Peluncuran Dapur Makan Bergizi Gratis di Rappocini II, (Dok: Sinta KabarMakassar)
KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar kembali menunjukkan komitmennya dalam memerangi stunting dan memperkuat ketahanan gizi nasional melalui peluncuran Dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) di Kelurahan Rappocini II.
Kepala SPPG Rappocini II, Marcella Cindy Leonyta, mengatakan Program ini bekerja sama dengan Yayasan Prabu Jaya Berkarya Nusantara dengan menyalurkan 1.846 porsi makanan bergizi kepada 790 siswa SMA Negeri 2 Makassar dan 1.056 siswa SMP Negeri 3 Makassar dalam hari pertamanya.
Inisiatif ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan langkah nyata dalam membangun generasi emas Indonesia melalui pemenuhan kebutuhan dasar paling penting, gizi.
“Selama ini, banyak anak-anak kita menghabiskan waktu di sekolah tanpa jaminan asupan yang memadai. Ini bukan hanya soal makan, tapi soal masa depan. Dengan pola makan sehat dan pelayanan gizi yang berkelanjutan, kami berharap dapat turut memutus mata rantai stunting di Indonesia secara menyeluruh,” tegas Marcella sat launching dapur MBG di Rappocini II, di jalan Andi Djemma, Senin (02/06).
Marcella menambahkan bahwa program ini tidak hanya ditujukan kepada siswa sekolah, tetapi juga mendorong peningkatan kesadaran gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan remaja. “Pendidikan gizi dimulai dari rumah dan diperkuat di sekolah. Kita harus bergerak bersama dari berbagai sisi,” ujarnya.
Makanan yang disalurkan telah melalui proses perencanaan dengan standar gizi seimbang, mengedepankan keberagaman bahan pangan lokal serta kandungan nutrisi yang sesuai usia dan kebutuhan belajar.
“Ini bukan soal kenyang, tapi soal kualitas. Kami menyajikan makanan yang tidak hanya lezat, tapi juga fungsional untuk tumbuh kembang mereka,” imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, dalam sambutannya, menyebut bahwa peluncuran Dapur MBG adalah bagian dari strategi jangka panjang pemerintah dalam menciptakan Indonesia Emas 2029. Ia menekankan bahwa pembangunan manusia dimulai dari gizi.
“Ini bukan semata-mata program sosial. Ini adalah proyek peradaban. Masa depan bangsa ini ada di isi piring anak-anak kita hari ini,” tegas Munafri.
Ia menuturkan bahwa upaya memperbaiki kualitas gizi tidak bisa ditunda, dan harus dimulai sejak usia dini. “Kalau kita bisa menjamin asupan sejak bangku SD, maka kita tidak akan lagi menyaksikan generasi muda yang terhambat secara fisik dan kognitif di masa depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Munafri menyoroti aspek pemberdayaan ekonomi dari keberadaan dapur MBG. Menurutnya, selain menyalurkan makanan bergizi, dapur ini juga menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan sekitar.
“Coba kita hitung: berapa banyak tenaga dapur yang dibutuhkan, berapa banyak pengantar makanan ke sekolah, dan berapa banyak survei gizi yang bisa dijalankan. Ini adalah proses multidimensi yang menggerakkan ekonomi lokal sekaligus memperkuat struktur sosial,” ungkapnya.
Meski optimis, Munafri juga memberi peringatan keras kepada seluruh satuan kerja SPPG di Makassar untuk tidak main-main dalam hal kontrol kualitas. Ia menekankan bahwa setiap makanan yang disajikan harus memenuhi standar tinggi baik dari sisi kandungan maupun kebersihan.
“Kami tidak ingin sekadar memberi makan. Kami ingin memberi asupan gizi yang membentuk tulang yang kuat, pikiran yang tajam, dan semangat belajar yang menyala. Tidak boleh ada toleransi terhadap makanan asal jadi,” tegasnya.
Pemerintah Kota Makassar, kata Munafri, menargetkan setidaknya Dapur MBG aktif terus bertambah hingga akhir 2025, dengan sistem evaluasi triwulan yang melibatkan akademisi, tenaga kesehatan, serta tokoh masyarakat. Evaluasi ini akan meninjau dampak terhadap angka stunting, efektivitas distribusi, dan partisipasi masyarakat.
“ini bukti bahwa negara hadir, tidak hanya lewat slogan, tapi lewat piring yang penuh,” tutup Munafri.
