
KabarMakassar.com — Kementerian Agama mematangkan persiapan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Asia Tenggara dengan membahas petunjuk teknis (juknis) penyelenggaraan agar menjadi panduan bersama pada Selasa (27/05).
PIC MQK Asia Tenggara, Endi Suhendi Zen mengatakan bahwa ajang ini merupakan penyelenggaraan perdana MQK di tingkat Asia Tenggara.
Kegiatan ini akan digelar bersamaan dengan MQK Nasional ke-8 yang berlangsung pada 1–5 Oktober 2025 di Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Sebanyak sepuluh negara Asia Tenggara dijadwalkan berpartisipasi dalam kompetisi ini, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Muangthai, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Dirjen Pendidikan Islam, Suyitno, menekankan bahwa MQK Asia Tenggara harus mampu merepresentasikan standar penyelenggaraan tingkat internasional, baik dari aspek kepesertaan maupun mekanisme penjurian.
“MQK ini membawa nama Indonesia di forum internasional. Maka kualitas pelaksanaannya harus mencerminkan profesionalisme dan keterbukaan,” ungkapnya dalam siaran resmi.
Ia juga menekankan pentingnya aspek komunikasi visual dan publikasi. Media branding seperti logo, flyer, hingga materi promosi harus dirancang semenarik dan seprofesional mungkin.
Suyitno juga mendorong agar para duta besar dari negara-negara peserta dapat diundang dalam acara pembukaan sebagai bentuk diplomasi budaya dan penguatan jejaring internasional.
Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Arskal Salim, mengusulkan agar indikator keberhasilan pelaksanaan MQK Asia Tenggara dicantumkan secara eksplisit dalam juknis.
Ia juga menyoroti pentingnya sistem pengendalian dan pengawasan terhadap peserta, khususnya dalam aspek mobilitas dan akses ke lokasi acara.
“Jangan sampai ada peserta yang kesulitan mencapai tempat tujuan, apalagi sampai tersesat,” tegasnya.
Dari sisi kerja sama antarinstansi, Arskal mendorong adanya koordinasi dan audiensi dengan Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, guna memperkuat sinergi dan dampak internasional dari MQK Asia Tenggara.
Direktur Pesantren, Basnang Said, menambahkan bahwa MQK Asia Tenggara adalah kesempatan emas untuk menunjukkan keunggulan tradisi keilmuan pesantren di panggung dunia.
“Ini bukan sekadar kompetisi membaca kitab, tapi juga ajang menunjukkan kepada dunia bahwa pesantren Indonesia adalah pusat keilmuan Islam yang terbuka, toleran, dan berakar kuat pada tradisi,” ujarnya.
Ia juga mendukung penuh rencana penyelenggaraan city tour bagi para peserta, baik di Wajo tempat berlangsungnya MQK maupun di Jakarta.
“Ini momen memperkenalkan wajah Indonesia, baik budaya maupun nilai-nilai kebangsaan, kepada para tamu dari berbagai negara,” pungkasnya.