
KabarMakassar.com – Pemerintah Kota Makassar mulai membuka peluang penerapan teknologi baru dalam pengelolaan sampah melalui kerja sama dengan PT Shinko Teknik Indonesia.
Perusahaan tersebut menggandeng Center of Waste Management Indonesia (CWMI) yang menawarkan teknologi Hydrothermal Waste Treatment Technology (HWTT) sebagai solusi penanganan limbah kota secara ramah lingkungan.
Dalam pertemuan yang digelar di Balai Kota Makassar, Selasa (3/6), CWMI menyampaikan kesiapan mendukung sistem pengolahan sampah di wilayah Makassar dan sekitarnya, dengan kapasitas penanganan mencapai 1 hingga 3 juta ton secara bertahap.
Director Compliance & Government Affairs CWMI, Suhaemi Fattah, menjelaskan bahwa teknologi HWTT dikembangkan bersama Tokyo Institute of Technology dan mengintegrasikan proses penghancuran, pengeringan, serta penghilangan bau menggunakan uap jenuh bertekanan tinggi.
“Teknologi ini dikenal dengan nama Multi-purpose Material Conversion System. Prosesnya mampu menghasilkan material kering, tidak berbau, dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat,” kata Suhaemi.
CWMI juga merancang pembangunan empat titik pengolahan sampah di lokasi strategis, termasuk di kawasan barat kota dan perbatasan Gowa. Tiap unit pengolahan dirancang untuk menangani 100 hingga 200 ton sampah per hari, dengan kebutuhan lahan sekitar 1 hektar.
Menurut Suhaemi, pendekatan tersebut bertujuan menjaga keberlanjutan operasional dan fleksibilitas sistem. Ia juga menegaskan pentingnya dukungan dari Pemerintah Kota Makassar dan kalangan akademisi, termasuk dari Universitas Hasanuddin (Unhas), dalam bentuk pendampingan kajian dan tenaga ahli.
“Rencana ini bisa menjadi solusi inovatif untuk pengelolaan sampah kota. Kita berharap bisa bersinergi secara konkret antara pemerintah, swasta, dan akademisi,” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar, Ferdi Mochtar, menyampaikan bahwa Pemkot Makassar terus berupaya memperkuat sistem pengelolaan sampah yang mandiri dan berkelanjutan. Menurutnya, saat ini volume sampah di Makassar mencapai 1.000 hingga 1.300 ton per hari, termasuk limbah lumpur.
“Potensi pengelolaan sampah di Makassar sangat besar. Selain sampah rumah tangga, kita juga menangani lumpur. Karena itu, kita ingin bisa berdiri di kaki sendiri dalam sistem pengelolaan sampah,” kata Ferdi.
Ferdi juga menekankan perlunya pelaksanaan studi kelayakan (feasibility study/FS) untuk memastikan kejelasan peran dan tanggung jawab antar pihak yang terlibat, serta memilih teknologi yang paling sesuai dengan kondisi lokal.
“FS itu penting agar kontribusi setiap pihak terukur dan sistem bisa berjalan efektif. Ini peluang besar untuk menjadikan Makassar sebagai kota percontohan pengelolaan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan,” ujarnya.
Ia menyebut target jangka panjang Pemkot Makassar adalah mencapai sistem zero waste, atau nol limbah, dengan memanfaatkan inovasi teknologi modern.
“Kita tidak bisa terus bergantung pada sistem lama. Jika TPA sudah tak mampu menampung lagi, harus ada teknologi yang bisa menjaga lingkungan tetap aman,” tegas Ferdi.
Kerja sama dengan CWMI ini masih dalam tahap penjajakan, namun mendapat perhatian serius dari Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin yang mendukung upaya percepatan transformasi sistem pengelolaan limbah kota.
Pemerintah Kota Makassar berharap langkah ini dapat menjadi awal dari sistem pengolahan sampah terpadu dan mandiri, sekaligus memperkuat posisi kota ini sebagai pionir pengelolaan lingkungan berkelanjutan di Indonesia Timur.