
KabarMakassar.com — Belum lama ini viral video berdurasi 1 menit 11 detik yang memperlihatkan aksi protes pedagang asongan di kawasan Anjungan Pantai Losari viral di media sosial, Minggu (07/09).
Video yang diunggah akun TikTok @Suryaniyani itu langsung menyedot perhatian publik lantaran menampilkan keluhan pedagang yang mengaku dilarang berjualan akibat kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.
Menyikapi keresahan tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar, Hendra Hakamuddin, menegaskan bahwa pemerintah tidak pernah melarang pedagang berjualan, melainkan menata aktivitas mereka agar sesuai aturan yang berlaku.
“Pada prinsipnya pemerintah tidak pernah melarang, tapi semua harus sesuai aturan. Apakah badan jalan itu memang tempat berjualan? Apakah anjungan diperuntukkan untuk jualan? Itu pertanyaannya,” jelas Hendra, di Balaikota Makassar, Senin (08/09).
Dasar penertiban ini, kata Hendra, merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Ketertiban dan Ketenteraman. Pada Pasal 23 poin A disebutkan, setiap orang maupun badan usaha dilarang melakukan kegiatan di atas jalan, badan jalan, trotoar, taman, hingga jalur hijau yang tidak sesuai peruntukannya.
“Orang datang ke Makassar pasti ke Losari. Kalau ke Losari pasti ke anjungan. Penataan ini dilakukan agar wajah Losari semakin indah dan tetap menjadi ikon kebanggaan kota,” tambahnya.
Meski begitu, Hendra memastikan Pemkot tetap memperhatikan aspirasi pedagang. Ia menegaskan bahwa aktivitas berjualan adalah bagian dari upaya warga mencari nafkah yang tidak mungkin diabaikan.
“Pemerintah kota tidak akan memecahkan piring orang, apalagi ini warganya sendiri. Karena berada di wilayah anjungan, tentu kewenangan ada di Dinas Pariwisata. Kami bersama stakeholder akan mencari solusi terbaik untuk warga yang kemarin menyampaikan keluhan,” ujarnya.
Terkait relokasi, Hendra menyebut pihaknya tidak bisa asal menunjuk lokasi tanpa kajian yang matang. “Kalau asal tunjuk tempat gampang, tapi apakah produktif bagi pedagang? Jangan sampai ditaruh di lokasi yang tidak representatif. Itu sebabnya butuh waktu. Insya Allah kami sedang mencari solusi tepat,” katanya.
Ia mengakui ada sekitar 70 pedagang yang selama ini menggantungkan hidupnya dari aktivitas jualan di kawasan Losari. Sebagian di antaranya bersedia menahan diri menunggu solusi, meski ada pula yang mendesak agar segera bisa beraktivitas kembali.
“Makassar ini luas. Tidak hanya bertumpu di satu titik. Jadi kita lihat peluang selain di lokasi sekarang. Beri kesempatan pemerintah kota untuk menyiapkan yang terbaik,” Pungkasnya.