Kampus Tak Lagi Bisa Jadi Pabrik Gelar: Prof Stella Serukan Revolusi Riset di Universitas

1 month ago 21
 Prof Stella Serukan Revolusi Riset di Universitas Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, (Dok: Ist).

KabarMakassar.com — Gelombang globalisasi dan disrupsi ilmu pengetahuan tak lagi memberi ruang bagi universitas yang hanya berfungsi sebagai pencetak ijazah.

Seruan keras ini datang dari Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, dalam kunjungan kerjanya ke Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Senin (07/07).

Di hadapan mahasiswa dan civitas akademika yang memenuhi Aula Lecture Theater Arsyad Rasyid, Stella tidak hanya menyampaikan pidato formal, melainkan menggelar alarm bagi dunia pendidikan tinggi. Ia mengingatkan bahwa universitas harus bertransformasi menjadi pusat inovasi, bukan sekadar ‘pabrik gelar’ yang meluluskan generasi tanpa kontribusi nyata.

“Jika adik-adik hanya belajar dari textbook tanpa punya kemampuan untuk bertanya dan menjawab, maka tidak perlu datang ke universitas. Buku bisa dibaca di internet. Tapi berpikir kritis dan menciptakan solusi, itu yang harus lahir dari kampus,” ujar Stella.

Stella menjelaskan, di tengah kompetisi global yang bergerak sangat cepat, kampus harus menjadi pusat riset produktif. Ia menyoroti data Nature Index sebagai contoh nyata pergeseran kekuatan riset dunia.

“Pada 2016, 10 besar lembaga akademik dunia dikuasai Amerika, hanya satu dari Cina. Tapi pada 2025, dominasi bergeser drastis. Sebagian besar dari Cina, dan Amerika tinggal satu.”

Bagi Stella, angka-angka itu bukan statistik biasa, tapi peringatan bahwa keunggulan tak pernah kekal jika tidak dipertahankan dengan kerja keras dan inovasi. Ia menegaskan, “Jangan kira kalau kita sudah bagus, maka akan terus bagus. Dunia riset itu selalu bergerak.”

Di titik ini, Stella mengangkat pentingnya universitas tidak hanya melahirkan lulusan, tetapi juga hasil penelitian yang berdampak nyata. Riset, menurutnya, memiliki dua peran strategis, pertama, langsung dimanfaatkan industri seperti sektor pengolahan rumput laut, dan kedua, membentuk pola pikir inovatif mahasiswa agar siap menghadapi dunia kerja atau bahkan menciptakan lapangan kerja baru.

Tak hanya soal prestasi akademik, Stella menyoroti tanggung jawab universitas terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa. Ia menyatakan bahwa kampus bukan menara gading yang eksklusif, melainkan harus menjelma sebagai kekuatan pembangunan nasional.

“Kalian sebagai mahasiswa universitas terbaik di Indonesia timur, punya tanggung jawab besar. Kalian punya kemampuan untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Menurutnya, universitas memiliki kekuatan strategis dalam mencetak tenaga kerja terdidik yang sangat dibutuhkan industri. Tanpa kontribusi dari dunia kampus, ekosistem ekonomi akan kehilangan mesin inovasi yang esensial. Namun Stella juga menyayangkan masih minimnya integrasi antara hasil penelitian dan pengembangan sektor riil.

“Adik-adik perlu mulai berpikir bahwa riset dosen bukan untuk disimpan di rak. Tapi harus jadi solusi. Harus jadi pemantik pertumbuhan ekonomi,” serunya.

Stella kembali menegaskan bahwa kompetisi di dunia pendidikan tinggi tak mengenal jeda. Ia mendorong Unhas dan kampus-kampus lainnya untuk berani melampaui sekat birokrasi dan zona nyaman. Bagi Stella, inovasi adalah nafas kampus masa depan.

“Dunia universitas tidak pernah diam. Ia selalu berkompetisi. Dan kita harus masuk ke arena itu. Kalau kita mau unggul, maka kerja keras, riset, dan inovasi adalah jalan satu-satunya,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news