
KabarMakassar.com – Kondisi perbankan di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2025 menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dari sisi aset dan dana pihak ketiga (DPK), meski penyaluran kredit masih belum sepenuhnya pulih.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), aset dan DPK mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,91% dan 6,55% secara year-on-year (yoy) per Maret 2025.
Kepala Kantor OJK Sulselbar, Moch Muchlasin, menjelaskan bahwa kondisi ini mencerminkan bahwa aktivitas menabung masih mendominasi di tengah perlambatan penyaluran kredit.
“Artinya pada triwulan pertama ini, lebih banyak yang menabung daripada mendapatkan kredit. Mungkin usaha-usaha belum sepenuhnya berjalan, semoga triwulan berikutnya bisa lebih masuk,” ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor OJK Sulselbar, Jumat (07/5) kemarin.
Meski demikian, dari sisi kesehatan perbankan, Sulsel tetap menunjukkan posisi yang solid. Tingkat risiko kredit atau rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat berada di angka 2,87%, masih jauh di bawah batas aman nasional sebesar 5%.
“Untuk kondisi NPL masih sangat terjaga, masih jauh dari angka 5% yang menjadi patokan nasional, begitupun dengan LDR, yang berarti bank masih menggunakan modalnya sendiri, dengan rata-rata yang nasional lebih bagus,” jelas Muchlasin.
Adapun fungsi intermediasi atau Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulsel mencapai 122,93%, yang menunjukkan bahwa bank-bank di daerah ini cukup agresif dalam memanfaatkan dana pihak ketiga untuk penyaluran kredit.
Secara nominal, aset perbankan di Sulawesi Selatan tercatat meningkat dari Rp 193,55 triliun pada Maret 2024 menjadi Rp 204,99 triliun per Maret 2025. Dari jumlah tersebut, kontribusi Bank Umum mencapai Rp 201,19 triliun, sementara Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menyumbang Rp 3,79 triliun.
Sementara itu, DPK tercatat tumbuh dari Rp 128,90 triliun menjadi Rp 137,34 triliun pada periode yang sama. DPK tersebut terdiri dari dana di Bank Umum sebesar Rp 134,78 triliun dan BPR sebesar Rp 2,48 triliun.
Muchlasin juga memaparkan komposisi portofolio DPK berdasarkan jenis simpanan. Pada posisi Maret 2025, tabungan mendominasi dengan porsi 60% atau senilai Rp 82,02 triliun. Deposito menyumbang 25% atau sebesar Rp 34,27 triliun, sedangkan giro berkontribusi 15% atau sekitar Rp 21,06 triliun.
Pertumbuhan tiap jenis DPK pun mengalami dinamika selama lima tahun terakhir. Pada Desember 2020, giro mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,02%, disusul tabungan 10,86%, sementara deposito mengalami kontraksi sebesar -1,64%.
Memasuki Desember 2023, tren serupa berlanjut dengan giro yang melonjak 14,84%, tabungan tumbuh 7,82%, dan deposito kembali menyusut -5,25%. Namun pada Maret 2025, terjadi pembalikan arah yang positif di seluruh portofolio.
“Giro tetap menjadi yang tertinggi dengan pertumbuhan yoy sebesar 9,07%. Tabungan juga masih tumbuh sebesar 3,38%, dan yang menarik adalah deposito yang sebelumnya negatif, kini tumbuh positif sebesar 2,45%,” kata Muchlasin.
Dengan posisi yang terjaga dari sisi likuiditas dan rasio risiko yang masih dalam batas aman, Muchlasin optimistis bahwa kinerja perbankan Sulsel akan terus membaik seiring meningkatnya aktivitas usaha pada kuartal-kuartal berikutnya.