Suasana pembukaan dan gelaran PBD 2024 yang digelar Disbud DIY dan dipusatkan di Lapangan Minggiran, Mantrijeron Selasa (3/12/2024). - Harian Jogja / Yosef Leon
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kebudayaan DIY menggelar Pekan Budaya Difabel (PBD) 2024 di Lapangan Minggiran, Mantrijeron, Jogja. Agenda yang berlangsung pada 3-7 Desember 2024 itu akan diisi dengan beragam agenda seni dan budaya untuk merayakan keberagaman.
PBD 2024 dibuka dengan penampilan memukau dari siswa-siswi SLBN 1 Bantul. Tarian yang mereka bawakan mengangkat tema lingkungan, dengan para penari membawa pernak-pernik seperti tempat sampah sebagai simbol ajakan untuk lebih peduli terhadap alam. Tarian ini berhasil menyita perhatian penonton dan menjadi pembuka yang inspiratif.
Setelah penampilan tarian, suasana semakin hangat dengan hadirnya sejumlah penampilan musik dan tabuhan gendang dari Paniradya Kaistimewan DIY serta Aris Eko Nugroho yang menandai dimulainya gelaran PBD 2024. Musik yang mengalun merdu dan irama gendang yang menggelegar berhasil membangkitkan semangat para pengunjung.
Selama acara berlangsung, pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas menarik. Sejumlah stand pameran menampilkan karya-karya kreatif para penyandang disabilitas, mulai dari lukisan, produk fesyen, hingga produk UMKM. Selain itu, terdapat pula stand pijat, kuliner, permainan, dan berbagai kegiatan lainnya yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan PBD yang digelar setiap tahunnya ini semakin menegaskan komitmen kota ini dalam mewujudkan masyarakat inklusif. PBD bukan hanya sekadar acara tahunan, melainkan bagian penting dari upaya membangun Jogja sebagai kota yang menghargai keberagaman dan toleransi.
"PBD merupakan inisiatif dari komunitas teman-teman terkait disabilitas, dan kami berupaya untuk menjadi bagian dari acara ini," katanya.
Menumbuhkan Toleransi dan Apresiasi terhadap Perbedaan
Salah satu tujuan utama PBD adalah menumbuhkan rasa toleransi dan apresiasi terhadap perbedaan di tengah masyarakat. Menurut Dian, kegiatan ini memberikan ruang bagi teman-teman disabilitas untuk berekspresi dan berkarya. "Melalui PBD, kita ingin menunjukkan bahwa setiap individu, termasuk mereka yang memiliki disabilitas, memiliki potensi dan kontribusi yang sama bagi masyarakat," jelasnya.
BACA JUGA: Puluhan Disabilitas di Kota Jogja Diberi Layanan Pemeriksaan Kesehatan dan Alat Bantu
Selain itu, PBD juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas. Dengan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami dan menghargai keberadaan teman-teman disabilitas. "Inklusi dan keberagaman adalah bagian dari nilai-nilai kebudayaan kita. Melalui PBD, kita ingin menguatkan nilai-nilai tersebut," tambah Dian.
PBD juga menjadi momentum bagi masyarakat Jogja untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember. "Kami tidak hanya merayakan hari tersebut, tetapi juga memaknainya dengan melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan kesetaraan bagi semua," tegas Dian.
Usung Tema Gayeng Regeng
PBD 2024, yang tahun ini mengusung tema “Gayeng Regeng” telah memasuki tahun keenam untuk memperlihatkan komitmennya dalam mewujudkan Jogja sebagai kota yang inklusif. Koordinator PBD 2024, Broto Wijayanto mengungkapkan bahwa tahun ini PBD kembali berpindah lokasi, setelah sebelumnya diadakan di Bantul dan Sleman.
“Kami ingin menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperlihatkan bahwa semangat inklusi bisa tumbuh di mana saja,” ujarnya.
Melebur dalam Masyarakat
Salah satu hal yang menarik dari PBD 2024 adalah keberhasilannya dalam mengintegrasikan komunitas disabilitas dengan masyarakat umum. Melalui berbagai kegiatan seni dan budaya, PBD berhasil menunjukkan bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk berkarya dan berkreasi.
“Tema ‘Gayeng Regeng’ yang kami usung ingin menekankan semangat kebersamaan dan kesetaraan. Kami ingin semua orang, tanpa terkecuali, merasa nyaman dan terlibat dalam acara ini,” jelas Broto.
Keterlibatan komunitas seni lokal, seperti Sangkan dari Kelurahan Suryodiningratan, semakin memperkaya acara ini. Kolaborasi antara komunitas disabilitas dan masyarakat umum terbukti mampu menciptakan suasana yang hangat dan meriah.
Pembelajaran Sejak Dini
PBD 2024 tidak hanya menjadi ajang pentas bagi para penyandang disabilitas, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Dengan melibatkan sejumlah sekolah luar biasa (SLB) dan taman kanak-kanak (TK) di sekitar lokasi acara, PBD berupaya menanamkan nilai-nilai inklusi sejak dini.
“Kami ingin anak-anak sejak kecil sudah terbiasa berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda kemampuan. Harapannya, mereka tumbuh menjadi generasi yang lebih toleran dan menghargai perbedaan,” tutur Broto.
Salah satu tujuan jangka panjang dari PBD adalah mendorong kemandirian para penyandang disabilitas. Broto mengungkapkan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk melibatkan lebih banyak penyandang disabilitas dalam proses penyelenggaraan acara.
“Kami ingin agar suatu saat nanti, PBD dapat sepenuhnya dikelola oleh komunitas disabilitas. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi objek, tetapi juga menjadi subjek dalam kegiatan ini,” ujarnya.
PBD 2024 telah membuktikan bahwa dengan semangat gotong royong dan kepedulian yang tinggi, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua orang. Semoga semangat ini dapat terus menginspirasi masyarakat luas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News