Bahaya Asap Knalpot bagi Kesehatan, Ancaman Serius yang Sering Diabaikan

2 days ago 12

KabarMakassar.com — Keberadaan kendaraan bermotor memberikan kemudahan yang amat signifikan bagi manusia dalam menjalani berbagai aktivitas sehari-hari, baik itu dari segi mobilitas maupun efisiensi waktu.

Tetapi, di balik manfaat tersebut, terdapat dampak negatif yang tidak bisa diabaikan, yakni pencemaran udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang dari kendaraan, atau yang lebih dikenal sebagai asap knalpot.

Emisi tersebut merupakan hasil sampingan dari proses pembakaran bahan bakar di dalam mesin kendaraan bermotor.

Gas buang itu mengandung berbagai zat kimia berbahaya dan partikel halus yang mempunyai potensi tinggi untuk membahayakan kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Dilansir dari Hellosehat, sejumlah komponen berbahaya yang umum ditemukan dalam asap knalpot antara lain benzena, arsenik, formaldehida, karbon monoksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, 1,3-butadiena, senyawa polycyclic aromatic hydrocarbons, dan karbon hitam.

Zat-zat kimia tersebut akan terdispersi di udara setiap kali kendaraan mengeluarkan emisinya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya akan dengan mudah menghirup udara yang sudah tercemar.

Tanpa disadari, paparan berulang terhadap zat-zat berbahaya dari asap knalpot ini bisa menyebabkan senyawa-senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan dan kemudian tersebar melalui sistem peredaran darah, yang pada akhirnya mampu memicu kerusakan organ tubuh secara perlahan dan bertahap, walau dampaknya sering kali tidak langsung dirasakan dalam waktu singkat.

Badan Penilaian Risiko Lingkungan Kesehatan (Office of Environmental Health Hazard Assessment/OEHHA) menegaskan jika individu yang tinggal atau bekerja di kawasan perkotaan memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar polutan dari emisi kendaraan, mengingat tingginya volume lalu lintas serta kepadatan kendaraan di daerah tersebut.

Risiko tersebut juga mencakup orang-orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya di area yang berdekatan dengan jalan raya, di mana konsentrasi gas buang kendaraan umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain.

Bahaya asap knalpot

Paparan asap knalpot yang masuk ke dalam tubuh manusia berpotensi menimbulkan berbagai jenis penyakit, terkhususnya gangguan yang berkaitan dengan sistem pernapasan dan kardiovaskular.

Walau begitu, penting untuk dipahami bahwa tidak semua individu yang terpapar akan secara otomatis mengalami masalah kesehatan tersebut.

Respons tubuh terhadap paparan polutan amat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor individu.

Ketika dampak kesehatan memang muncul, gejala atau gangguan yang dialami pun tidak selalu bersifat seragam antara satu individu dengan individu yang lain.

Perbedaan ini disebabkan karena tingkat paparan yang diterima, baik itu dari segi durasi maupun intensitas.

Semakin tinggi serta semakin lama paparan terjadi, maka semakin besar pula kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan.

Meski demikian, perlu ditegaskan jika paparan jangka panjang terhadap emisi kendaraan bermotor tidak secara otomatis menyebabkan penyakit pada semua orang.

Tingkat imunitas atau daya tahan tubuh seseorang juga memainkan peranan penting untuk menentukan seberapa besar dampak negatif dari paparan tersebut terhadap kesehatannya.

Sebagai contoh, kelompok rentan seperti anak-anak dan lanjut usia diketahui mempunyai sistem kekebalan tubuh yang cenderung lebih lemah dibandingkan kelompok usia produktif, sehingga mereka lebih mudah mengalami gangguan kesehatan karena terpapar polutan seperti asap knalpot.

Kondisi fisik yang belum sepenuhnya berkembang pada anak-anak, serta menurunnya fungsi organ pada lansia, turut menjadikan keduanya lebih berisiko terhadap efek merugikan dari pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Berikut disertakan bahaya kesehatan jangka panjang akibat asap kendaraan, yaitu:

1. Masalah pernapasan

Sistem pernapasan merupakan bagian tubuh yang pertama kali serta paling langsung terdampak oleh paparan asap kendaraan bermotor, mengingat seluruh udara yang dihirup oleh manusia akan terlebih dahulu melewati saluran pernapasan sebelum akhirnya dapat mencapai paru-paru.

