
KabarMakassar.com – Tantangan ketersediaan lahan pertanian di kota besar kian terasa, termasuk di Makassar yang kini berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa. Kebutuhan beras bulanan mencapai 10–11 ton, sementara lahan sawah yang tersisa hanya sekitar 1.300–1.400 hektare.
Kondisi ini mendorong Pemerintah Kota Makassar menggenjot program urban farming dan penguatan kolaborasi lintas sektor.
Langkah strategis itu disampaikan dalam Musyawarah Tani Abbulo Sibatang yang digelar Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar di Kelompok Tani Manyikkoaya, Jalan Arung Teko, Kamis (14/08).
Kegiatan ini dihadiri 300 peserta, mulai dari kelompok tani, kelompok wanita tani, kelompok nelayan andalan, hingga penyuluh pertanian lapangan.
Kepala DP2 Kota Makassar, Aulia Arsyad, menjelaskan bahwa musyawarah ini merujuk pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta Perda Kota Makassar Nomor 11 Tahun 2023 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Menurutnya, ada tiga tujuan utama dalam agenda tersebuat, diantaranya mengoptimalkan lahan pertanian untuk meningkatkan produktivitas padi, meningkatkan peran petani sebagai subjek pembangunan pertanian, dan menerapkan teknologi modern seperti benih unggul, pupuk, serta alat dan mesin pertanian.
“Kami memantapkan persiapan kelompok tani menghadapi musim tanam rendengan 2025–2026 dan gadu 2026,” jelasnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, pemerintah menyalurkan 2.679 liter pupuk organik cair, 2.084 kilogram benih padi sebar, serta 350 botol pestisida nabati kepada para petani. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin yang akrab disapa Appi, menegaskan bahwa meski Makassar adalah wilayah perkotaan, siklus pertanian harus tetap berjalan.
Ia mengingatkan bahwa lahan yang makin terbatas menuntut pemanfaatan teknologi pertanian secara penuh, terutama lewat kemitraan antara petani, perguruan tinggi, dan Kementerian Pertanian.
“Saya harap Fakultas Pertanian dan para guru besar terus memberi bimbingan. Kita harus memanfaatkan setiap jengkal lahan yang ada,” ujarnya.
Appi menyoroti masih dominannya metode konvensional di kalangan petani. Ia mendorong keterlibatan generasi muda, khususnya di Kecamatan Biringkanaya, untuk mengadopsi digitalisasi dan teknologi pertanian.
Mengacu pada program nasional swasembada pangan dalam Asta Cita Presiden RI, ia menyebut pemerintah pusat terus mencetak lahan sawah baru untuk mengurangi ketergantungan impor beras.
Namun di Makassar, solusi yang dipilih adalah urban farming berbasis komunitas RT/RW, yang juga diintegrasikan dengan pengelolaan sampah.
“Jika pertaniannya tumbuh subur dan sampah terkelola, insya Allah Makassar akan menjadi kota yang lebih baik,” tegasnya.
Musyawarah Tani Abbulo Sibatang tahun ini menjadi momentum memperkuat kolaborasi antara petani, penyuluh, dan pemerintah dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan di tengah tekanan pembangunan perkotaan.
Turut hadir Kadis Ketahanan Pangan Dr. Alamsyah Sahabuddin, Danramil 1408-11/Biringkanaya Mayor Inf Turimin, Camat Biringkanaya Juliaman, Kapolsek Biringkanaya Kompol Nico Ericson Reinhold, para camat se-Kota Makassar, serta lurah se-Kecamatan Biringkanaya.