Sebuah karya instalasi berjudul “Mempersiapkan Sejak Dini” mencuri perhatian dalam pameran seni budaya bertema “Sangkut Paut”. (Dok: Ist)KabarMakassar.com — Sebuah karya instalasi berjudul “Mempersiapkan Sejak Dini” mencuri perhatian dalam pameran seni budaya bertema “Sangkut Paut” yang digelar di Hartdisk Studio, Kota Gorontalo.
Pameran bertema “Sangkut Paut” di Hartdisk Studio ini berlangsung dari 25 November hingga 15 Desember 2025.
Karya ini dibuat oleh Arianto, seniman yang lebih dikenal dengan nama panggung Erik DM, peserta program MTN: Lab Residensi Gorontalo.
Setelah melalui dua minggu rangkaian diskursus dan pendalaman karya bersama sejumlah seniman ternama Indonesia seperti FX Harsono, Fitri DK (Taring Padi), Sudjud Dartanto,
Heru Hikayat, hingga Jumaldi Alfi, Erik DM menghadirkan instalasi mixed media yang mengangkat kembali memori ritual dan pesan-pesan hidup dari orang tua kepada anak.
Instalasi “Mempersiapkan Sejak Dini” membangun sebuah ruang hening yang terbuat dari material alami seperti tunas kelapa, tanah, daun kering, dan dupa.
Suasana di dalam ruang dibuat redup dan intim, dengan cahaya yang keluar dari dalam kendi serta tunas kelapa yang digantung setengah melayang di tengah ruang. Atmosfer ini menghadirkan nuansa sakral, seolah pengunjung tengah hadir langsung dalam sebuah prosesi adat.
Karya ini terinspirasi dari pengalaman batin seorang anak Kajang yang sejak kecil dihantarkan dengan pesan-pesan kehidupan menjaga diri, menghormati leluhur, menjunjung adat, dan menjalani hidup secara sederhana.
Simbolisasi tunas kelapa yang digunakan dalam instalasi merujuk pada peran pentingnya dalam berbagai prosesi kebudayaan di Sulawesi, khususnya dalam tradisi masyarakat Adat Kajang.
Erik DM menjelaskan, karya ini tidak hanya merepresentasikan satu tradisi tertentu, tetapi juga mengajak publik merenungkan kembali pentingnya nasihat orang tua sebagai fondasi kehidupan.
“Akkalomba mengajarkan kita tentang kesederhanaan, ketaatan, dan penghormatan terhadap adat. Nilai ini sangat relevan di tengah perubahan zaman yang semakin cepat,” ujarnya.
Pengunjung yang datang ke pameran mengaku terkesan dengan pendekatan artistik yang dihadirkan. Banyak yang menilai instalasi ini bukan sekadar karya visual, tetapi juga pengalaman emosional yang memicu ingatan mereka pada pesan-pesan dari orang tua masing-masing.
Melalui pengangkatan ritual akkalomba ke dalam ruang seni kontemporer, karya ini diharapkan dapat memperkenalkan kekayaan budaya masyarakat Adat Kajang kepada publik yang lebih luas. Sekaligus, mempertegas pentingnya melestarikan tradisi lisan sebagai salah satu warisan berharga bangsa.


















































