IHSG Kembali Melemah, Saham Perbankan Jadi Penekan Utama

2 weeks ago 3

banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren pelemahannya selama lima hari berturut-turut, ditutup turun 0,37% atau 28,03 poin ke level 7.606,60 pada perdagangan Selasa (29/10) kemarin.Pelemahan ini disebabkan oleh tekanan pada sejumlah saham perbankan besar yang menjadi pemberat utama IHSG.

Sepuluh saham yang paling membebani IHSG hari ini termasuk saham-saham perbankan, dengan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 1,26%, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) melemah 3,64%, dan PT Bank Central Asia (BBCA) turun 0,94%. Selain sektor perbankan, saham PT Astra International (ASII) juga melemah 2,38% dan PT Merdeka Copper Gold (MDKA) terkoreksi 2,48%.

Pemprov Sulsel

Meskipun IHSG melemah, investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 511,18 miliar di seluruh pasar. Di pasar negosiasi, net buy asing tercatat mencapai Rp 423,33 miliar. Namun, penjualan bersih (net sell) asing di pasar reguler mencapai Rp 934,51 miliar, terutama pada saham-saham perbankan seperti BBRI (Rp 407,89 miliar), BBCA (Rp 158,56 miliar), dan PT Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp 97,23 miliar.

Pada saat IHSG melemah, beberapa saham justru menunjukkan performa positif. Saham-saham yang masuk dalam daftar top gainers antara lain PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) yang naik 9,91%, PT Indosat (ISAT) menguat 5,94%, dan PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) yang naik 2,94%. Di sisi lain, saham-saham dengan penurunan tertinggi meliputi PT Safe n Lock Indonesia (SAFE) yang anjlok 14,46% dan PT Dyandra Media International (DYAN) turun 14,17%.

Lima indeks sektoral menjadi penekan utama IHSG, antara lain sektor energi yang turun 1,01%, sektor perindustrian melemah 0,87%, dan sektor keuangan yang terpangkas 0,50%. Namun, enam sektor lainnya justru mencatatkan penguatan, di antaranya sektor infrastruktur yang naik 1,02%, sektor kesehatan yang tumbuh 0,76%, dan sektor teknologi yang meningkat 0,74%.

Transaksi di Bursa Efek Indonesia hari ini mencapai total volume 28,76 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 10,9 triliun. Sebanyak 305 saham mengalami penurunan harga, 249 saham menguat, dan 232 saham tercatat tidak berubah. Dalam sepekan terakhir, IHSG tercatat turun 2,34%, meski secara tahun berjalan (year-to-date), indeks masih naik 4,59%.

IHSG Tertekan Sentimen Global, Harga Minyak Dunia Turun Tajam

Meskipun IhSG Masih tertekan, kekhawatiran pasar mulai mereda terkait dampak konflik Timur Tengah terhadap pasokan energi dunia. Penurunan signifikan harga minyak mentah memberikan angin segar bagi stabilitas harga energi. Harga minyak Brent tercatat turun 6,09% menjadi US$71,42 per barel, sementara minyak mentah WTI melemah 6,13% ke posisi US$67,38 per barel.

Penurunan ini dipicu oleh serangan balasan Israel terhadap Iran yang ternyata tidak mengganggu fasilitas minyak dan nuklir Iran. Serangan yang terfokus pada target militer tersebut membuat infrastruktur energi Iran tetap aman, mengurangi potensi lonjakan inflasi akibat kenaikan harga minyak.

Selain itu, perhatian pasar global masih tertuju pada kebijakan produksi minyak dari OPEC+, yang diperkirakan akan meningkatkan output mulai Desember 2024. Pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan pada 1 Desember mendatang, dengan pelaku pasar yang terus mencermati dampak kebijakan ini terhadap harga energi di masa mendatang.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) yang berada pada level tertinggi dalam sebulan terakhir memberikan tekanan pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Pemilu presiden AS yang semakin dekat menambah ketidakpastian, karena pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi di tengah situasi global yang dinamis ini.

Pasar Dalam Negeri Menanti Laporan Keuangan Emiten
Di dalam negeri, pelaku pasar bersiap menyambut rilis laporan keuangan kuartal III-2024 sejumlah emiten, khususnya sektor perbankan. Emiten bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dijadwalkan mengumumkan kinerja kuartal III pada hari ini, Rabu (30/10).

Berdasarkan konsensus Refinitiv, BRI diproyeksikan membukukan laba bersih sebesar Rp13,93 triliun pada kuartal III, sehingga total laba selama sembilan bulan tahun ini mencapai Rp43,83 triliun. Earnings per share (EPS) BRI diperkirakan meningkat menjadi Rp93,31 per saham.

Sebagai perbandingan, PT Bank Central Asia (BBCA) telah mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 12,8% year-on-year menjadi Rp41,1 triliun pada kuartal III-2024. Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) juga mencatat pertumbuhan laba 3,52% hingga September 2024, mencapai Rp16,3 triliun, didorong oleh ekspansi kredit sebesar 9,48% menjadi Rp735,02 triliun.

Dengan rilis laporan keuangan yang dinantikan, para investor domestik diharapkan akan lebih aktif, terutama jika kinerja emiten mampu memenuhi ekspektasi pasar, yang dapat memberikan sentimen positif bagi IHSG.

PDAM Makassar

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news