
KabarMakassar.com — Setelah mencatat pertumbuhan dua digit pada tahun sebelumnya, sektor perbankan di Sulawesi Selatan (Sulsel) kini menunjukkan tren perlambatan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2025 memperlihatkan bahwa pertumbuhan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyaluran kredit hanya meningkat dalam kisaran moderat, yakni antara 4% hingga 6% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Kantor OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Moch. Muchlasin, mengungkapkan bahwa total aset perbankan di Sulsel mencapai Rp201,34 triliun, tumbuh 5,44% yoy.
“Pertumbuhan ini memang masih positif, namun melambat dibandingkan capaian tahun 2023 yang selalu konsisten di atas 10%,” ujarnya, Minggu (04/05).
Muchlasin menjelaskan, aset terbesar masih dikuasai oleh bank umum yang mencatatkan Rp197,58 triliun, tumbuh 5,49% yoy. Sementara Bank Perekonomian Rakyat (BPR) mencatatkan pertumbuhan lebih rendah, dengan total aset Rp3,76 triliun atau hanya naik 3,16% secara tahunan.
Dari sisi penghimpunan dana, total DPK yang berhasil dikumpulkan perbankan di Sulsel sebesar Rp135,06 triliun, meningkat 6,19% yoy.
Bank umum kembali mendominasi dengan kontribusi DPK mencapai Rp132,53 triliun, sementara BPR mencatatkan DPK sebesar Rp2,53 triliun.
“Lebih dari setengahnya penghimpunan DPK di Provinsi Sulawesi Selatan diisi oleh tabungan dengan share mencapai 58,87%,” terang Muchlasin.
Hal ini menunjukkan preferensi masyarakat terhadap produk tabungan masih sangat tinggi dibandingkan simpanan jenis lainnya.
Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan. Hingga Februari 2025, kredit yang disalurkan perbankan di Sulsel mencapai Rp165,03 triliun atau tumbuh 4,39% yoy. Dari total tersebut, bank umum menyumbang Rp161,78 triliun, sedangkan BPR menyalurkan Rp3,24 triliun.
Meski pertumbuhannya tidak sebesar tahun lalu, komposisi kredit di Sulsel masih didominasi sektor produktif dengan porsi mencapai 54,01%.
Namun, Muchlasin mencatat bahwa pertumbuhan tertinggi justru terjadi pada kredit konsumtif.
“Penyaluran kredit konsumtif meningkat signifikan sebesar 9,75% yoy, menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit di periode ini,” jelasnya.
Dari sisi sektor ekonomi, kredit perbankan di Sulsel paling banyak disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi mencapai 23,15% dari total keseluruhan.
Sektor ini menjadi andalan karena aktivitas perdagangan tetap menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
Meski demikian, kinerja intermediasi perbankan di Sulsel tetap dalam kondisi sehat. Hal ini tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada level 124,45%. Tingkat rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) pun masih dalam batas aman, yakni di angka 2,89%.
Muchlasin menyimpulkan bahwa sektor perbankan di Sulsel masih dalam kondisi stabil, meski mengalami perlambatan. Ia menekankan pentingnya menjaga kualitas kredit dan mendorong pembiayaan ke sektor-sektor produktif guna memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang.