KabarMakassar.com — Menanganggapi video viral yang menunjukkan keluhan keluarga pasien di RSUD Lanto Dg Pasewang, Kabupaten Jeneponto, terkait meninggalnya janin, Direktur RSUD, drg. Pasriyani, menyampaikan permohonan maaf dan duka mendalam atas kejadian tersebut.
Namun, ia menegaskan bahwa penanganan pasien telah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit.
Dalam keterangan persnya, drg. Pasriyani menjelaskan bahwa pasien atas nama Sri Devi (22) masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada 5 April 2025 pukul 22.46 WITA dengan keluhan sakit perut yang menjalar ke belakang, serta keluarnya air ketuban sejak pukul 19.00 WITA.
“Jadi 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit, janin tidak bergerak sejak tadi malam, ini keluhan dari pasien ya, dari sejak tadi malam atau malam sebelumnya yaitu tanggal 4 April 2025 atau 24 jam yang lalu,” imbuh drg. Pasriyani, Selasa (08/04).
Selain itu, menurut keterangan keluarga pasien yang dikonfirmasi, ada juga riwayat pemeriksaan di bidan, dokter ahli kandungan dan ada juga pemeriksaan di Sanro (dukun) sebanyak 4 kali.
“Riwayat pemeriksaan terakhir bukan di dokter ahli melainkan di dukun dalam minggu ini, itu mendapat tindakan diurut kata pasien,” imbuhnya.
Kondisi ini kian diperparah karena pasien yang usianya 22 tahun saat ini baru akan melahirkan anak pertama. Di usia tersebut, jika mendapatkan penanganan lain maka akan mengalami hal yang sangat rentan. Mengingat, usia janin 38 minggu 4 hari.
drg. Pasriyani menyebut, usia kehamilam yang sebenarnya ini sudah karam, atau bahasa medisnya makam. Pada saat masuk di IGD, kata dia, dilakukan pemeriksaan tanda vital, mulai tensi, pernafasan dan lain-lain kemudian dilakukan pemeriksaan perambahan yang disebut dengan lewat poll dan dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin dengan alat dopler.
“Pada saat pemeriksaan denyut nadi janin, itu sudah tidak terdengar. Pemeriksaan pertama sudah tidak terdengar, nah setelah pemeriksaan pertama diberikanlah oksigen. Harapannya setelah diberi oksigen akan ada denyut jantung namun tetap tidak ada, setelah 5 menit kemudian dilakukan kembali pemeriksaan hingga ketiga kali namun denyut jantung janin tetap tidak ada,” tandasnya.
Lebih lanjut pada saat itu, kondisi pasien untuk melahirkan secara normal juga masih sulit karena kondisinya masih pembukaan 2 cm. Diketahui bahwa untuk melahirkan secara normal minimal pembukaannya adalah 10 cm.
Dengan demikian, dokter ahli kandungan yakni dr. Sasa menyimpulkan terlebih dahulu menunggu pembukaan kesepuluh. Tindakan ini dilakukan dokter karena prosedur secar harus menunggu dulu persalinan normal, sebab waktu penyembuhannya lebih cepat.
Namun jika kondisi pasien sudah memburuk maka terpaksa dokter akan melakukan Secar (SC).
Di waktu yang sama, dr. Sasa yang juga mengikuti konferensi pers ikut membantah jika alasannya tidak datang karena anaknya tertidur seperti yang disampaikan di video viral itu tidak benar.
“Memang betul anakku tertidur tapi di kamar operasi. Jadi saya tekankan, saya bawa anak ku saat melakukan operasi secar karena kelima pasien saat itu juga terancam bayinya meninggal,” tegasnya.
Menurutnya, apabila tindakan ini tidak dilakukan maka bayi atau pun ibunya bisa juga meninggal dunia, sehingga keputusan ini terpaksa diambil mengingat kondisi denyut nadi janin yang berada di Rumah Sakit sudah meninggal dunia.
Sebelumnya, sebuah video viral di media sosial, yang menunjukkan keluarga pasien mengamuk di RSUD Lanto Dg Pasewang, Kabupaten Jeneponto.
Keluarga pasien marah lantaran menganggap pelayanan RSUD Jeneponto tidak maksimal sehingga janin yang dikandung oleh adik iparnya ini meninggal dunia.
Meninggalnya janin dari sang ipar, diduga oleh pihak keluarga karena lambannya pelayanan dan kurangnya penanganan serius dari pihak Rumah Sakit.
Dalam video yang beredar, terlihat keluarga dari pasien merekam kejadian saat adiknya tengah mengalami kritis dan meminta pihak rumah sakit bertanggungjawab apabila ada hal-hal buruk yang terjadi.
Amarah pihak keluarga pun kian memuncak saat dokter ahli kandungan tak kunjung tiba di Rumah Sakit untuk menangani pasien.
Alasannya, sang dokter tak bisa meninggalkan anaknya yang masih berusia 2 tahun apalagi kondisinya sudah tengah malam.
Selain itu, Perempuan asal Kampung Kalakkara ini menuding oknum perawar RSUD yang berjaga kurang ramah.
“Semua perawatnya, saya sudah berkali-kali bilang, adekku tidak berdenyut, tidak berdetak jantungnya bayinya, dokternya…dokternya (tidak ada) kutuntutki ini Rumah Sakit, kutuntut kalau ada apa-apanya adekku. Tadi malam 5 kali diperiksa detak jantung bayinya tidak berdetak kenapa tidak di USG, dokternya bilang anaknya lagi tidur tidak bisa keluar tengah malam, nyawanya adekku sekarang terancam,” ucap Riska dalam unggahannya.
Tak berhenti disitu, Riska juga mengancam dan memaki-maki sejumlah perawat karena dalam situasi genting tersebut, mereka malah tertidur pulas meski pun sudah dibangunkan berkali-kali.
“ini Rumah Sakit kutuntut, semua perawatnya, kurang a*r, dokter kurang a*r. Tadi malam mau ditangani adekku tapi kalian semua tidur. Perawat tidur semua, tidak ada yanh bangun jam 3, kukasi bangun, kugedor-gedor tidak ada yanh bangun, dokter kusuruh datang tidak ada yang datang 5 di cek tidak berdetak jantungnya bayinya, tidak datang dokter katanya tidurki anaknya, anaknya yang 2 tahun tidur begitu SOPnya dokter, tidak profesionalki,” imbuh Riska dalam unggahannya.
Akibat lambannya proses penanganan ini, bayi yang di kandung Sri Devi dinyatakan meninggal dunia.