
KabarMakassar.com – Debat Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Palopo memanas, khususnya saat pertanyaan tajam soal infrastruktur dan banjir dilontarkan kepada pasangan calon nomor urut 03, Rahmat Masri Bandaso – Andi Tenri Karta.
Pertanyaan tersebut didasarkan pada data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2024 yang mencatat indeks risiko banjir Kota Palopo berada di angka 10,84, tergolong kategori sedang, dan tertinggi kedua di Sulawesi Selatan.
Moderator debat meminta Rahmat Masri Bandaso (RMB) menjelaskan program strategis mereka dalam menurunkan status risiko banjir tersebut. Dalam jawaban berdurasi satu menit, RMB menyebut banjir sebagai konsekuensi geografis Palopo yang sebagian wilayahnya berada di dataran rendah.
“Kita tahu bersama, Kota Palopo ini salah satu kota yang rawan bencana, terutama banjir. Karena ada daerah yang berada di dataran rendah,” ujar Rahmat,dalam proses debat PSU Palopo di Hotel Claro Makassar, Sabtu (17/05).
Ia mengklaim akan mengedepankan mitigasi bencana dan pendidikan kepada masyarakat. Selain itu, ia menyebut perlunya perbaikan lingkungan, khususnya di kawasan barat yang dinilai rawan, serta peningkatan koordinasi dengan kabupaten tetangga.
Lebih lanjut, RMB menyebut akan memperbaiki sistem tata kelola air dan infrastruktur sungai. “Kita perbaiki manajemen tata kelola air agar tidak terjadi tendangan air yang berlebihan. Kita lakukan perbaikan renate dan infrastruktur sungai,” tegasnya.
Namun, jawaban tersebut langsung ditanggapi pedas oleh calon Wakil Wali Kota nomor urut 01, Haidir Basir. Dalam tanggapan yang menyentak forum, Haidir menilai pernyataan RMB tidak memiliki dasar kuat dan terkesan normatif.
“Retorikanya rapi, tapi praktiknya kosong,” sindir Haidir tajam.
“Dia pernah menjabat sebagai Wakil Wali Kota. Tapi buktinya apa? Ketika bicara moralitas di panggung, tapi saat banjir menerjang, masyarakat tidak melihat kehadirannya,” lanjutnya.
Haidir juga menyentil gaya komunikasi RMB yang dinilai tidak sesuai dengan urgensi masalah banjir,
“Jangan cuma tampil dengan simbol-simbol seperti sorban. Ketika rakyat kebanjiran, bukan simbol yang mereka butuhkan, tapi solusi nyata,” ujarnya tegas.
Tanggapan itu sontak membuat suasana debat memanas. Rahmat Masri Bandaso pun kembali diberi kesempatan untuk merespons. Dalam pembelaannya, ia mengatakan bahwa penanganan banjir adalah isu kompleks yang tidak bisa diselesaikan secara instan.
“Pemerintah bukan tidak bekerja. Justru banyak hal sudah dilakukan, termasuk pembangunan kolam retensi yang berfungsi menahan curah hujan tinggi agar air tidak langsung meluber ke permukiman,” ujar RMB.
Ia menyebut kolam retensi itu punya manfaat tambahan seperti sumber air baku, irigasi pertanian, dan bahkan potensi pariwisata.
Namun, ia mengakui bahwa belum semua upaya tuntas. “Apa yang belum lengkap, kami lengkapi. Apa yang kurang, kami perbaiki. Tapi jangan dikatakan tidak ada kerja. Kami tahu betul ini tanggung jawab besar, dan kami siap melanjutkannya,” ucapnya.
RMB juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor. “Kita akan libatkan semua, dari LSM, perguruan tinggi, hingga pecinta alam. Banjir tidak bisa ditangani satu pihak saja,” katanya.
Sebagai informasi, Rahmat Masri Bandaso, atau disapa RMB adalah Wakil Wali Kota Palopo dua periode yang menjabat dari 6 Juli 2008 hingga 6 Juli 2013 dan 26 September 2018 berpasangan dengan Judas Amir. Masa jabatan sebagai Wakil Wali Kota berakhir pada tanggal 26 September 2023.