
KabarMakassar.com — Tren positif terus ditunjukkan oleh perbankan syariah di Sulawesi Selatan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) mencatat pergerakan optimis terjadi pada layanan keuangan berbasis syariah.
Kepala OJK Sulselbar, Moch Muchlasin, menjelaskan jika merujuk pada pertumbuhan kinerja bank syariah dalam beberapa tahun terakhir yang menunjukkan konsistensi peningkatan.
Berdasarkan data hingga Februari 2025, total aset perbankan syariah tercatat tumbuh sebesar 18,67 persen secara tahunan (year on year/yoy), dengan nilai mencapai Rp16,85 triliun.
“Dengan melihat kinerja bank syariah setiap tahunnya, kami optimis akan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Apalagi kan kita di Sulawesi Selatan banyak masyarakat muslim, sehingga potensinya cukup besar,” ujar Muchlasin dalam keterangannya, Rabu (07/05).
Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan aset perbankan syariah di Sulsel terus mengalami peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2022, total aset berada di angka Rp12,70 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp14,57 triliun di 2023, dan kembali naik menjadi Rp17,81 triliun pada 2024.
Tidak hanya dari sisi aset, kinerja positif juga terlihat pada aspek penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Pada Februari 2025, DPK perbankan syariah tercatat sebesar Rp11,85 triliun atau tumbuh 15,69 persen secara yoy.
Meski sedikit menurun dibandingkan capaian tahun 2024 yang mencapai Rp12,15 triliun, tren tahunan tetap menunjukkan pertumbuhan dibandingkan tahun 2023 yang berada pada angka Rp10,21 triliun.
“Dana masyarakat di bank syariah terlihat tumbuh secara tahunan. Seperti di 2023 itu mencapai Rp10,21 triliun, kemudian di tahun lalu tembus Rp12,15 triliun,” jelasnya.
Selain itu, penyaluran pembiayaan juga mengalami peningkatan. OJK mencatat pembiayaan bank syariah tumbuh sebesar 20,25 persen secara tahunan, dengan nilai total mencapai Rp14,60 triliun.
Tingkat intermediasi atau financing to deposit ratio (FDR) perbankan syariah berada di level tinggi yakni 123,14 persen.
Sementara itu, tingkat pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) masih terjaga di angka 2,16 persen.
Muchlasin menambahkan bahwa kinerja sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), termasuk di Sulsel, tetap menunjukkan ketangguhan di tengah situasi global yang tidak menentu.
Menurutnya, tekanan global tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang direvisi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global hanya akan mencapai 3,1 persen pada 2025 dan 3 persen pada 2026.
“Dengan kinerja jasa keuangan kita yang masih tetap positif dan bertahan (resilien) hingga saat ini, akan menjadi penggerak dalam mendorong pembiayaan produktif, memperluas inklusi keuangan, dan menjaga stabilitas ekonomi regional,” terang Muchlasin.
Dengan tren pertumbuhan yang konsisten, serta didukung oleh karakteristik demografis masyarakat Sulsel, OJK melihat perbankan syariah berpotensi besar menjadi pilar penting dalam sistem keuangan regional sekaligus motor penggerak ekonomi lokal di masa mendatang.