
KabarMakassar.com — Anggota Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yang juga Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Yeni Rahman, menyatakan dukungan penuh terhadap program inovatif pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang digagas Universitas Indonesia Timur (UIT).
Hal itu disampaikan saat menghadiri kegiatan sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Wisma Latobang, Kota Makassar, Sabtu (05/07).
Program yang mengusung tema ‘BSF FARM URBAN: Optimalisasi Biokonversi Sampah Dapur Menjadi Protein Hewani untuk Pertanian Perkotaan’ ini melibatkan kelompok perempuan BSU Sipanaikang Dalle dari RW 04, Kelurahan Mario, Kecamatan Mariso, sebagai mitra masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut, tim PKM UIT menyerahkan sejumlah alat pengolahan sampah dapur kepada kelompok BSU Sipanaikang. Bantuan ini diharapkan menjadi pendorong aktivitas pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi produk bernilai ekonomi, seperti larva maggot yang dapat dijadikan pakan ternak.
Yeni Rahman menyampaikan apresiasi tinggi atas kolaborasi antara kampus dan masyarakat ini. Ia menilai, kegiatan ini tidak hanya membawa nilai ekonomi, tetapi juga berperan penting dalam menyelamatkan lingkungan kota.
“Hari ini kita bisa menyambung silaturahmi dalam kegiatan yang sangat menarik dan menginspirasi. Saya mengapresiasi apa yang kita lakukan pada hari ini. Ini bukan sekadar pengolahan sampah, ini bentuk ibadah karena turut menyelamatkan bumi dari pencemaran,” kata Yeni.
Menurutnya, pengolahan sampah tidak boleh hanya dipandang dari aspek materi. Meski hasil akhirnya bisa dimonetisasi, dampak ekologis dan sosial jauh lebih penting karena bersifat jangka panjang.
“Kita bisa mendapat nilai ekonomi dari maggot atau produk lainnya. Tapi yang jauh lebih besar adalah kontribusi kita terhadap penyelamatan lingkungan. Itu ibadah, dan tidak akan pernah berhenti nilainya,” tambahnya.
Yeni juga menyoroti tantangan distribusi dan pemasaran hasil olahan biokonversi, seperti maggot. Ia berharap ke depan ada sistem pemasaran yang lebih jelas agar ibu-ibu yang terlibat dalam produksi tidak mengalami kebingungan dalam memasarkan produk mereka.
“Sering kali kita dengar pasarnya ada, tapi tidak tahu siapa yang beli, di mana tempatnya, dan ke mana harus menghubungi. Ini tantangan yang harus kita carikan solusi agar usaha masyarakat benar-benar menghasilkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yeni menggarisbawahi pentingnya pengolahan sampah dari rumah sebagai upaya kolektif untuk mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA). Ia menyebut, TPA Tamangapa setiap harinya menampung hingga 1.500 ton sampah dari seluruh Kota Makassar.
“Kalau kita tidak mulai dari rumah, dari dapur kita sendiri, maka beban itu akan terus menumpuk di TPA. Padahal dengan maggot, kita bisa olah sampah organik menjadi sesuatu yang berguna. Ini harus kita mulai bersama,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak ragu memulai langkah kecil dalam pengelolaan sampah, karena menurutnya, yang paling sulit bukanlah teknis pelaksanaan, melainkan kemauan untuk memulai dan komitmen untuk melanjutkan secara berkelanjutan.
“Saya pikir tidak ada yang susah. Yang susah itu adalah memulai dan menjaga konsistensinya. Prosesnya panjang, tapi kalau kita tidak mulai dari sekarang, maka akan semakin lama perubahan itu terjadi,” pungkas Yeni.
Program ini mendapat apresiasi dari para peserta, termasuk akademisi dan peneliti UIT yang memuji kehadiran Yeni di tengah agenda politik dan pemerintahan yang padat. Mereka menilai, dukungan nyata dari legislatif adalah kunci untuk memperluas dampak program serupa ke lebih banyak wilayah.
Dengan kolaborasi antara kampus, masyarakat, dan pemerintah, harapan untuk menciptakan kota yang lebih bersih dan berkelanjutan semakin terbuka lebar. Program PKM seperti ini dinilai menjadi salah satu jalan nyata untuk mengatasi masalah klasik perkotaan: sampah yang tak kunjung habis.