Dibuka Melemah, Pilpres AS Bayangi Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar

1 week ago 1

banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Selasa (5/11), turun sebesar 0,20% atau 31,5 poin ke level Rp15.784 per dolar AS.

Pada saat yang sama, indeks dolar AS mengalami penguatan tipis sebesar 0,02% dan tercatat di level 103,91. Meskipun dibuka melemah, rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif sepanjang hari dan berpotensi menguat di kisaran Rp15.690 hingga Rp15.770 per dolar AS pada penutupan perdagangan.

Pemprov Sulsel

Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka,Ibrahim Assuaibi, saat ini investor sedang memantau berbagai perkembangan global yang akan mempengaruhi pergerakan mata uang, salah satunya pemilihan presiden AS yang berlangsung hari ini.

Pemilihan presiden yang ketat antara kandidat Donald Trump dan Kamala Harris diperkirakan akan membawa sentimen baru bagi pasar, terutama karena perbedaan kebijakan ekonomi kedua calon yang bisa berdampak langsung pada nilai dolar AS.

Selain itu, kebijakan suku bunga The Fed juga menjadi perhatian besar bagi pelaku pasar, mengingat ekspektasi pemangkasan suku bunga yang dapat memengaruhi imbal hasil obligasi AS.

Selain faktor pemilu, pasar juga merespons data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan pada sektor tenaga kerja, yang tercermin dalam laporan non-farm payrolls yang dirilis pada Jumat lalu.

Data ini lebih lemah dari ekspektasi pasar dan memberikan sinyal bahwa pasar tenaga kerja AS mulai melambat, yang memperkuat harapan bahwa The Fed mungkin akan mempertimbangkan penurunan suku bunga.

‘Banyak ekonom memproyeksikan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam waktu dekat,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip, Selasa (05/11).

Prediksi ini memberikan angin segar bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, yang berpotensi menguat jika pelemahan dolar AS berlanjut.

Di sisi lain, kondisi domestik juga memberikan pengaruh terhadap pergerakan rupiah. Data terbaru menunjukkan bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia untuk bulan Oktober masih berada di zona kontraksi dengan angka 49,2, sama seperti bulan sebelumnya.

Ini menandakan kontraksi pada sektor manufaktur yang berlangsung selama empat bulan berturut-turut sejak Juli 2024. Sektor ini terus menghadapi tantangan dari permintaan baru yang lemah, penurunan produksi, serta pengurangan tenaga kerja.

Laporan S&P Global mencatat bahwa ketidakpastian geopolitik menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pertumbuhan sektor manufaktur, membuat perusahaan cenderung berhati-hati dalam meningkatkan aktivitas produksi.

Penurunan aktivitas ekspor baru yang terus berlangsung selama delapan bulan berturut-turut juga turut memberikan tekanan pada sektor manufaktur.

Menurut Ibrahim, ketidakpastian geopolitik ini membuat klien dari berbagai negara menahan permintaan ekspor dari Indonesia. Meski begitu, dengan faktor global yang menunjukkan potensi melemahnya dolar AS, Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah berpeluang kembali menguat pada penutupan perdagangan hari ini.

Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia juga menunjukkan tren penguatan terhadap dolar AS. Yen Jepang tercatat naik sebesar 0,58%, dolar Singapura menguat 0,61%, dan dolar Taiwan meningkat 0,08%.

Mata uang Korea Selatan, won, menguat 0,36%, sementara peso Filipina menguat 0,09%. Rupee India menjadi satu-satunya mata uang yang mengalami pelemahan sebesar 0,13%, sementara yuan China naik tipis 0,04%, ringgit Malaysia menguat 0,16%, dan baht Thailand naik 0,48%.

Pada perdagangan hari sebelumnya, rupiah ditutup melemah sebesar 0,13% dan berada di level Rp15.752 per dolar AS, sedangkan indeks dolar AS menguat sebesar 0,52% ke level 103,74.

Namun, dengan adanya sentimen positif dari ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed dan ketidakpastian dari hasil pemilu AS, rupiah masih memiliki peluang untuk mencatatkan penguatan pada perdagangan hari ini.

Ibrahim menyarankan para investor untuk tetap waspada dalam merespons fluktuasi pasar, terutama karena hasil pemilu AS dan keputusan The Fed diharapkan akan memengaruhi pergerakan mata uang global di minggu-minggu mendatang.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news