Tren Performative Male Merebak di Medsos, Berawal dari Kontes di Jakarta

1 month ago 17
Tren Performative Male Merebak di Medsos, Berawal dari Kontes di Jakarta Ilustrasi performative male, (Dok: Ist).

KabarMakassar.com — Istilah performative male tengah menjadi sorotan di media sosial Indonesia sejak awal Agustus 2025.

Fenomena ini merujuk pada perilaku laki-laki yang menampilkan minat terhadap hal-hal yang umumnya dianggap feminin mulai dari musik Clairo, koleksi boneka Labubu, literatur feminis, minuman matcha latte, hingga aksesori tote bag semata-mata untuk menarik perhatian perempuan.

Popularitas istilah ini di Indonesia melonjak setelah digelarnya Performative Male Contest di Taman Langsat, Jakarta. Kontes tersebut diinisiasi oleh akun X @alergikiwi pada 29 Juli lalu dan kini pengumumannya telah ditonton lebih dari 1,8 juta kali. Fenomena serupa sebelumnya terjadi di Washington Square Park, Amerika Serikat, pada 21 Juli, dengan tayangan TikTok @namyarfx menembus 4,3 juta kali.

Menurut majalah Elle, starter pack performative male mencakup earphone kabel, tote bag kanvas, boneka Labubu, matcha latte, kacamata, jaket denim, buku Atomic Habits karya James Clear, serta album Typical of Me dari Laufey. Namun, tidak semua pria dengan preferensi tersebut tergolong performative male. Sebagian memang memiliki minat tulus terhadap literatur feminis, astrologi, terapi, atau musik-musik dengan estetika soft boy tanpa motif pencitraan.

“Inti dari istilah ini adalah kepura-puraan demi mendapatkan perhatian lawan jenis,” tulis Elle, menegaskan bahwa fenomena ini dapat muncul dalam berbagai rupa, termasuk gaya skena dengan selera musik Hindia, jika dilakukan semata untuk citra diri.

Secara etimologis, kata ‘performative’ pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Inggris J.L. Austin pada 1950-an dalam teori tindak tutur, untuk menggambarkan ucapan yang sekaligus menjadi tindakan. Konsep ini kemudian diperluas oleh akademisi Judith Butler pada 1988 ke dalam teori gender, yang menyatakan bahwa gender dibentuk melalui tindakan berulang sesuai norma sosial.

Namun, penggunaan populer istilah ‘performative male’ kini bergeser jauh dari pengertian akademis tersebut. Merriam-Webster mendefinisikan ‘performative’ sebagai sesuatu yang dilakukan hanya demi pencitraan, sementara Urban Dictionary mencatat entri ‘performative male’ pada 14 Juli 2025 sebagai “subgenre dari nice guys” yang berpura-pura terkoneksi dengan sisi femininnya demi popularitas di mata perempuan.

Fenomena ini memicu perdebatan di kalangan warganet. Sebagian menilai istilah tersebut relevan untuk mengkritik perilaku manipulatif dalam relasi sosial, namun sebagian lain menganggapnya sekadar stereotip yang berpotensi menghakimi preferensi pribadi seseorang.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news