KabarMakassar.com — Kepala Cabang Bulog Makassar, Karmila Hasmin Marunta menanggapi mengenai harga beras di pasar yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
Ia menuturkan bahwa stok beras di Bulog tidak secara langsung memengaruhi harga di pasar, karena merupakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang hanya bisa disalurkan melalui penugasan resmi dari pemerintah dan harus melalui prosedur tertentu.
“Terkait dengan harga di pasar, kita kembalikan ke hukum pasar. Dimana antara stok yang ada di Bulog dengan harga yang terbentuk di pasar memang tidak menjadi perbandingan linear,” ujarnya pada KabarMakassar.com, Kamis (10/07).
“Karena stok yang ada di Bulog itu adalah Cadangan Beras Pemerintah dimana ketika akan dikeluarkan harus melalui prosedur-prosedur yang panjang melalui penugasan dari pemerintah untuk kita keluarkan,” sambungnya.
Lebih lanjut ia menegaskan, jika Bulog berperan sebagai buffer stock, yaitu menyiapkan cadangan beras yang akan dikeluarkan hanya ketika dibutuhkan oleh pemerintah.
Terkait Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sendiri, Karmila menyatakan hal tersebut turut menjadi penugasan dari pemerintah. Di mana Bulog berperan sebagai operator pelaksana.
“Jika pemerintah menugaskan kita untuk melakukan penyaluran bantuan pangan, termasuk SPHP, pastinya Bulog selalu siap hadir di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Dengan stok beras yang saat ini mencapai hingga 62.000 ton, Bulog memastikan kesiapan penuh dalam mendukung program-program pemerintah di bidang ketahanan pangan.
Pihak Bulog, ungkap Karmila, terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat. Ia mengatakan jika Gerakan Pangan Nasional yang menjadi leading sector ialah Badan Pangan Nasional, sedangkan untuk tingkat kabupaten kota berada di Dinas Ketahanan Pangan.
Nantinya, penyaluran SPHP juga akan melibatkan Koperasi Merah Putih dengan unit di tingkat desa maupun kelurahan.
“Ini semua menjadi outlet-outlet pemerintah untuk penyaluran SPHP. Tetapi semuanya, leading sector di Dinas Ketahanan Pangan. Jadi semua termasuk sahabat RPK Bulog harus mendapatkan rekomendasi atau persetujuan dari dinas terkait untuk menjadi penyalur atau pun untuk menjadi mitra di dalam penyaluran dalam SPHP nanti,” pungkasnya.
Diharapkan, mekanisme ini akan membuat proses penyaluran lebih tertib dan tepat sasaran kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Sebelumnya, saat melakukan pantauan di Pasar Tradisional Antang Kota Makassar, Sulawesi Selatan, ditemukan jika harga beras premium mencapai Rp17.000 per kilogram dimana hal tersebut melampaui HET beras premium zona I yakni Rp14.900 per kilogram.
Begitu pula dengan harga beras medium yang dibanderol dengan harga Rp15.000 per kilogram padahal HET beras medium zona I adalah Rp12.500 per kilogram.
Salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Antang, Suarni menyampaikan, jika kondisi kenaikan harga beras tersebut telah berlangsung cukup lama.
Kenaikan harga beras menyebabkan peralihan kualitas beras di kalangan pembeli.
“Beras yang dibeli sekarang kebanyakan yang medium terutama yang membeli untuk diproses menjadi makanan dan dijual kembali. Bagi konsumen biasa yang dikonsumsi langsung masih ada yang membeli beras premium tapi sedikit,” ujarnya di sela-sela melayani pembeli di lapaknya pada Rabu (03/07).
“Karena harga saat kami ambil naik, maka otomatis kami jual harganya juga lebih tinggi. Tapi, beras ini sekarang harganya betul-betul naik memang, ini beras termasuk yang mengalami kenaikan di sini Pasar Tradisional Antang,” paparnya.
Meskipun terjadi lonjakan harga beras, ungkap Suarni, tidak mempengaruhi penjualannya karena beras dinilai menjadi komoditas utama yang selalu dibutuhkan. Akan tetapi menimbulkan keresahan untuk konsumen.
Fitri yang merupakan pengunjung di Pasar Tradisional Antang merupakan salah satu masyarakat yang mengeluhkan kenaikan harga beras, terutamanya saat ini ia menjadi beralih ke beras medium dibanding sebelumnya menggunakan beras premium.
“Kan dulu harganya cukup terjangkau, jadi sebelum naik harganya sekarang sudah bisa beli beras premium yang paling bagus lah kita bilang. Tapi sekarang karena naik jadi saya beralih sekarang ke beras yang harganya lebih murah,” ujarnya.
Sementara itu di Pasar Terong Kota Makassar mengalami perbedaan harga dibanding dengan Pasar Tradisional Antang.
Untuk harga beras premium dibanderol dengan harga Rp16.600 per kilogram sedangkan harga beras medium dikisaran Rp14.000 per kilogram.
Harga komoditas tersebut masih diatas harga HET beras premium dan medium zona I yaitu Rp14.900 per kilogram dan Rp12.500 per kilogram.
Penjual beras di Pasar Terong, Amin mengaku harga beras mengalami kenaikan yang cukup drastis hingga saat ini. Ia membeberkan sejumlah alasan kenaikan harga beras yang terjadi di lapaknya.
“Karena kondisi cuaca di tempat kami mengambil, itu kadang kendalanya buat harga beras jadi naik. Kayak banjir seperti itu. Kadang juga karena kurang pasokan, jadi karena ada beberapa yang susah didapat maka harganya juga ikut naik,” terangnya.
Ia mengatakan, ditengah kenaikan harga beras, masyarakat lebih dominan untuk memilih beras medium yang cenderung lebih murah dibandingkan dengan beras premium, meskipun untuk skala kualitas masih terbilang dibawah beras premium.