Cerita Inspiratif Anni, Awardee LPDP di Makassar : Dari Kegagalan Beruntun Menuju Beasiswa Bergengsi

1 week ago 13

KabarMakassar.com — Anni Atiqah Mahdiyyah, seorang perempuan asal Makassar, tumbuh sebagai anak pertama dari keluarga sederhana yang menjunjung tinggi nilai pendidikan.

Sejak kecil, ia dibiasakan berbicara dengan percaya diri melalui kebiasaan kultum tujuh menit seusai Shalat Maghrib yang diajarkan ayahnya, seorang dosen.

Dari ruang keluarga yang hangat itulah, kepercayaan diri dan kecintaannya pada ilmu perlahan bertumbuh.

Meskipun berasal dari keluarga sederhana, Anni tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas bekerja di bidang kesehatan.

Dari sanalah muncul cita-cita awalnya untuk menjadi dokter. Namun kehidupan kemudian mengarahkan langkahnya pada jalan lain yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Saat duduk di bangku sekolah dasar, Anni selalu meraih peringkat pertama. Namun seiring berjalannya waktu, ia mulai memahami bahwa pendidikan bukan sekadar angka dan ranking.

Baginya, ilmu adalah kebutuhan yang harus dikejar dengan kesadaran penuh, bukan hanya untuk prestasi semata.

Tahun 2019 menjadi salah satu masa paling berat dalam perjalanan pendidikannya. Anni gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SNMPTN maupun SBMPTN.

Kegagalan beruntun itu membuatnya terpukul, tetapi ibunya menjadi kekuatan terbesar dengan satu pesan sederhana “semua yang tertakar tidak akan tertukar”.

Kalimat itu menjadi kompas yang menuntun Anni bangkit dan mencari jalannya sendiri. Ia kemudian memilih Poltekkes Kemenkes Makassar, jurusan Teknologi Laboratorium Medik, sebagai tempat melanjutkan pendidikan.

Keputusan itu membuka jalan baru bagi dirinya untuk bertumbuh dan menemukan potensi lain yang sebelumnya tidak ia sadari.

Selama empat tahun berkuliah, Anni belajar bahwa impian tidak harus dimulai dari tempat yang dianggap paling prestisius. Ia justru menemukan banyak ruang belajar baru di kampus vokasi itu, termasuk membangun kemandirian dan rasa tanggung jawab sebagai anak pertama dalam keluarga.

Namun perjalanan kuliahnya tidak berjalan mulus. Beasiswa unggulan yang sangat ia incar sempat menolak dirinya dua kali. Kekecewaan itu bertambah ketika ia juga gagal dalam hampir semua ajang pemilihan duta yang ia ikuti pada tahun 2022.

Meski begitu, Anni tak mengizinkan kegagalan menghentikan langkahnya. Ia mencari peluang lain dan mencoba sebanyak mungkin kesempatan yang ia temukan, hingga akhirnya ia menyadari bahwa rezekinya bukan pada gelar, melainkan pada orang-orang yang ia temui selama proses.

Dari proses itu, ia justru berhasil lolos ke berbagai program internasional dan program kementerian. Ia juga bertemu dengan banyak sahabat suportif yang mendorongnya melanjutkan studi ke jenjang S2. Dukungan itu menjadi energi besar yang membuatnya semakin yakin melangkah.

Anni kemudian menyiapkan diri untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP (Lembaga pengelohan dana Pendidikan).

Meski sempat minder karena latar belakang Diploma, ia tetap berusaha dengan mengikuti berbagai pelatihan, mentoring, dan tidak malu bertanya kepada para awardee. Keyakinannya kembali tumbuh ketika ia mendapat penegasan bahwa setiap orang memiliki peluang yang sama.

Selama persiapan itu, pengalaman kegagalan beasiswa sebelumnya justru menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras. Ia memperbaiki berkas, meningkatkan kemampuan akademik, serta memperkuat rekam jejak pengabdian masyarakat yang selama ini ia tekuni.

Pengabdian menjadi salah satu hal yang sangat melekat pada diri Anni. Ia mendirikan komunitas Laboran Mengabdi Indonesia, sebuah ruang pemberdayaan bagi para pemuda khususnya di bidang kesehatan dan laboratorium medik.

Ia juga membuat platform Future Youth Scholarship untuk membantu para pejuang beasiswa.

Aktivitasnya di bidang pemberdayaan itu akhirnya menarik perhatian berbagai pihak. Ia bahkan menerima penghargaan Pemuda Berprestasi dari Gubernur Sulawesi Selatan, sebuah capaian yang dulu tak pernah ia bayangkan bisa diraih.

Usaha itu membuahkan hasil. Kemampuannya meningkat, dan ia semakin percaya diri menghadapi proses seleksi LPDP(Lembaga pengelohan dana Pendidikan).

Bahasa Inggris yang sempat ia abaikan kembali menjadi jembatan penting dalam perjalanan pendidikannya.

Saat wawancara LPDP(Lembaga pengelohan dana Pendidikan), Anni memaparkan rencana besar mengenai pengembangan komunitas Laboran Mengabdi Indonesia.

Ia menjelaskan bagaimana komunitas itu bisa diperluas untuk memberikan dampak lebih besar bagi masyarakat dan bagi generasi muda.

Penjelasan itu mendapat respons positif dari pewawancara. Visi dan dedikasinya pada bidang kesehatan menjadi nilai tambah yang menguatkan posisinya dalam seleksi beasiswa tersebut.

Pada awal 2024, Anni resmi dinyatakan lolos sebagai penerima LPDP(Lembaga pengelohan dana Pendidikan) dalam satu kali percobaan—sebuah pencapaian yang ia sebut sebagai “one shoot”.

Ia kini melanjutkan studi S2 Biomedical Science di Universitas Hasanuddin, membawa mimpi yang lebih besar untuk masa depan.

Keberhasilan itu menjadi bukti bahwa latar belakang bukanlah batasan, melainkan titik awal. Anni menegaskan bahwa setiap proses, gagal maupun berhasil, adalah bagian dari jalan panjang menuju kesempatan yang lebih besar.

Untuk para pencari beasiswa, Anni menyampaikan pesan sederhana namun bermakna, teruslah mengetuk pintu-pintu kesempatan.

Menurutnya, setiap orang punya waktu mekar yang berbeda, sama seperti bunga di taman yang tidak tumbuh bersamaan.

Ia percaya bahwa rezeki tidak akan tertukar. Selama terus berusaha, berdoa, dan mempersiapkan diri, apa yang ditakdirkan untuk seseorang akan tetap menemukan jalannya. Anni adalah bukti nyata bahwa kegigihan, dukungan keluarga, dan keberanian untuk mencoba bisa mengubah masa depan seseorang.

“Ketuk semua pintu rezeki. Jangan takut gagal. Yang sudah tertakar tidak akan tertukar. Setiap orang punya waktu mekarnya masing-masing,” ujarnya. (Putri)

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news