Rupiah Naik ke Rp16.138, Sentimen Global dan Domestik Jadi Pendorong

3 weeks ago 9

banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah dibuka ke level Rp16.138 per dolar AS pada Senin (23/12). Pada pembukaan pagi ini, rupiah tercatat menguat sebesar 84 poin atau 0,51 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. Mata uang Garuda menunjukkan performa positif di tengah tren penguatan mayoritas mata uang Asia.

Di kawasan Asia, penguatan juga dialami oleh beberapa mata uang utama. Peso Filipina naik 0,34 persen, ringgit Malaysia menguat 0,47 persen, dolar Singapura naik 0,17 persen, yuan China bertambah 0,01 persen, dan dolar Hong Kong menguat tipis 0,05 persen.

Pemprov Sulsel

Namun, tidak semua mata uang Asia bergerak positif. Won Korea Selatan tercatat melemah 0,24 persen, diikuti baht Thailand yang turun 0,04 persen, dan yen Jepang yang terkoreksi 0,03 persen.

Sementara itu, mata uang negara maju juga mayoritas mencatat penguatan. Poundsterling Inggris naik 0,11 persen, dolar Australia bertambah 0,12 persen, dan euro menguat 0,09 persen. Selain itu, dolar Kanada naik 0,06 persen, dan franc Swiss menguat tipis 0,03 persen.

Berdasarkan kondisi pasar saat ini, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.100 hingga Rp16.200 per dolar AS sepanjang hari ini. Penguatan ini mencerminkan sentimen positif yang terus mendukung stabilitas mata uang domestik.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah masih sulit kembali ke level di bawah Rp16.000 per dolar AS pada pekan ini.

Pada Senin (23/12), rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di kisaran Rp16.210 hingga Rp16.270 per dolar AS.

Menurut Ibrahim, sejumlah sentimen eksternal menjadi penyebab utama fluktuasi nilai tukar rupiah. Salah satu sentimen yang memengaruhi adalah langkah The Federal Reserve (The Fed), yang baru saja menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Meskipun kebijakan ini sesuai ekspektasi pasar, The Fed tetap memberi sinyal bahwa laju penurunan suku bunga akan berjalan lambat, hanya dua kali sepanjang 2025.

“Pasar sebenarnya mengharapkan empat kali penurunan,” jelas Ibrahim dalam keterangan tertulisnya pada Senin (23/12).

Kebijakan ini semakin diperkuat oleh data Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat yang dirilis pekan lalu, menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat pada kuartal III/2024.

Di tengah kondisi tersebut, para investor kini menantikan rilis data indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditures), yang merupakan indikator inflasi utama pilihan The Fed, untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang prospek ekonomi AS.

Di sisi lain, sentimen internal juga turut memengaruhi pergerakan rupiah. Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga, didukung oleh permintaan domestik dan investasi yang tumbuh positif pada kuartal akhir tahun ini.

Konsumsi pemerintah dilaporkan meningkat seiring aktivitas belanja yang biasanya melonjak di akhir tahun. Selain itu, konsumsi rumah tangga juga diperkirakan tumbuh stabil berkat terjaganya kepercayaan konsumen.

Untuk merespons pelemahan rupiah yang terus berlanjut, Bank Indonesia menegaskan komitmennya melakukan intervensi di pasar keuangan.

Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Fitra Jusdiman, menyatakan bahwa BI terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah secara ketat, serta mengawasi dinamika mata uang global.

“BI selalu melakukan upaya stabilisasi secara terukur dan terus-menerus,” ujar Fitra.

Langkah stabilisasi ini dilakukan melalui berbagai mekanisme, termasuk intervensi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Dengan situasi yang dipengaruhi oleh berbagai sentimen, baik dari dalam maupun luar negeri, nilai tukar rupiah diproyeksikan tetap bergerak di rentang fluktuatif hingga akhir pekan.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news