
KabarMakassar.com — Dunia sepak bola Sulawesi Selatan kembali bergairah. Kali ini, datang dari dukungan mantan legenda PSM Makassar yang juga Ketua Allstar PSM, Sumirlan, terhadap sosok Rahmat Taqwa Qurais (RTQ) untuk memimpin Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Sulsel.
Sumirlan menyatakan secara terbuka dukungannya dan menyerukan agar sepak bola Sulsel dikembalikan ke tangan orang yang benar-benar paham bola.
Menurut Sumirlan, RTQ bukan orang baru di dunia si kulit bundar. Ia adalah anak dari legenda PSM Haji Baco Ahmad, pernah menjadi ketua suporter PSM, dan memiliki rekam jejak sebagai aktivis serta pelaku langsung dalam dunia sepak bola.
“Saya ini dulu main sama ayahnya RTQ di PSM. Saat tahu dia tertarik urus bola lagi, saya semangat. Karena orang seperti ini yang cinta bola sejak kecil harus diberi panggung,” kata Sumirlan, Senin (19/05).
Sumirlan juga menegaskan pentingnya memilih pemimpin Asprov dari kalangan yang mengerti sepak bola, bukan hanya karena faktor politik atau kedekatan personal.
“Kalau pilih orang yang tidak tahu bola, itu seperti beli kucing dalam karung. Jangan karena politik lalu pilih orang yang bahkan kalau mau bicara bola harus buka buku dulu. Masa ukuran lapangan futsal saja tidak tahu?” sindirnya.
Dukungan ini menguat seiring rencana RTQ yang tengah menyiapkan turnamen sepak bola se-Sulsel antar kabupaten atau Asosiasi Kabupaten (Askab) dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Kegiatan ini dirancang untuk menggairahkan kembali sepak bola lokal dan membangun semangat kompetitif sejak usia dini.
Sementara itu, RTQ menyatakan bahwa motivasinya kembali ke dunia sepak bola setelah empat tahun ‘menghilang’ bukan karena jabatan atau panggung politik, melainkan karena dorongan dari banyak pihak yang merindukan perubahan.
“Saya ini orang partai, iya. Tapi yang mengalir di saya adalah semangat untuk olahraga. Teman-teman panggil, ajak diskusi, dan akhirnya saya bilang bismillah,” ujar anggota DPRD Kota Makassar itu.
Salah satu terobosan yang akan dibawanya adalah konsep ‘medical sport’ untuk pembinaan usia dini. Konsep ini bukan hanya melatih kemampuan teknik dan fisik anak-anak, tapi juga memantau pertumbuhan struktur tulang dan kondisi tubuh sejak awal.
RTQ mencontohkan pesepakbola internasional Lionel Messi yang sejak kecil dibantu melalui program medis karena kelainan pertumbuhan.
“Messi bisa seperti sekarang karena intervensi sejak dini. Kalau kita tidak cek tulangnya, jangan sampai sudah investasi tapi ternyata struktur tubuhnya tidak mendukung,” jelasnya.
RTQ ingin menciptakan fondasi jangka panjang. Menurutnya, hasil dari pembinaan tidak bisa dilihat dalam satu-dua tahun, melainkan lima hingga sepuluh tahun ke depan. Targetnya tidak muluk-muluk: mencetak pemain asal Sulsel yang bisa tampil di tim nasional, bahkan di klub-klub Asia dan Eropa.
“Kenapa anak-anak Sulsel tidak bisa main di luar negeri? Karena kita tidak bangun sistem. Hari ini kita kerja untuk panen di masa depan,” tegasnya.
Turnamen pertama akan digelar dalam waktu dekat, dan akan dibagi ke dalam tiga zona di wilayah Sulsel. Selain sebagai ajang pencarian bakat, kegiatan ini juga akan menjadi tolok ukur pola kerja dan komitmen RTQ dalam mengelola sepak bola dengan pendekatan profesional.
“Kalau saya cuma jual janji, orang tidak akan percaya. Tapi biarlah mereka lihat kerja dulu. Baru nilai. Karena sepak bola bukan obat yang bisa ditawarkan dengan kata-kata manis,” tutupnya.