Di dalam paru-paru, udara tersebut kemudian akan diproses serta dialirkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan oksigen sel dan jaringan tubuh.

Salah satu bahaya yang mampu timbul akibat menghirup asap kendaraan adalah kemungkinan terjadinya keracunan karbon monoksida, yaitu gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat berbahaya apabila terhirup dalam jumlah berlebihan.

Paparan karbon monoksida yang tinggi bisa mengurangi kadar oksigen dalam darah secara signifikan, karena gas ini berikatan lebih kuat dengan hemoglobin dibandingkan oksigen.

Hal tersebut mengakibatkan, distribusi oksigen ke seluruh tubuh terganggu, sehingga meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan, termasuk pneumonia atau infeksi paru-paru, juga kerusakan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak.

Di samping itu, asap kendaraan juga mengandung partikel-partikel halus atau particulate matter yang mempunyai ukuran sangat kecil sehingga mudah terhirup hingga ke bagian terdalam paru-paru.

Partikel tersebut tidak hanya menimbulkan iritasi, namun juga bisa memperparah kondisi pernapasan yang telah ada sebelumnya.

Orang-orang yang telah menderita gangguan pernapasan kronis seperti asma, emfisema, atau bronkitis kronis berisiko mengalami perburukan gejala jika terus-menerus terpapar polutan udara dari kendaraan bermotor.

Kondisi ini mampu menyebabkan peningkatan frekuensi serangan, memperpendek waktu antara kekambuhan, dan bahkan mempercepat kerusakan paru-paru secara progresif.

Dengan demikian, penting untuk memahami jika dampak asap kendaraan terhadap kesehatan tidak hanya bersifat jangka pendek, namun juga berpotensi memicu komplikasi serius, terutama bagi individu dengan riwayat gangguan pernapasan.

2. Kanker

Sejumlah zat kimia yang terkandung di dalam asap knalpot kendaraan bermotor, seperti benzena, arsenik, formaldehida, dan 1,3-butadiena, diketahui mempunyai sifat karsinogenik, yaitu kemampuan untuk memicu pertumbuhan sel-sel abnormal dalam tubuh melalui perubahan atau mutasi genetik.

Mutasi tersebut, apabila terjadi secara terus-menerus dan tidak terkendali, mampu menjadi faktor pemicu utama dalam perkembangan berbagai jenis kanker.

Dengan kata lain, kandungan-kandungan berbahaya dalam emisi kendaraan tersebut tidak hanya bersifat toksik secara umum, namun juga memiliki potensi nyata dalam menyebabkan penyakit kronis yang serius, termasuk kanker.

Hal ini diperkuat oleh data dari Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, yang memperkirakan bahwa hampir separuh dari seluruh kasus kanker yang berkaitan dengan polusi udara mampu ditelusuri kembali kepada paparan langsung maupun tidak langsung terhadap asap kendaraan bermotor.

Lebih lanjut, hasil dari berbagai studi ilmiah juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paparan jangka panjang terhadap asap knalpot, khususnya dari kendaraan diesel, dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.

Risiko ini dilaporkan lebih tinggi pada kelompok individu yang secara rutin terpapar emisi kendaraan dalam lingkup pekerjaannya, misalnya para pengemudi truk, operator alat berat, hingga pekerja kereta api, yang setiap harinya berada dalam lingkungan dengan konsentrasi polutan udara tinggi.

Oleh sebab itu, paparan terhadap emisi kendaraan bermotor tidak hanya berdampak pada gangguan pernapasan atau penyakit kardiovaskular, namun juga menjadi salah satu faktor lingkungan yang signifikan dalam peningkatan insidensi kanker, terutama di kawasan urban dan wilayah dengan lalu lintas kendaraan yang padat.

