Ribuan Jemaah Embarkasi Makassar Jalani Puncak Haji, Mulai Wukuf hingga Lempar Jumrah

1 day ago 8
Ribuan Jemaah Embarkasi Makassar Jalani Puncak Haji, Mulai Wukuf hingga Lempar Jumrah Lokasi melempar jumrah (Dok : Ist).

KabarMakassar.com — Ribuan jemaah haji Embarkasi Makassar melaksanakan rangkaian wajib haji untuk menyempurnakan ibadah haji selama di tanah suci. Hari ini, Kamis (05/06), jemaah haji Embarkasi Makassar mulai memasuki puncak haji dengan wukuf di Arafah.

Setelah melaksanakan Wukuf di Arafah dan Mabit (menginap) di Muzdalifah, jamaah haji akan mulai melempar jumrah (ula, wustha, dan aqabah).

Kegiatan yang akan berlangsung hingga hari tasyrik tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah ini memiliki filosofi yang dalam sebagai lambang melontar iblis yang menjadi musuh manusia yang nyata meskipun ghaib.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Agama bahwa lempar jumrah adalah memerangi iblis dan setan bukan karena ingin membunuhnya, melainkan berupaya agar godaan mereka tidak bisa menembus diri manusia.

Prosesi melempar jumrah di dalam ibadah haji terlihat mudah, tetapi sebenarnya banyak praktik yang salah kaprah, seperti mencuci batu kerikil sebelum dilontarkan, serta melontar jumrah menggunakan selain batu kerikil.

Termasuk praktik yang salah adalah melontarkan batu kerikil 7 (tujuh) buah sekaligus. Selain itu, ketika meminta digantikan melontarkan padahal masih mampu melakukan sendiri.

Melontar 3 jumrah dapat dimaknai melontarkan sifat trilogi thaghut (pendurka Allah) yang terkenal dari dalam diri kita, yakni Qarun, Bal’am, dan Fir’aun.

Pertama, jumrah ula, adalah melontar sifat Qarun dari dalam diri jamaah haji.

Lemparan batu pada jumrah ini diharapkan menjadi simbol kesadaran untuk membebaskan diri dari sifat-sifat Qarun, seperti sifat ‘ujub’ Qarun yang mengagumi diri sendiri sebagai orang yang ahli mendapatkan harta kekayaan.

Lalu, sifat ‘lalai bersyukur’ Qarun terhadap Allah ataupun berterima kasih kepada orang-orang pernah berjasa dan sifat ‘pelit atau bakhil’ Qarun yang enggan mengeluarkan harta untuk membantu fakir miskin, dan orang-orang yang memerlukan atau membiayai perjuangan di jalan Allah.

Selanjutnya, sifat ‘pamer’ Qarun yang suka mengoleksi barang yang tidak perlu di rumahnya, sekadar untuk menunjukkan bahwa dirinya kaya.

Lalu, ada sifat ‘tamak’ Qarun yang tidak merasa cukup dengan harta kekayaan yang dimilikinya dan selalu memandang ke atas dan sifat ‘westernisasi’ Qarun yang kebarat-baratan dalam cara hidup, makan-minum, berpakaian, hiburan, dan sebagainya serta sifat ‘menghitung-hitung’ harta yang akan dan telah disedekahkan di jalan-Nya dan Harta ‘haram’ Qarun agar tidak mencemari harta halal

Kedua, Jumrah Wustha, merupakan simbol membebaskan diri dari sifat-sifat Bal’am, yaitu sifat ‘menjilat’, sifat ‘menjual’ ayat dan kebenaran demi masalah dunia yang hanya sementara, sifat menghalalkan segala cara demi mendapatkan keinginan duniawi serta kehormatan sesaat dan sifat ‘perselingkuhan’ ruhani Bal’am yang menggadaikan tugas dari Nabi Musa kepada Raja Madyan dengan kedudukan, pangkat, dan istri cantik dari sang raja.

Ketiga, Jumrah Aqabah, merupakan simbol melemparkan sifat-sifat Fir’aun dalam diri jamaah, seperti sifat kesombongan dan kedurhakaan. kemusyrikan’ Fir’aun yang selalu menyekutukan Allah, sifat mendustakan agama, sifat ‘dzalim’ terhadap istrinya sehingga tega memukul, memenjarakan, bahkan membunuhnya.

Selesai melontar jumrah, jamaah haji diharapkan dapat membuang semua sifat-sifat Qarun, Bal’am, dan Fir’aun, dan menggantinya dengan sifat-sifat Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad saw yang kesemuanya merupakan sifat atau akhlak terpuji (mahmudah).

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news