Penjabat Wali Kota Jogja Sugeng Purwanto menyerahkan penghargaan kepada pegiat lingkungan di Balai Kota Jogja, Selasa (3/12/2024) - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin
Harianjogja.com, UMBULHARJO—Pemkot Jogja menggelar puncam acara Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa di Balai Kota Jogja, Selasa (3/12/2024). Pada kesempatan ini sebanyak 60 pegiat lingkungan dari berbagai unsur masyarakat mendapatkan penghargaan dari Pemkot Jogja. Diantaranya adalah kelompok bank sampah hingga sekolah di Kota Jogja.
Penjabat Wali Kota Jogja Sugeng Purwanto menyebut pemberian penghargaan ini menjadi upaya untuk kembali mendorong kesadaran masyarakat dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan. Sugeng menyebut belum lama ini dia mendapatkan informasi dari BMKG.
BACA JUGA : Perempuan Lebih Rentan dari Dampak Perubahan Iklim
Dari informasi itu diketahui suhu di Gunung Merapi telah mengalami kenaikan hingga 0,6 derajat celcius. Jika suhu di atas mengalami kenaikan hingga mencapai 1 derajat celcius, maka akan turut berpengaruh pada tingginya suhu udara di Kota Jogja. Di sisi lain, Sugeng juga menyinggung soal Kota Jogja yang tak punya space luas. Kepadatan masyarakat pun terbilang tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya pelestarian lingkungan dari masyarakat salah satunya untuk menciptakan pasokan oksigen.
"Kelestarian lingkungan ini harus tetap dikondisikan dan dikenalkan sejak anak-anak usia dini. Ativitas menjaga lingkungan, bercocok tanam ornamental bunga, sebenernya satu hal yang membuat kita ini sehat selain jiga menciptakan alam kita supaya lebih ramah terhadap kehidupan kita yang dari hari ke hari polusi mungkin juga semakin tinggi," ujar Sugeng saat ditemui di Balai Kota Jogja, Selasa (3/12/2024).
Sementara, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Lusiningsih mengatakan penghargaan bagi para pegiat lingkungan ini rutin diadakan setiap tahun. Ini merupakan bentuk apresiasi Pemkot Jogja atas dedikasi para pegiat dalam ikut serta menjaga lingkungan. Lusi menuturkan kesadaran pelestarian lingkungan patut ditumbuhkan sejak dini. Dengan demikian, pelestarian lingkungan nantinya bisa tumbuh dan menjadi kebiasaan serta bukan menjadi sesuatu yang dipaksakan.
"Untuk bisa mengelola lingkungan hidup dari lingkungan terkecil dan menerapkan sejak dini itu ga mudah. Kita memancing dengan pemberian penghargaan harapannya uang pembinaan bisa dimanfaatkan dan menumbuhkan semangat menjadi pegiat lingkungan dari level rumah tangga dan sekolah," tutur Lusi.
Dia menambahkan, pelestarian lingkungan tak bisa optimal jika hanya mengandalkan pemerintah. Apalagi, lahan di Kota Jogja juga terbatas. Untuk itu, dia turut menggerakkan masyarakat. Salah satunya dengan membentuk Kampung Proklim. Ini menjadi program DLH dalam menghadapi fenomena climate change di tingkat wilayah.
Sejauh ini setidaknya baru ada 25 persen dari total 169 kampung di Kota Jogja yang sudah terbentuk menjadi Kampung Proklim. Lusi menyebut pihaknya akan terus mendorong terbentuknya Kampung Proklim di wilayah sebagai perwujudan kampung yang ramah lingkungan.
"Kalau andalkan pemerintah ga selesai, jadi 2 arah. Kami Mendorong budaya masyarakat untuk peduli lingkungan. Kampung proklim tidak hanya menanam, ada pemeliharaan tanaman, ada kolam ikan dan sebagainya.. Kampung proklim menjadi salah satu wujud peduli lingkungan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News