Suasana FGD kajian perilaku pemilih Pemilu 2024 yang digelar Badan Kesbangpol DIY, Kamis (5/12/2024). - Harian Jogja / Yosef Leon
Harianjogja.com, JOGJA – Pemilu 2024 menjadi momentum penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia, yang tidak hanya sekadar menjadi peristiwa politik lima tahunan, melainkan juga sebagai tonggak penting dalam arah pembangunan nasional. Untuk itu, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY menekankan pentingnya memahami perilaku pemilih sebagai elemen esensial dalam menjaga partisipasi yang transparan dan akuntabel dalam pemilu.
Kepala Bidang Kebijakan Politik Dalam Negeri, Badan Kesbangpol DIY, Bagas Seno Aji mengatakan, setelah pihaknya merilis hasil kajian perilaku pemilih Pemilu 2024 kemudian diadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendukung terciptanya demokrasi yang berkualitas dan inklusif. "FGD ini merupakan wujud komitmen kita dalam mendukung demokrasi yang berkualitas dan inklusif. Pemilu 2024 menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi bangsa, bukan hanya sebagai peristiwa politik lima tahunan, melainkan sebagai tonggak arah pembangunan nasional," ungkapnya, Kamis (5/12/2024).
Bagas menekankan bahwa pemahaman perilaku pemilih menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa Pemilu bukan sekadar formalitas, melainkan juga untuk menggali potensi partisipasi publik yang dapat berdampak langsung pada keberlanjutan pembangunan nasional. “Memahami perilaku pemilih adalah elemen esensial agar partisipasi dalam Pemilu bisa berlangsung secara transparan dan akuntabel. Ini menjadi penting agar tujuan kita menciptakan demokrasi yang lebih baik dapat tercapai,” tambah Bagas.
BACA JUGA: KPU Bantul Tunggu Ada dan Tidaknya Gugatan Pilkada Sebelum Menetapkan Paslon Terpilih
FGD yang dilaksanakan bertujuan untuk menggali dinamika pemilih dari berbagai perspektif, baik itu secara psikologis, sosiologis, maupun politis. Bagas menekankan bahwa dengan memahami faktor-faktor masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, hasil dari kajian ini akan menjadi acuan bagi pemerintah, partai politik, dan masyarakat sipil untuk merumuskan strategi yang tepat dalam meningkatkan partisipasi pemilih.
Survei kajian perilaku pemilih Pemilu 2024 melibatkan 800 responden yang tersebar di seluruh daerah pemilihan di Provinsi DIY. Survei ini menggunakan metode Considerations Set Model (CSM), yang memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai proses pengambilan keputusan pemilih. Survei ini dilaksanakan pada 4 hingga 18 November 2024 dengan cara membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan seputar Pemilu dan perilaku pemilih.
Rangga Bumi, Koordinator Riset dalam kegiatan ini, mengungkapkan bahwa proses penentuan pilihan pemilih dimulai dengan pengetahuan politik yang dimiliki oleh masyarakat. "Penggalian pengetahuan politik ini diperoleh melalui berbagai saluran informasi, mulai dari media massa, media sosial, sosialisasi yang dilakukan oleh KPU, hingga baliho atau spanduk yang dipasang oleh calon maupun partai politik," jelas Rangga.
Lebih lanjut, Rangga menjelaskan bahwa pengetahuan politik yang dimiliki oleh masyarakat ini menjadi modal dasar dalam menelusuri rekam jejak calon, profil calon, hingga keberadaan partai politik. "Setelah itu, masyarakat juga melakukan diskusi dan interaksi, yang akhirnya membentuk sikap politik dan pilihan mereka," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News