
KabarMakassar.com – Tragedi meninggalnya seorang siswa kelas 6 SD berinisial MRA (15) di Makassar, yang diduga akibat pengeroyokan oleh sejumlah teman sekolahnya, memantik keprihatinan mendalam dari kalangan legislatif.
Anggota DPRD Kota Makassar dari Komisi D, Muhlis A. Misba, yang mewakili Fraksi Mulia, menyampaikan langsung belasungkawa saat mengunjungi rumah duka. Ia menegaskan pentingnya perhatian serius dari dunia pendidikan untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
“Saya sekarang berada di rumah duka. Ini adalah peristiwa yang sangat menyedihkan. Kami dari Komisi D DPRD Kota Makassar mengharapkan para pendidik benar-benar memperhatikan hal seperti ini agar tidak terjadi lagi di kemudian hari,” ujar Muhlis.
Menurutnya, peran guru sangat krusial dalam membentuk karakter siswa. Ia menyerukan agar pendidikan moral menjadi fokus utama dalam proses belajar-mengajar, bukan hanya mengejar aspek akademik.
“Khusus kepada para guru, saya harap lebih giat menanamkan pelajaran moral kepada anak-anak. Jangan sampai kejadian tragis seperti ini terulang kembali,” tegasnya.
Muhlis juga menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban dan berharap aparat penegak hukum segera menuntaskan proses penyelidikan.
“Kami semua sangat berduka. Kepada keluarga, semoga diberi kesabaran dan ketabahan. Kami juga berharap pelaku segera ditangkap dan diberikan hukuman yang setimpal,” ucapnya.
Sebelumnya, Seorang siswa kelas 6 sekolah dasar (SD) di Makassar, bernama MRA (15) meninggal dunia setelah menjalani perawatan medis, diduga akibat dikeroyok sejumlah siswa lainnya.
Anak ketiga dari 6 bersaudara itu diduga mengalami tindakan kekerasan oleh tiga siswa sekolah berbeda, hingga korban merasa sakit di bagian dada dan kepala, lalu dilarikan ke rumah sakit.
“Saya tahunya di rumah sakit ketika masuk di ruang ICU saya dapat informasi dari ipar, dia ditanya sama anak saya. Anak saya mengaku Yang mengeroyok itu satu orang siswa SMP dan dua orang siswa SD,” kata ayah korban, Ichal Jamaluddin kepada wartawan, Sabtu (31/05).
Ayah korban, mengatakan korban pertama kali menjalani perawatan di rumah sakit, pada tanggal 26 Mei kemarin, setelah mengeluh sakit di bagian dada dan kepala. Namun, korban tidak berkata jujur kepada orang tuanya setelah dikeroyok oleh tiga orang terduga pelaku.
“Saat pulang sekolah, baju sekolahnya sobek dan ditanya tapi dia bilang jatuh main bola, cuman istri curiga terus tidak lama dadanya dan kepalanya sering sakit dan kayak mengalami trauma, seperti orang ketakutan,” ungkapnya.
Ichal mengaku keluarganya tidak pernah mengetahui peristiwa pengeroyokan yanh dialami putranya itu. Namun, kasus ini terungkap setelah korban mengaku saat berada di rumah sakit, dan ditanyakan penyebab dada dan kepalanya sakit.
“Saya tidak tahu kapan kejadian pengeroyokan itu. Jadi ini anak sudah di rumah sakit baru bicara, korban meninggal di rumah sakit. Meninggal setelah beberapa jam di rujuk,” katanya.