KabarMakassar.com — Program Pengembangan Ekonomi Daerah melalui budidaya pisang Cavendish terus menunjukkan capaian positif di wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar). Di Triwulan I 2025, budidaya Cavendish mencatat realisasi KUR sebesae Rp7,24 miliar.
Kepala Kantor OJK Sulselbar, Moch Muchlasin, mengungkapkan bahwa hingga Maret 2025, program ini telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp7,24 miliar kepada para petani di enam kabupaten/kota.
Program ini menjadi bagian dari strategi Otoritas Jasa Keuangan dalam memperkuat perekonomian lokal melalui sektor pertanian.
“Pisang Cavendish dipilih sebagai komoditas unggulan karena potensi pasarnya yang luas, baik domestik maupun ekspor,” katanya, Sabtu (10/05).
Muchlasin menjelaskan, pembiayaan ini telah mencakup total luas lahan sebesar 73,5 hektar dan melibatkan 77 petani penerima manfaat. Para petani ini tersebar di enam daerah, baik di wilayah Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Barat.
Berdasar data yang dihimpun, Kabupaten Bone menjadi daerah dengan kontribusi tertinggi dalam realisasi program. Di kabupaten ini, 38 petani mengelola lahan seluas 36,5 hektar dengan total pembiayaan mencapai Rp3,65 miliar.
Angka ini menempatkan Bone sebagai wilayah sentral pengembangan pisang Cavendish di bawah program KUR OJK.
“Disusul Kabupaten Pangkep, yang menyalurkan KUR sebesar Rp1 miliar kepada 11 petani yang mengelola 10 hektar lahan,” lanjutnya.
Kabupaten ini menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan komoditas hortikultura dengan melibatkan kelompok tani aktif di wilayahnya.
Selanjutnya, Kabupaten Pinrang mencatatkan realisasi pembiayaan sebesar Rp600 juta. Dana ini dimanfaatkan oleh 6 petani yang mengelola total lahan seluas 6 hektar.
Sementara itu, Kabupaten Maros, dengan pembiayaan senilai Rp295 juta, melibatkan 5 petani yang menggarap lahan seluas 4 hektar.
Kendati skalanya lebih kecil, Maros tetap menunjukkan komitmen dalam memanfaatkan dukungan pembiayaan KUR untuk pengembangan pisang Cavendish.
Dari wilayah Sulawesi Barat, dua kabupaten turut menjadi bagian dari program ini. Di Kabupaten Mamuju Tengah, tercatat sebanyak 8 petani menerima pembiayaan sebesar Rp800 juta untuk mengelola 8 hektar lahan.
Kabupaten Pasangkayu juga menunjukkan partisipasi aktif, dengan 9 petani mengelola 9 hektar lahan dan memperoleh plafon pembiayaan sebesar Rp900 juta.
Secara keseluruhan, program ini mencakup enam kabupaten dengan pembiayaan total sebesar Rp7,24 miliar. Total luas lahan yang telah digarap mencapai 73,5 hektar dan melibatkan 77 petani.
Program ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi daerah serta meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan para petani di sektor hortikultura.
Muchlasin menegaskan bahwa OJK akan terus mendukung sektor pertanian sebagai penggerak utama ekonomi daerah.
Melalui pendekatan pembiayaan yang inklusif dan terintegrasi, OJK berharap pengembangan pisang Cavendish di Sulselbar tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga mampu menembus pasar internasional di masa mendatang.
Untuk informasi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) terus berupaya meningkatkan penyaluran kredit di wilayahnya.
Salah satu strategi utama yang akan diandalkan pada 2025 adalah pengembangan sektor pertanian, khususnya budidaya pisang cavendish.
Langkah ini diyakini mampu mendorong realisasi permodalan di Sulsel, mengingat pada 2024 pertumbuhan kredit bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hanya naik tipis sebesar 1,98% atau mencapai Rp61,52 triliun.
Kondisi stagnasi dalam penyaluran kredit ini turut berdampak pada pertumbuhan kredit secara keseluruhan di Sulsel yang hanya mencapai 4,23% pada 2024.
Padahal, pada 2023, angka pertumbuhan kredit di provinsi ini masih berada di level yang jauh lebih tinggi, yakni 13,15%.
Oleh karena itu, pemerintah daerah melihat sektor pertanian, khususnya budidaya pisang cavendish, sebagai solusi potensial untuk meningkatkan akses pembiayaan di daerah dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, yang menjadi koordinator dalam program ini, mencatat bahwa hingga akhir 2024, budidaya pisang cavendish telah berkembang di lima kabupaten, yakni Bone, Pangkep, Pinrang, Maros, dan Gowa.
Melihat potensi besar yang dimiliki sektor ini, OJK Sulselbar menargetkan ekspansi budidaya pisang cavendish ke 15 kabupaten pada 2025.
Sepuluh kabupaten tambahan yang akan menjadi lokasi pengembangan adalah Soppeng, Takalar, Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Enrekang, Sidrap, Wajo, Jeneponto, dan Parepare.
Dengan perluasan ini, total luas lahan yang digunakan diproyeksikan meningkat drastis hingga 2.433 hektare, dengan target pemberdayaan sekitar 2.433 petani.
Pemerintah Provinsi Sulsel pun semakin serius dalam mengoptimalkan potensi budidaya pisang cavendish.
Plt Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Hortikultura Sulsel, Uvan Nurwahidah Shagir, menegaskan bahwa pihaknya telah berkomitmen untuk memanfaatkan 500.000 hektare lahan tidur guna mendukung program ini.
Dari sisi ekonomi, ia memperkirakan bahwa pengembangan pisang cavendish secara besar-besaran bisa mendorong perputaran uang hingga Rp180 triliun per tahun.
Optimisme ini didukung oleh besarnya peluang ekspor pisang di pasar global. Berdasarkan data pada 2022, permintaan dunia terhadap pisang mencapai 21 juta ton dengan nilai perdagangan sekitar US$15,8 miliar.
Potensi ekspor pisang dari Indonesia sendiri diperkirakan bisa mencapai 22.112 ton atau setara dengan US$8,69 juta.
Dengan angka ini, Pemerintah Provinsi Sulsel yakin bahwa pengembangan pisang cavendish dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan dan berkontribusi dalam meningkatkan daya saing sektor pertanian di tingkat internasional.
Tak hanya di pasar domestik, hasil panen petani pisang cavendish di Sulsel juga mulai menembus pasar nasional dan global. PT Cipta Agri Pratama, sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan komoditas ini, baru-baru ini berhasil mengirimkan 10 ton pisang hasil budidaya ke Jakarta dan Surabaya.
Pengiriman ini menjadi langkah penting dalam memperluas distribusi pisang cavendish Sulsel ke berbagai kota besar di Indonesia.
Sebelumnya, perusahaan ini juga telah mencatatkan keberhasilan dalam menembus pasar ekspor. Sejak September 2024 hingga awal Februari 2025, sebanyak 130 ton pisang cavendish dari Sulsel telah diekspor ke beberapa negara di Timur Tengah.
Keberhasilan ekspor ini menjadi bukti bahwa pisang cavendish dari Sulsel memiliki kualitas yang mampu bersaing di pasar internasional.