3. Penyakit otak dan saraf

Sejumlah penelitian ilmiah telah berhasil mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan antara paparan asap kendaraan bermotor dengan peningkatan risiko gangguan pada sistem saraf dan otak, termasuk penyakit-penyakit serius misalnya stroke dan demensia.

Penelitian ini menunjukkan jika dampak polusi udara tidak hanya terbatas pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, namun juga dapat menjangkau organ vital lain seperti otak.

Salah satu studi yang mendukung temuan itu diterbitkan dalam jurnal The Science of The Total Environment pada tahun 2016.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan jika paparan berkelanjutan terhadap polusi udara, khususnya polusi yang bersumber dari emisi kendaraan bermotor, bisa secara signifikan meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke.

Stroke terjadi saat suplai darah ke otak terganggu, dan salah satu penyebabnya bisa berasal dari kerusakan pembuluh darah akibat zat berbahaya dalam asap knalpot.

Selain itu, penelitian lain juga mengungkap jika orang-orang yang tinggal di lingkungan yang berdekatan dengan jalan raya utama, di mana lalu lintas kendaraan amat padat dan tingkat polusi udara cukup tinggi, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami demensia.

Risiko tersebut dikaitkan erat dengan tingginya tingkat partikel polutan dari knalpot kendaraan yang tersebar di udara serta dihirup secara terus-menerus oleh masyarakat sekitar.

Kedua kondisi kesehatan tersebut, baik stroke atau demensia, diduga berkaitan dengan kemampuan zat beracun pada asap kendaraan untuk merusak sistem vaskular, termasuk pembuluh darah halus yang menyuplai oksigen ke otak.

Ketika zat-zat tersebut masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan yang selanjutnya menyebar melalui aliran darah, mereka mampu mengganggu suplai oksigen ke otak, baik dengan menyumbat aliran darah atau merusak struktur pembuluh darah itu sendiri.

Apabila suplai oksigen terganggu, maka jaringan saraf dan sel-sel otak berisiko mengalami kerusakan permanen.

Dalam jangka panjang, kerusakan ini bisa menurunkan fungsi kognitif dan neurologis seseorang secara bertahap, sehingga memicu atau memperburuk kondisi neurologis seperti demensia, juga meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan stroke.

4. Penyakit kardiovaskular

Salah satu dampak serius dari paparan jangka panjang terhadap asap knalpot kendaraan bermotor yakni meningkatnya risiko seseorang untuk mengalami gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah, yang secara medis dikenal dengan penyakit kardiovaskular.

Risiko ini timbul karena asap kendaraan mengandung berbagai partikel halus serta gas beracun yang usai terhirup melalui sistem pernapasan, tidak hanya menetap di paru-paru tetapi juga masuk ke dalam aliran darah.

Setelah memasuki paru-paru, partikel-partikel tersebut akan terbawa oleh darah serta menyebar ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah, termasuk menuju jantung juga pembuluh darah utama.

Kehadiran zat-zat berbahaya ini dalam sirkulasi darah bisa memicu peradangan, merusak dinding pembuluh darah, juga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan arteri yang berperan penting dalam memasok oksigen ke organ vital.

Untuk individu yang telah memiliki riwayat penyakit jantung atau gangguan kardiovaskular lainnya, paparan terhadap asap knalpot bisa menjadi pemicu yang memperburuk kondisi yang telah ada.

Dampak yang mungkin terjadi mencakup peningkatan intensitas gejala seperti nyeri dada serta sesak napas, meningkatnya risiko komplikasi serius yang membutuhkan perawatan medis di rumah sakit, juga peningkatan kemungkinan terjadinya serangan jantung atau bahkan kematian mendadak akibat gangguan fungsi jantung.

Dengan demikian, paparan polutan dari kendaraan bermotor tidak hanya berbahaya bagi orang yang sehat, namun juga amat mengancam keselamatan dan kualitas hidup mereka yang berada dalam kelompok rentan, khususnya pasien dengan penyakit jantung.

Pencegahan terhadap paparan tersebut menjadi amat penting dalam menjaga kesehatan jangka panjang masyarakat perkotaan yang hidup di tengah lalu lintas padat serta tingkat polusi udara yang tinggi.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news