KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (22/11) kemarin.
IHSG mencatatkan kenaikan sebesar 0,77 persen atau bertambah 54,65 poin sehingga mencapai level 7.195,56. Kinerja positif ini menunjukkan sentimen pasar yang optimis di tengah dinamika pasar global yang masih bergejolak.
Berdasarkan data RTI Infokom, nilai transaksi yang tercatat pada hari ini mencapai Rp9,88 triliun, dengan total volume perdagangan sebanyak 23,65 miliar saham. Secara keseluruhan, terdapat 279 saham yang berhasil menguat, 268 saham melemah, dan 242 saham bergerak stagnan sepanjang sesi perdagangan.
Bursa saham di kawasan Asia secara mayoritas bergerak di zona hijau, memberikan dorongan sentimen positif bagi IHSG. Indeks Shanghai Composite di China tercatat menguat sebesar 0,68 persen, sedangkan indeks Straits Times di Singapura naik 0,19 persen.
Indeks Nikkei 225 di Jepang juga menunjukkan performa yang positif dengan kenaikan sebesar 0,68 persen. Bursa Hong Kong turut mencatatkan penguatan signifikan, dengan indeks Hang Seng Composite mengalami lonjakan sebesar 0,93 persen.
Sentimen positif dari Asia ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pergerakan IHSG, di tengah kondisi global yang masih menghadapi ketidakpastian.
Sementara itu, bursa saham di Eropa turut memberikan kontribusi sentimen positif terhadap pasar global. Indeks FTSE 100 di Inggris berhasil menguat sebesar 0,69 persen, sedangkan indeks DAX di Jerman mencatatkan kenaikan sebesar 0,53 persen.
Di bursa Amerika Serikat, pergerakan indeks saham juga menunjukkan tren yang seragam. Indeks S&P 500 menguat sebesar 0,53 persen, indeks NASDAQ Composite naik tipis sebesar 0,03 persen, sementara indeks Dow Jones mencatatkan kenaikan yang signifikan sebesar 1,95 persen.
Kenaikan indeks saham di berbagai kawasan dunia ini menjadi salah satu faktor yang mendorong IHSG untuk bergerak lebih positif pada perdagangan hari ini.
Di pasar domestik, penguatan IHSG didukung oleh sembilan dari sebelas sektor yang mengalami kenaikan. Sektor teknologi menjadi sektor dengan kenaikan tertinggi, melesat sebesar 2 persen.
Sektor transportasi dan logistik juga mencatatkan performa yang solid dengan kenaikan sebesar 1,95 persen. Sektor keuangan turut berkontribusi positif terhadap penguatan IHSG, dengan mencatatkan kenaikan sebesar 1,08 persen.
Di sisi lain, sektor perindustrian dan kesehatan masing-masing mengalami penguatan sebesar 0,52 persen dan 0,50 persen. Sektor energi mencatatkan kenaikan sebesar 0,48 persen, sementara sektor barang konsumsi primer naik sebesar 0,11 persen.
Sektor barang baku juga menunjukkan penguatan tipis sebesar 0,08 persen, sedangkan sektor properti dan real estate mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,01 persen.
Namun, tidak semua sektor berhasil menguat. Dua sektor mencatatkan pelemahan, yaitu sektor barang konsumsi non primer yang turun sebesar 0,49 persen, serta sektor infrastruktur yang mencatatkan penurunan sebesar 0,20 persen.
Meskipun demikian, penguatan pada mayoritas sektor berhasil menjaga IHSG tetap berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan.
Dalam sepekan terakhir, pergerakan IHSG cenderung bergerak sideways dalam kisaran level 7.123 hingga 7.227. Indikator teknikal menunjukkan bahwa tren IHSG masih relatif landai.
Indikator MACD terlihat stabil, sementara indikator RSI menunjukkan adanya potensi untuk keluar dari zona oversold. Meskipun demikian, aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing mencapai Rp3,82 triliun sepanjang pekan ini, mencerminkan adanya tekanan dari sisi eksternal.
Salah satu sentimen negatif yang memengaruhi pasar adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Penguatan dolar AS dipicu oleh sikap hawkish Federal Reserve, yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 4,75 persen. Kebijakan ini didasarkan pada kondisi ekonomi Amerika Serikat yang dinilai masih cukup kuat, sehingga menekan mata uang pasar berkembang, termasuk rupiah.
Selain itu, konflik geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina juga memberikan tekanan terhadap pasar saham global, termasuk IHSG. Ketegangan ini memicu kenaikan harga komoditas, khususnya emas, yang sering kali dianggap sebagai aset safe haven.
Peralihan investasi dari pasar saham ke komoditas ini semakin menambah tekanan pada IHSG, terutama di sektor-sektor yang sensitif terhadap fluktuasi harga komoditas, seperti sektor energi dan barang konsumsi.
Faktor lain yang turut memengaruhi pergerakan IHSG adalah keputusan suku bunga oleh bank sentral di berbagai negara. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen, sementara suku bunga acuan di China tetap berada di level 3,1 persen dan 3,6 persen.
Stabilitas suku bunga ini mencerminkan upaya bank sentral untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang masih tinggi.
Meskipun berbagai tantangan masih membayangi, penguatan IHSG pada perdagangan hari ini menunjukkan bahwa pasar tetap optimis terhadap prospek ekonomi domestik. Dengan kondisi global yang masih dinamis, investor diharapkan tetap mencermati perkembangan sentimen eksternal dan domestik untuk mengambil langkah strategis dalam berinvestasi.