KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar terus memperkuat inovasi berbasis lingkungan dan pemberdayaan masyarakat dengan mengintegrasikan program urban farming dan sistem daur ulang sampah di tingkat RT/RW.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi), dalam membangun ketahanan pangan perkotaan sekaligus menumbuhkan ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Melalui program unggulan Dinas Pertanian dan Perikanan (DP2) Kota Makassar, Pemkot mengembangkan konsep pertanian lahan sempit atau urban farming dengan memanfaatkan sampah organik sebagai sumber daya produktif. Sistem ini menggabungkan pengelolaan sampah, pertanian, dan perikanan dalam satu ekosistem terpadu.
“Kita ingin membangun ekosistem lingkungan yang berputar sampahnya terkelola, pemberdayaannya dapat, ekonominya tumbuh. Ini model ekonomi rumah tangga yang berkelanjutan,” ujar Appi saat membuka kegiatan Urban Farming di Anjungan Pantai Losari, Senin (03/11).
Appi menekankan, meski Makassar tidak memiliki lahan pertanian luas, kota ini tetap harus memiliki sistem ketahanan pangan yang tangguh. Dengan jumlah penduduk mencapai 1,4 juta jiwa, kata dia, setiap gerakan warga harus memberikan kontribusi nyata terhadap ketersediaan pangan.
“Sebagai kota besar, kita tidak punya lahan pertanian luas. Karena itu, kita harus bisa memaksimalkan potensi yang ada melalui pertanian lahan sempit,” jelasnya.
Appi menyebut, banyak kelompok tani dan kelompok wanita tani yang kini aktif di wilayah perkotaan dan telah menunjukkan hasil positif. Pemkot pun berupaya memperluas gerakan ini dengan mendorong kolaborasi lintas sektor antara OPD, komunitas, dan pelaku UMKM.
“Dinas Pertanian tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi besar untuk menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya.
Salah satu langkah konkret Pemkot adalah mengintegrasikan sistem pengelolaan sampah organik dengan kegiatan pertanian dan perikanan perkotaan. Sampah organik dari rumah tangga, restoran, hotel, dan pasar kini diolah menjadi pupuk serta pakan ikan dan unggas.
“Sampah organik jangan dibuang. Itu bernilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan baik,” imbuh Appi.
Hingga kini, sistem pengelolaan tersebut sudah berjalan di sejumlah kelurahan melalui 153 unit tempat pengelolaan sampah komunal (tema modern). Program ini akan terus diperluas ke wilayah padat penduduk.
Appi mencontohkan, di Kecamatan Panakkukang, sistem pengelolaan sampah telah mendukung budidaya ikan lele.
“Di sana ada sekitar 600 ton ikan lele yang membutuhkan 3 ton pakan per hari. Kami mendorong agar sumber pakan berasal dari sampah organik restoran dan pasar, bukan bahan baru,” jelasnya.
Appi juga menargetkan penerapan konsep rumah tangga zero waste, yaitu rumah yang mampu mengelola sampahnya sendiri dan menghasilkan manfaat ekonomi dari hasil olahan.
“Tahun depan kami akan mulai memberikan penilaian dan penghargaan bagi wilayah yang berhasil menerapkan rumah tangga zero waste,” ujarnya.
Kebijakan ini, menurutnya, bukan sekadar program, tetapi kebutuhan mendesak. Kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Makassar hampir mencapai batas maksimal dan bisa overload dalam dua tahun ke depan bila tidak diintervensi.
“Kita harus mulai dari rumah tangga untuk mengelola sampahnya sendiri. Ini bukan sekadar program, tapi kebutuhan,” tegasnya.
Selain fokus pada pengelolaan sampah dan ketahanan pangan, Appi juga mendorong penggunaan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas. Ia meminta DP2 melibatkan generasi muda agar melihat urban farming sebagai peluang usaha baru.
“Teknologi pertanian sekarang bisa melipatgandakan produksi. Saya ingin anak muda memanfaatkannya dan menjadikan urban farming sebagai usaha yang memberi manfaat nyata,” seru Appi.
Lebih jauh, Appi berencana mengembangkan urban farming menjadi kegiatan ekonomi dan edukatif berskala kota, seperti pameran hasil pertanian, perikanan, dan tanaman hias di taman-taman publik.
Ia mencontohkan konsep pameran di Lapangan Banteng, Jakarta, yang menampilkan produk pertanian selama sebulan penuh.
“Makassar juga bisa seperti itu. Taman-taman kota bisa jadi ruang pameran dan pusat edukasi hijau. Permintaan tanaman dan ikan hias saat ini tinggi, dan itu peluang ekonomi yang besar,” tuturnya.
Appi juga menegaskan pentingnya kolaborasi besar untuk membangun kota yang tidak hanya hijau, tetapi juga mandiri secara ekonomi.
“Ketika sistem ini berjalan, Makassar bukan hanya bersih dan hijau, tapi juga mandiri secara ekonomi,” pungkasnya.
Kegiatan yang digelar DP2 itu turut dihadiri oleh Ketua TP PKK Kota Makassar Hj. Melinda Aksa, Kepala DP2, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, para camat, lurah, serta tim ahli Pemkot

















































