Menakar Hubungan Appi dan IAS Menuju Kursi DPD I Golkar Sulsel

2 weeks ago 17
Menakar Hubungan Appi dan IAS Menuju Kursi DPD I Golkar Sulsel Ilham Arief Sirajuddin (Kiri) dan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (Kanan), (Dok: Ist).

KabarMakassar.com — Dinamika pemilihan Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan memunculkan dua nama besar yang diyakini bakal bersaing ketat, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (Appi) dan mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS).

Situasi ini menimbulkan spekulasi publik, khususnya karena keduanya saat ini tengah berada dalam satu lingkaran pemerintahan—istri IAS, Aliyah Mustika Ilham, adalah Wakil Wali Kota yang mendampingi Appi memimpin Makassar.

Appi saat ini mengklaim telah mengantongi 11 rekomendasi dari pengurus kabupaten/kota Golkar, menjadikannya sebagai kandidat kuat.

Namun, kemunculan kembali nama IAS sebagai alternatif di tengah dinamika partai, terutama pada level lobi pusat, membuat kontestasi ini semakin kompleks.

Hal ini juga memunculkan pertanyaan, akankah persaingan ini mempengaruhi hubungan personal dan profesional keduanya?

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Prof. Sukri Tamma, menilai bahwa ketegangan antara Appi dan IAS sangat mungkin muncul, namun tidak sampai pada tahap yang merusak. Kuncinya, kata dia, ada pada kedewasaan politik masing-masing tokoh.

“Apakah ini bisa merenggangkan hubungan? Kita akan lihat kedewasaan berpolitik mereka. Tapi saya kira, siapa pun yang nantinya terpilih, akan tetap berada dalam koridor partai. Di Golkar, perbedaan pandangan atau faksi itu bukan hal baru. Bahkan kerap kali terjadi, tapi partai tetap solid dalam struktur dan gerakannya,” ujar Prof. Sukri, Minggu (13/07).

Ia menegaskan bahwa dinamika internal Golkar selalu diwarnai dengan berbagai kelompok yang tidak selalu sejalan secara pribadi, namun tetap bergerak bersama sebagai kader. Menurutnya, kondisi ini sudah menjadi bagian dari kultur politik dalam tubuh Golkar.

“Secara personal mungkin mereka tidak sepenuhnya sejalan, tapi sebagai kader, saya kira tetap akan patuh pada keputusan partai. Ini soal kedewasaan. Kursi DPD I hanya satu, jadi wajar kalau terjadi persaingan. Tapi tidak berarti harus mengorbankan hubungan politik maupun etika personal,” jelasnya.

Prof. Sukri juga menekankan bahwa IAS adalah sosok politisi yang sudah matang dalam menyikapi dinamika politik, sementara Appi sebagai kader yang aktif saat ini diyakini memiliki kapasitas untuk menerima hasil apapun dari proses pemilihan.

“Kalau IAS yang terpilih, saya kira Appi tetap akan tunduk sebagai kader partai. Sebaliknya, kalau Appi yang mendapat amanah, saya yakin IAS akan menerima dengan legawa. Inilah kedewasaan politik yang semestinya menjadi fondasi utama dalam dinamika organisasi seperti Golkar,” paparnya.

Selain itu, ia menyinggung pentingnya peran DPP Golkar dan tokoh sentral seperti Bahlil Lahadalia untuk menjaga harmoni dan memastikan transisi kepemimpinan di Sulsel berjalan tanpa ekses.

“Pak IAS dan Appi sama-sama memiliki akar kuat di Golkar. Maka, siapa pun yang dipercaya memimpin, harus dihormati sebagai keputusan resmi partai. Ini bukan soal kalah atau menang semata, tapi tentang menjaga kebersamaan sebagai satu keluarga besar partai Golkar,” tandasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news