IHSG Naik 1,51 Persen Pekan Ini, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp12.561 Triliun

6 days ago 13
IHSG Naik 1,51 Persen Pekan Ini, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp12.561 Triliun Ilustrasi saham (Dok : KabarMakassar).

KabarMakassar.com — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kinerja positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode perdagangan 19—23 Mei 2025. IHSG ditutup menguat 1,51 persen ke posisi 7.214,16 pada akhir perdagangan Jumat (23/5), dibandingkan 7.106,52 di penutupan pekan sebelumnya.

Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menyampaikan bahwa meskipun IHSG mencatatkan penguatan, data perdagangan saham selama sepekan menunjukkan pergerakan yang bervariasi.

Salah satu indikator yang mengalami lonjakan tertinggi adalah kapitalisasi pasar, yang naik 1,97 persen menjadi Rp12.561 triliun, dari posisi Rp12.318 triliun pada pekan sebelumnya.

Sementara itu, aktivitas transaksi harian justru mengalami pelemahan. Rata-rata frekuensi transaksi harian tercatat menurun 4,46 persen menjadi 1,36 juta kali transaksi dari 1,42 juta kali transaksi di pekan sebelumnya.

Penurunan serupa juga terlihat pada rata-rata nilai transaksi harian yang susut 12,51 persen menjadi Rp14,52 triliun, dari sebelumnya Rp16,59 triliun.

Dari sisi volume perdagangan, rata-rata volume transaksi harian bursa turun cukup signifikan sebesar 24,15 persen menjadi 22,78 miliar lembar saham, dibandingkan 30,02 miliar lembar saham pada pekan lalu.

Di tengah kondisi pasar yang bergerak variatif ini, investor asing tetap menunjukkan minat dengan mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp589,43 miliar pada hari terakhir perdagangan pekan ini.

Namun secara kumulatif sejak awal tahun 2025, investor asing masih membukukan jual bersih sebesar Rp46,66 triliun.

Pada sisi instrumen utang, BEI mencatat adanya satu penerbitan obligasi baru sepanjang pekan ini. Pada Kamis (22/5), PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tbk resmi mencatatkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Tahun 2025 senilai Rp1,38 triliun di BEI.

Obligasi ini memperoleh peringkat idA (Single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk bertindak sebagai wali amanat.

Dengan pencatatan terbaru ini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2025 mencapai 45 emisi dari 31 emiten, dengan nilai akumulatif Rp58,74 triliun.

Hingga saat ini, BEI mencatat 606 emisi obligasi dan sukuk dengan nilai nominal outstanding mencapai Rp489,02 triliun dan US$107,92 juta, yang diterbitkan oleh 133 emiten.

Selain itu, terdapat 193 seri Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI dengan total nilai nominal mencapai Rp6.312 triliun dan US$502,10 juta. BEI juga mencatat sebanyak 7 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan total nilai Rp2,26 triliun.

Analis pasar modal dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengungkapkan bahwa IHSG berpotensi bergerak mixed seiring dengan kombinasi sentimen teknikal dan fundamental yang mempengaruhi pasar.

Oktavianus menjelaskan bahwa secara teknikal, indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih memperlihatkan tren penguatan. Namun, ia mengingatkan bahwa indikator Relative Strength Index (RSI) saat ini berada di area overbought, yang menunjukkan potensi tekanan jual dalam waktu dekat.

Di sisi lain, pelaku pasar tengah menanti hasil risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Oktavianus menilai, jika The Fed tetap mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di level saat ini, hal tersebut bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham global, termasuk Indonesia.

Selain faktor kebijakan The Fed, pasar juga bereaksi terhadap penurunan peringkat kredit Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat Moody’s Rating. Menurut Oktavianus, meskipun penurunan credit rating ini meningkatkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan utang pemerintah AS, dampaknya bagi IHSG justru bisa menjadi positif dalam jangka pendek.

“Penurunan rating utang AS oleh Moody’s bisa membuka peluang bagi capital inflow ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” jelasnya. Ia menilai, kondisi tersebut memberikan peluang bagi investor untuk kembali melirik pasar domestik sebagai alternatif investasi.

Meski demikian, Oktavianus tetap mengingatkan bahwa penguatan IHSG kemungkinan bersifat terbatas. Ia menyarankan investor agar tetap mencermati faktor eksternal, terutama arah kebijakan moneter The Fed dan pergerakan pasar global yang masih fluktuatif. Kombinasi dari faktor teknikal dan sentimen global akan menjadi penentu utama arah IHSG dalam waktu dekat.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news