farming sebagai langkah strategis untuk mengatasi tantangan keterbatasan lahan pertanian di wilayah perkotaan.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa pelaksanaan program ini akan menyasar seluruh lapisan masyarakat melalui pemberdayaan 6.000 Rukun Tetangga (RT) aktif di kota.

“Urban farming ini tidak lagi menjadi sekadar kegiatan hobi atau program sektoral. Kita jadikan ini sebagai kewajiban struktural di tingkat RT. Setiap wilayah akan mengelola pertaniannya sendiri, dengan sistem pengelolaan sampah mandiri yang saling terintegrasi,” ujar Appi nama karibnya saat pencanangan program di KWT Talas, Jalan Sunu, Minggu, (03/08).

Program ini dicanangkan bersama Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham, disaksikan oleh Ketua TP PKK Melinda Aksa Mahmud, Sekretaris Daerah Andi Zulkifly Nanda, sejumlah SKPD, serta akademisi dan tim ahli pemerintah kota. Pelaksanaannya akan melibatkan biopori, komposter rumah tangga, eco-enzyme, hingga budidaya maggot sebagai pengurai alami limbah organik.

Appi menyebut, salah satu alasan mendesaknya program ini karena Kota Makassar hanya memiliki 1.463 hektare lahan pertanian aktif. Angka itu dianggap jauh dari cukup untuk menopang kebutuhan pangan daerah padat penduduk seperti Makassar.

“Lahan kita sangat terbatas. Di Kecamatan Manggala misalnya, tersisa sekitar 469 hektare. Di Tamalate 342 hektare, Tamalanrea 307 hektare, dan Biringkanaya 288 hektare. Sementara Panakkukang hanya 29 hektare, Tallo 18 hektare, dan Rappocini tinggal 7 hektare,” paparnya.

Appi menyampaikan bahwa urban farming bukan sekadar program ketahanan pangan, melainkan upaya membentuk pola pikir dan gaya hidup baru di perkotaan. Ia menargetkan, dalam dua sampai tiga tahun mendatang, Makassar bisa menjadi kota eksibisi nasional dalam praktik pertanian kota modern.

“Kita ingin Makassar dikenal sebagai kota pameran hasil tani, bunga, buah, maggot, dan inovasi lingkungan. Mulainya dari RT, berkembang jadi kekuatan kolektif,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar, Aulia Arsyad, membenarkan kondisi tersebut. Ia menyampaikan bahwa dengan luas lahan yang terbatas dan tidak merata itu, urban farming menjadi solusi yang semakin relevan dan mendesak.

“Kami sudah dampingi 458 kelompok tani perkotaan. Itu termasuk 181 Kelompok Wanita Tani Hortikultura, 79 Kelompok Tani Pangan, 15 Kelompok Peternak, 53 Kelompok Pembudidaya Ikan, dan 130 Kelompok Pengolah Produk Pangan,” ungkap Aulia.

Dari total tersebut, sebagian kelompok tani sudah mengadopsi teknologi smart digital farming, seperti sistem irigasi dan pemupukan otomatis, penggunaan panel surya, hingga aplikasi pakan dan nutrisi terintegrasi.

“Tren digitalisasi mulai terbentuk. Ini penting untuk efisiensi, terutama di lingkungan rumah tangga dan wilayah dengan keterbatasan air dan lahan,” lanjutnya.

Pemkot Makassar juga aktif mendorong hilirisasi produk pertanian dengan menyelenggarakan Pasar Tani dua kali setiap bulan. Pasar ini menjadi ruang pemasaran langsung bagi petani ke konsumen kota, sekaligus menjaga stabilitas harga.

“Petani kita tidak hanya jual sayur. Mereka juga produksi sambal, telur asin, keripik, hingga produk olahan lainnya. Jadi ini ekosistem ekonomi baru yang kita bangun dari bawah,” tambah Aulia.

Tak hanya berhenti di pertanian, Pemkot Makassar juga mengembangkan program Animal Care untuk pendampingan ternak skala kecil dan manajemen kesehatan hewan rumah tangga. Program ini dijalankan lintas dinas, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, sebagai bagian dari integrasi sistem pengelolaan limbah dan edukasi masyarakat.

“Kolaborasi dengan komunitas muda, akademisi, dan sektor swasta terus kami perluas. Ini bukan kerja satu dinas, tapi gerakan sosial lintas elemen,” tutup Aulia.

Dengan dukungan struktur RT sebanyak 6.000, 458 kelompok tani aktif, dan hanya 1.463 hektare lahan pertanian yang tersisa, Kota Makassar kini mengandalkan urban farming sebagai jantung baru pembangunan berkelanjutan di tengah himpitan kota.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news