kegiatan penananamn pohon tabebuya oleh GPIB di Makassar (Dok: Atri KabarMakassar)KabarMakassar.com — Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) melakukan penanaman pohon tabebuya dalam menyambut Persidangan Sinode Raya XXII tahun 2025. Penanaman 1000 pohon ini juga sebagai bentuk kepedulian terhadap isu pemanasan global.
Penanaman pohon tabebuya ini dilakukan di area ruas Jalan Perintis Kemerdekaan KM XI/XII, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sabtu (27/09) sekitar pukul 07.00 WITA, ini juga merupakan rangkaian dari kegiatan nasional menyambut persidangan sinode raya XXII GPIB tahun 2025, yang akan di gelar pada 27 Oktober sampai 30 Oktober mendatang.
“Kegiatan hari ini adalah kegiatan penanaman pohon tabebuya. Kami mencanangkan penanaman pohon tabebuya ini sebanyak seribu pohon. Seribu pohon kami targetkan itu mulai dari hari ini, tanggal 27 September kami rencanakan itu berakhir sampai tanggal 25 Oktober nanti,” kata Ketua panitia, christin sinaga kepada KabarMakassar.com, Sabtu (27/09).
Menurut Christin pihak nya memilih pohon tabebuya dikarenakan, pohon yang mempunyai akar punjang itu tidak merusak tanah dan lahan dari pohon lain yang sebelumnya telah ditanam, sehingga dapat berdampingan dengan pohon lainnya. Selain itu, pohon tabebuya juga dapat mempercantik ruas jalan dengan warna bungan yang indah.
“Kami harapkan bahwa masyarakat di kota Makassar ini bisa menikmati keindahan dari bunga-bunga yang tumbuh ini. Dengan demikian masyarakat Makassar juga terpicu atau terpanggil untuk bisa merawat kota Makassar ini lebih indah lagi,” tuturnya.
Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah tokoh lintas agama, pemerintah kota dan para pemuda, kurang lebih 300 peserta ini, melakukan penanaman sebanyak 65 pohon dengan jarak 300 meter di sepanjang ruas jalan. Namun, akan kembali dilakukan penanaman di berbagai lokasi di Kota Makassar, dengan target 1000 pohon tabebuya.
“Namun, target kami dalam kegiatan ini adalah seribu pohon, kami siap mewarnai kota Makassar dengan seribu pohon,” sebutnya.
Christin mengatakan bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan Dinas Lingkngan Hidup di Kota Makassar untuk kegiatan penanaman pohon ini. Sehingga, pohon tersebut tidak hanya sekedar dilakukan penanaman, tetapi juga akan dilakukan perawatan agar pohon tersebut dapat terus tumbuh.
Lebih lanjut, ia berharap bahwa kegiatan penananman pohon ini juga dapat membantu mengurangi dampak pada polusi udara dari pemanasan global yang dapat mengancam kesehatan manusia, seperti yang terjadi saat ini.
“Isu pemanasan global itu bukan hanya sekedar isu, kita merasakan bagaimana polusi di semua daerah, kita berbicara lingkup yang lebih kecil di kota Makassar ini saja. Bagaimana kalau kita keluar itu tidak senyaman yang dulu. Dulu enak naik becak tanpa masker, tanpa topi masih bisa, tapi dengan bertambahnya jumlah penduduk, dan juga bertambah banyaknya kendaraan, polusi semakin meningkat,” terangnya.
Sementara itu, Ketua II Musyawarah GPIB Sulselbarat, Pendeta Salmon Bawole mengatakan bahwa kegiatan penanaman pohon ini telah dilakukan di 26 provinsi, termasuk Sulawesi Selatan. Ia menerangkan bahwa kegiatan ini juga merupakan perhatian pihak gereja dalam rangka menjaga kelestarian alam.
“Jadi ini ekoteologi, jadi pemahaman iman kami harus diekspresikan dalam tindakan nyata lewat tindakan-tindakan menjaga keutuhan lingkungan dan kelestarian lingkungan,” kata dia.
Selanjutnya, kata Pendeta Salmon pihaknya akan kembali melakukan penanaman pohon tabebuya dengan jumlah 200 pohon.
Kegiatan ini akan berpuncak pada 25 Oktober sebelum pihak GPIB melakukan Persidangan Sinode Raya XXII tahun 2025. Namun, sebelum itu pihak GPIB akan melakukan kunjungan toleransi ke Masjid 99 Kuba.
“Dimulai dari setiap warga gereja, bukan hanya menanam pohon,tetapi mengurangi penggunaan plastik, air minum dalam kemasan, paperless, kegiatan kami tidak lagi memakai kertas, karena itu juga berdampak bagi lingkungan, karena kertas juga kan berasal dari pohon-pohon,” pungkasnya.


















































