Menilik Potensi Ekspor Sulsel di Tengah Perang Dagang China-Amerika

4 days ago 9
Menilik Potensi Ekspor Sulsel di Tengah Perang Dagang China-Amerika Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulawesi Selatan, Arief R. Pabettingi (Dok : KabarMakassar).

KabarMakassar.com – Perang dagang antara China dan Amerika Serikat terus mengguncang perdagangan global, menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Di tengah kondisi ini, Sulawesi Selatan (Sulsel) berpeluang besar untuk mengisi celah pasar yang ditinggalkan akibat ketegangan dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.

Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulsel, Arief R. Pabettingi, menilai bahwa perang dagang ini membuka kesempatan bagi Sulsel untuk meningkatkan ekspor berbagai komoditas unggulannya ke China.

“China kini mencari pemasok baru untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dari Amerika, seperti daging dan kedelai. Ini adalah peluang yang bisa dimanfaatkan Sulawesi Selatan dengan komoditas yang kita miliki,” ujar Arief.

Menurut Arief, saat ini, ekspor Sulawesi Selatan masih stabil, meski terdampak fluktuasi global. Tren ekspor umumnya mulai meningkat di bulan Maret, setelah Februari menjadi fase penjajakan dan persiapan kontrak bagi eksportir.

Beberapa komoditas unggulan Sulsel yang berpeluang besar di pasar China antara lain:

  • Sektor Perikanan: Ikan tuna, cumi-cumi, dan udang
  • Sektor Pertanian: Kakao dan rumput laut
  • Sektor Tambang: Nikel

“Saat ini ekspor nikel relatif stabil karena berbasis kontrak jangka panjang. Namun, untuk sektor perikanan dan pertanian, kita punya peluang besar untuk meningkatkan volume ekspor,” jelas Arief

Perang dagang China-Amerika telah mengubah jalur perdagangan global. China, yang selama ini bergantung pada impor dari Amerika, mulai mengalihkan sumber impornya ke negara lain.

Brazil dan Argentina kini menjadi pemasok utama daging dan kedelai bagi China, menggeser dominasi Amerika di pasar tersebut.

Namun, menurut Arief, Indonesia seharusnya juga bisa mengambil peran lebih besar dalam rantai pasok ini.

“Jika Brazil dan Argentina bisa mengisi celah pasar yang ditinggalkan Amerika, mengapa Indonesia tidak? Apalagi, jarak kita jauh lebih dekat dengan China dibandingkan kedua negara tersebut,” katanya.

Keunggulan geografis ini didukung oleh adanya fasilitas direct call dari Sulawesi Selatan ke China, yang mempercepat pengiriman barang dan mengurangi biaya logistik.

“Dengan direct call ini, Sulawesi Selatan memiliki keuntungan besar dalam distribusi ekspor. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah memperkuat kerja sama dan meningkatkan daya saing produk kita di pasar internasional,” tambah Arief.

Agar bisa memanfaatkan momentum ini, Arief menekankan pentingnya strategi yang matang dan dukungan dari pemerintah. Beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain:

1. Memperkuat kerja sama dagang dengan China
Pemerintah harus lebih aktif dalam membangun komunikasi dengan China agar produk-produk asal Sulsel bisa masuk ke pasar mereka secara reguler.

2. Meningkatkan daya saing produk ekspor
Pelaku usaha perlu memastikan bahwa produk mereka memenuhi standar kualitas internasional agar lebih kompetitif.

3. Mendukung eksportir lokal dengan kebijakan yang lebih fleksibel
Regulasi yang mendukung ekspor harus diperkuat agar eksportir lebih mudah mengembangkan pasar mereka.

4. Diversifikasi pasar ekspor
Meski China adalah pasar utama, Sulawesi Selatan juga perlu menjajaki peluang di negara lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu negara tujuan.

Perang dagang China-Amerika bukan hanya menciptakan tantangan, tetapi juga peluang besar bagi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan perannya dalam perdagangan global. Dengan strategi yang tepat dan dukungan penuh dari pemerintah, Sulsel bisa menjadi pemain utama dalam ekspor Indonesia.

“Jangan sampai kita hanya jadi penonton dalam dinamika perdagangan dunia. Ini saatnya Sulawesi Selatan membuktikan bahwa kita punya potensi besar untuk bersaing di pasar global,” pungkas Arief.

Untuk informasi, dalam keterangan resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel per Maret 2025 kemarin nilai ekspor melalui pelabuhan di Sulawesi Selatan pada Januari 2025 tercatat sebesar US$124,14 juta.

Angka ini mengalami penurunan 27,17 persen dibandingkan dengan Desember 2024 yang mencapai US$170,47 juta. Jika dibandingkan dengan Januari 2024, nilai ekspor ini turun lebih dalam, yaitu 33,43 persen dari US$186,49 juta.

Lima Komoditas Utama Ekspor Sulsel Januari 2025:

  1. Nikel – US$62,23 juta (50,13 persen)
  2. Besi dan Baja – US$34,51 juta (27,80 persen)
  3. Biji-bijian Berminyak – US$8,06 juta (6,49 persen)
  4. Kakao/Coklat – US$4,77 juta (3,84 persen)
  5. Garam, Belerang, dan Kapur – US$3,72 juta (2,99 persen)

Jika dibandingkan dengan Desember 2024:

  • Ekspor nikel turun 22,11 persen
  • Ekspor besi dan baja naik 11,76 persen
  • Ekspor biji-bijian berminyak turun 23,93 persen
  • Ekspor kakao/coklat turun 41,60 persen
  • Ekspor garam, belerang, dan kapur turun 32,22 persen

Sebagian besar ekspor Sulawesi Selatan pada Januari 2025 ditujukan ke lima negara utama, yaitu:

  1. Jepang – US$64,15 juta (51,68 persen)
  2. Tiongkok – US$52,66 juta (42,42 persen)
  3. Taiwan – US$3,33 juta (2,68 persen)
  4. Vietnam – US$1,67 juta (1,34 persen)
  5. Korea Selatan – US$1,21 juta (0,97 persen)

Dibandingkan dengan Desember 2024:

  • Ekspor ke Jepang turun 24,42 persen
  • Ekspor ke Tiongkok naik 3,00 persen
  • Ekspor ke Taiwan turun 34,16 persen
  • Ekspor ke Vietnam turun 44,62 persen
  • Ekspor ke Korea Selatan turun 57,25 persen

Ekspor Sulawesi Selatan pada Januari 2025 mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu.

Nikel tetap menjadi komoditas utama, meski mengalami penurunan. Sementara itu, ekspor ke Tiongkok menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan, sedangkan ekspor ke negara lainnya cenderung menurun.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news