Dari Lakkang ke Balai Kota, Berikut Rekam Jejak Zulkifli Nanda

3 days ago 10

KabarMakassar.com — Di balik jabatan prestisius Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Makassar yang kini resmi diembannya, Dr. A. Zulkifli Nanda, menyimpan kisah panjang yang sarat peluh, pembelajaran, dan dedikasi tanpa henti.

Pada usia 44 tahun, ia kini menjadi salah satu Sekda termuda dalam sejarah Pemerintah Kota Makassar. Namun, capaian ini bukan datang dari ruang ber-AC dan meja rapat semata, melainkan dari lorong-lorong sempit kehidupan birokrasi paling dasar, bahkan dari sebuah pulau kecil di pinggiran kota bernama Lakkang.

“Alhamdulillah, prosesi pelantikan berjalan lancar. Saya siap menjankan amanah baru ini dengan penuh tanggung jawab, sebagaimana kepercayaan yang telah diberikan oleh Bapak Wali dan Ibu Wakil Wali Kota,” ujar Zulkifli sesaat setelah pelantikannya oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, di Balai Kota, Rabu (28/05).

Zulkifli mengawali pengabdian sebagai aparatur sipil negara (ASN) pada 2005, selepas lulus dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Saat teman seangkatannya memilih jalur nyaman di pusat kota, ia justru menerima penempatan sebagai Kasubag Keuangan dan Perlengkapan di Satpol PP.

Tiga tahun berselang, ia menerima tantangan yang lebih besar menjadi Lurah di Kelurahan Lakkang, sebuah wilayah terpencil yang terpisah sungai dari daratan utama Makassar.

Di sinilah, menurutnya, pelajaran terbesar sebagai pelayan masyarakat dimulai.

“Lakkang mengajarkan saya tentang bagaimana membangun kepercayaan dari nol, menyelami langsung kebutuhan masyarakat yang hidup jauh dari perhatian kota,” kenang Zulkifli.

Dua tahun di Lakkang menjadi fondasi penting. Ia kemudian melanjutkan tugas sebagai Lurah Panaikang, lalu dipercaya sebagai Sekretaris Kecamatan di Wajo dan Biringkanaya. Ketekunannya tak luput dari perhatian.

Ia pun naik jabatan menjadi Camat Ujung Pandang pada masa kepemimpinan Wali Kota Danny Pomanto dan Wakil Wali Kota Syamsu Rizal.

Jejak Zulkifli sebagai pemimpin lapangan yang solutif dan inovatif membawanya ke struktur dinas teknis. Tahun 2020, ia menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pertanahan, kemudian mutasi ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP pada 2021.

Tak butuh waktu lama, ia dipromosi menjadi Kepala Dinas, dan akhirnya dipercaya memimpin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Makassar.

Di Bappeda, ia membuktikan kapasitasnya merancang masa depan kota. Berbagai inisiatif penguatan data, pengendalian inflasi, hingga akselerasi proyek strategis ditanganinya dengan pendekatan kolaboratif.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, tak ragu menunjuknya sebagai Sekda definitif, setelah posisi ini kosong selama lebih dari satu tahun.

“Zulkifli adalah sosok birokrat muda dengan integritas, pengalaman lapangan, dan kemampuan teknokratis yang lengkap. Ia tahu betul denyut kota ini dari bawah sampai ke atas,” kata Munafri.

Tak hanya di medan birokrasi, Zulkifli juga menonjol di jalur akademik. Ia menyelesaikan program doktoral di Universitas Hasanuddin pada bidang Administrasi Publik dan meraih predikat cumlaude. Menurutnya, ilmu tidak hanya untuk gelar, tapi bekal untuk memperbaiki sistem.

“Birokrasi itu harus terus belajar. Dunia berubah cepat, dan kita sebagai pelayan publik tak boleh stagnan. Akademik membantu saya memetakan kebijakan secara sistematis,” ungkap Zulkifli yang juga aktif dalam berbagai forum perencanaan nasional.

Di tengah padatnya jadwal, Zulkifli tetap menjalani perannya sebagai suami dan ayah. Ia didampingi oleh sang istri, Hj. Fatma Wahyuddin, ST., MM, yang juga dikenal sebagai legislator DPRD Provinsi Sulsel dari partai besar.

Pasangan ini membesarkan tiga buah hati, A. Rofi’i Zahran, A. Muh. Asyam, dan A. Tenri Insyira, dengan nilai-nilai tanggung jawab, pendidikan, dan pengabdian.

Rekan-rekan kerjanya menggambarkan Zulkifli sebagai pribadi yang santun, tidak reaktif, tapi gesit dalam bekerja. Ia membuka ruang diskusi tanpa meninggalkan ketegasan prinsip.

Banyak ASN muda menjadikannya panutan, bukan hanya karena prestasi, tapi karena perjalanannya yang tidak instan.

Pelantikan Zulkifli sebagai Sekda bukan sekadar memenuhi kebutuhan struktural, tapi juga simbol regenerasi birokrasi yang mulai menggeser dominasi senioritas ke arah profesionalisme.

Di usianya yang relatif muda untuk jabatan setingkat Sekda, ia menjadi contoh bahwa kompetensi, pengalaman, dan integritas bisa mengantarkan siapa pun ke pucuk tertinggi ASN, asal siap berproses.

Kini, tugas besar menantinya, memperkuat tata kelola pemerintahan, mengakselerasi reformasi birokrasi, dan menjadi jembatan strategis antara visi kepala daerah dengan mesin administratif pemerintahan kota.

Zulkifli pun paham bahwa tantangan ke depan tidak mudah. Namun, ia meyakini satu hal, “Jabatan adalah amanah. Dan amanah, hanya bisa dijawab dengan kerja.”

Dengan latar belakang dari lorong-lorong kecil seperti Lakkang, dan kini berada di ruang pengambilan keputusan kota, Zulkifli adalah gambaran nyata bahwa ASN muda yang tumbuh dari bawah bisa menjadi pilar utama perubahan di Kota Makassar.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news