
KabarMakassar.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$431,85 juta sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Selain itu, Sulsel juga berhasil menjaga tren surplus selama 55 bulan berturut-turut sejak Januari 2021.
Secara rinci, nilai ekspor yang dimuat melalui pelabuhan di Sulawesi Selatan pada periode Januari–Juli 2025 mencapai US$927,98 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan impor melalui pelabuhan bongkar di Sulawesi Selatan yang tercatat sebesar US$496,13 juta.
“Surplus sepanjang Januari–Juli 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$449,21 juta, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$17,36 juta”, ungkap Kepala BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Aryanto, dikutip dari keterangan resminya, Senin (08/09).
Namun, nilai ekspor Sulawesi Selatan pada Januari–Juli 2025 turun 19,52 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Aryanto menjelaskan, penurunan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar US$840,56 juta atau turun 16,73 persen.
Meski demikian, sejumlah komoditas unggulan tetap menunjukkan kinerja positif. Ekspor garam, belerang, dan kapur (HS 25) mencapai US$38,66 juta atau naik 55,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, ekspor olahan makanan hewan (HS 23) juga meningkat 15,90 persen menjadi US$10,99 juta. Namun, tidak semua komoditas mencatatkan hasil serupa. Ekspor nikel (HS 75) turun 8,28 persen menjadi US$505,59 juta.
Kinerja negatif juga terjadi pada ekspor besi dan baja (HS 72) yang turun 26,80 persen, serta biji-bijian berminyak (HS 12) yang turun 15,74 persen.
”Total ketiga komoditas ekspor unggulan yang mengalami penurunan tersebut memberikan share sekitar 83,87 persen dari total ekspor Sulawesi Selatan pada Januari–Juli 2025”, jelas Aryanto.
Aryanto melanjutkan, tiga besar negara tujuan ekspor Sulawesi Selatan adalah Jepang, Tiongkok, dan Taiwan.
“Share ketiga negara ini sekitar 95,61 persen dari total ekspor Sulawesi Selatan pada Januari–Juli 2025,” katanya.
Berdasarkan data BPS, Jepang tetap menjadi pasar ekspor utama dengan nilai US$524,93 juta atau 56,57 persen. Disusul Tiongkok sebesar US$339,17 juta (36,55 persen) dan Taiwan sebesar US$23,11 juta (2,49 persen).
Dari sisi impor, nilai impor melalui pelabuhan bongkar di Sulawesi Selatan pada Januari–Juli 2025 sebesar US$496,13 juta. Angka tersebut turun 20,89 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
”Penyumbang utama masih berasal dari sektor non migas, dengan nilai impor US$478,77 juta, turun 18,70 persen sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan sebesar 54,58 persen menjadi US$17,36 juta”, rinci Aryanto.
Adapun negara asal impor terbesar adalah Tiongkok dengan nilai US$128,06 juta atau 25,81 persen. Disusul Brazil sebesar US$90,26 juta (18,19 persen) dan Australia sebesar US$75,81 juta (15,28 persen).
Untuk periode Juli 2025 saja, nilai ekspor Sulawesi Selatan tercatat sebesar US$146,35 juta atau turun 15,73 persen dibanding Juli 2024. Sementara nilai impor pada bulan yang sama tercatat US$72,62 juta atau turun 28,67 persen dibanding Juli 2024.