Ketua DPD Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Sulawesi Selatan, Mayjen TNI (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Ketua DPD Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Sulawesi Selatan, Mayjen TNI (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki yang akrab disapa Panglima Ta, membeberkan alasan utama dirinya memutuskan bergabung dengan Hanura.
Menurutnya, Hanura bukan sekadar pilihan politik, langkah tersebut ia sebut sebagai hasil perenungan panjang dan keyakinan atas prinsip yang dipegang partai.
Pria yang terpilih menahkodai Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Sulawesi Selatan setelah ditetapkan melalui Musyawarah Daerah (Musda) menjelaskan, partai yang dipimpin oleh Oesman Sapta Odang (OSO) itu memiliki rekam jejak yang selaras dengan pandangan dan nilai perjuangannya.
Ia menyebut partai ini konsisten menjaga semangat nasionalisme, menjunjung tinggi sistem demokrasi, serta memberi kontribusi nyata untuk masyarakat.
“Saya pelajari dulu. Saya tidak mungkin asal masuk gerbong. Saya tahu sejarah lahirnya Hanura. Kiprah Hanura dalam setiap kegiatan selalu menunjukkan semangat nasionalisme yang tinggi. Hanura menjaga sistem demokrasi yang baik dan memberikan kontribusi ke masyarakat. Itu yang menjadi dasar saya memilih Hanura,” tegasnya.
Menurut pria yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulsel ini, Hanura memiliki karakter partai yang tegas dalam membela kebenaran dan keadilan, sekaligus berpihak pada kesejahteraan rakyat. Meski saat ini Hanura tidak berada di pemerintahan, ia menegaskan partainya tetap akan memberikan dukungan positif bagi kebijakan yang pro-rakyat.
“Kita harus tegar dan mandiri di atas kedaulatan kita. Sekarang kita memang tidak berada di pemerintahan, tetapi kita tetap mendukung pemerintahan. Kita ingin memajukan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, Panglima Ta menekankan pentingnya menciptakan pemerintahan yang berwibawa, akuntabel, transparan, demokratis, dan berlandaskan Pancasila. Hanura, kata dia, juga memiliki visi membentuk pemimpin yang bertakwa, jujur, adil, dan peduli lingkungan.
“Kita juga mendorong pengurus untuk disiplin agar tidak merusak sendi-sendi organisasi, serta menghadirkan kemandirian ekonomi demi mengurangi pengangguran,” jelasnya.
Lebih lanjut katanya, jabatan tersebut bukan sekadar posisi politik, melainkan amanah besar yang sarat tanggung jawab moral dan spiritual.
“Saya sering mendapat amanah, dan saya anggap itu amanah illahi yang kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat,” ujarnya.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, ia mengusung prinsip kebersamaan, gotong royong, dan soliditas internal. Konsep ‘satu komando’ yang diterapkannya bukan untuk membentuk otoritarianisme, melainkan untuk memastikan koordinasi, monitoring, dan koreksi berjalan efektif.
“Komando itu bukan otoriter. Kenapa ada komando? Karena di situ ada monitoring, ada koreksi, sehingga semua terarah,” pungkasnya.


















































