
KabarMakassar.com – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin alias Appi, menyoroti masih maraknya praktik titip-menitip dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025.
Ia mengaku kerap menerima permintaan dari masyarakat yang ingin menitipkan anak atau keponakannya agar bisa diterima di sekolah favorit.
“Pak Appi tolong dikasih masuk ponakan ta disekolah ini,” ujar Appi menirukan, saat menghadiri peluncuran program seragam gratis di SMP Negeri 3 Makassar, Senin (21/07).
Dalam kesempatan itu, ia mengungkapkan bahwa SMPN 3 menjadi salah satu sekolah yang paling banyak diminati, bahkan hingga menimbulkan tekanan sosial kepada dirinya.
“Hampir setiap hari WA saya dipenuhi pesan, ‘tolong dulu kasi masuk keponakanta’. SMP 3 ini memang favorit, sampai-sampai saya jadi punya banyak keponakan karena semua ingin masuk di sini,” kata Munafri yang juga merupakan alumni SMPN 3 Makassar.
Meski begitu, Appi menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki wewenang untuk mengintervensi proses penerimaan siswa.
“Saya bilang, saya tidak tahu bagaimana caranya kasi masuk. Karena kalau saya turuti satu, bisa ada 20 sampai 30 orang lain yang minta ikut juga. Itu tidak mungkin,” tegasnya.
Menghadapi persoalan keterbatasan daya tampung di sekolah-sekolah unggulan, Wali Kota yang akrab disapa Appi ini mendorong Dinas Pendidikan untuk membuka opsi penambahan rombongan belajar (rombel) sebagai solusi jangka pendek.
Ia menilai penambahan rombel bisa menjadi jalan keluar dari tekanan masyarakat yang cenderung memusatkan permintaan pada segelintir sekolah.
“Tidak boleh semua tertumpu pada satu atau dua sekolah saja. Harus ada penyebaran yang merata agar distribusi pendidikan berjalan maksimal,” ujarnya.
Appi juga menekankan pentingnya pemerataan kualitas di seluruh satuan pendidikan. Ia menyebut bahwa jika kualitas guru dan fasilitas ditingkatkan secara merata, maka kepercayaan masyarakat terhadap sekolah-sekolah non-favorit juga akan meningkat.
“Kita harus dorong persepsi masyarakat bahwa semua sekolah itu setara. Untuk itu, kualitas guru, fasilitas, dan pelayanan pendidikan harus ditingkatkan di semua titik,” jelasnya.
Lebih lanjut, Appi berharap lingkungan sekolah menciptakan budaya kerja yang efisien dan berorientasi pada pelayanan, bukan pada pencarian keuntungan pribadi dari setiap kegiatan.
“Kita harus bangun etos kerja yang sama, efisiensi, simpel, dan jujur. Jangan hanya berlomba mencari selisih keuntungan dari program. Kegiatan itu harus punya nilai yang sejalan dengan tujuannya,” tandasnya.
Ia juga mengingatkan agar seluruh prosedur tetap dijalankan sesuai regulasi, meskipun prosesnya kompleks.
“Kalau prosedurnya ribet, tapi itu demi menjaga tata kelola yang baik, ya harus kita jalani. Jangan disederhanakan berdasarkan asumsi sendiri. Kalau ragu, bertanya. Jangan main kira-kira,” tutupnya.